Viral Penghancuran Buah Semangka dan Blewah di Medsos, Ini Penjelasan Petani
Reporter
Adi Rosul
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
01 - Nov - 2020, 07:42
Video aksi petani buah semangka dan blewah di Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, Jombang viral di media sosial. Petani mengaku kesal lantaran buah semangka dan blewah siap panen itu membusuk terkena hujan sebelum sempat dipetik.
Salah satu petani yang viral di postingan akun Instagram @ndorobeii itu adalah Heri Beki. Pria 30 tahun itu merupakan petani blewah di Dusun Rejoso, Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang yang mengenakan kaus hitam dengan celana pendek di video yang terposting pada @ndorobeii.
Baca Juga : Datangi Expo Property MOG, Dapatkan Diskon Besar Apartemen The Kalindra
Pada video tersebut, Heri terlihat kesal dengan membacok buah blewah dan memukulkan buah ke mukanya. Sembari membacok buah blewah dengan sebilah pisau Heri terus menggerutu lantaran buah blewah yang mau dipanen busuk akibat diterjang hujan.
Heri tak menyangka video yang ia buat itu kini viral di media sosial. Heri mengaku mengambil video itu hanya untuk konsumsi pribadinya saja. Video itu dibuat Heri pada Selasa (27/10), dan dibagikan ke teman-temannya sesama petani di desanya melalui pesan singkat WhatsApp.
"Sebenarnya buat luapan hati satu desa yang sama-sama menanam buah blewah. Saya kirim melalui WA pribadi, berhubung ada yang ngapload saya kaget. Pak Lurah tanya kok bisa gini, saya tidak tahu. Karena niatnya gak pengen viral, niatnya hanya meluapkan emosi karena gagal panen," terangnya saat diwawancarai di lokasi sawah miliknya, Minggu (1/11).
Dijelaskan Heri, aksi merusak buah blewah tersebut sebagai bentuk kekesalannya lantaran buah yang harusnya dipanen ternyata busuk sebelum dipetik. Buah blewah di lahanya seluas 2 hektare itu, seharusnya bisa dipanen dengan bagus.
Namun, tiga hari sebelum dipanen ternyata hujan turun di desanya. Alhasil, di hari dia membuat video itu, sebagian besar buah blewah siap panen banyak yang busuk sehingga tidak bisa dipanen.
"Pertama karena sawah ini saya sewa, kedua pupuk waktu itu carinya susah dan dijatah. Dirawat sejak kecil sampai mau panen atau istilah wong Jowo cilik digedekno, gede-gede malah busuk. Memang karena faktor alam, hujan kita sendiri tidak tahu. Tetapi, itu sebagai luapan emosi karena frustasi," terangnya.
Heri menyebut, kerugian yang ia terima sekitar Rp 25 juta. Sejauh ini, ia mangaku sudah mengeluarkan ongkos tanam hingga Rp 10 juta. Mulai dari biaya pembelian bibit, pupuk hingga ongkos tenaga...