Bangunan Masa Majapahit Ditemukan, Bondowoso Miliki Potensi Besar Wisata Sejarah-Budaya
Reporter
Abror Rosi
Editor
Yunan Helmy
24 - Sep - 2020, 07:33
Urusan kepariwisataan, Kabupaten Bondowoso tidak kalah dengan daerah lain. Sebab, selain kaya akan pariwisata alam, kabupaten yang tidak mempunyai garis pantai ini ternyata juga kaya pariwisata budaya.
Banyak benda peninggalan sejarah ditemukan di Bondowoso. Sebut saja situs megalitikum di Pekauman, Goa Bhuta di Cerme, dan Beto Labeng di Wringin. Bahkan, baru-baru ini ditemukan dugaan struktur bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit di Desa Alas Sumur, Pujer.
Baca Juga : Menyongsong Bondowoso Ijen Geopark, Wabup Irwan Minta Disparpora Terus Lakukan Pembenahan
Temuan itu berawal ketika warga setempat, Abd. Ghani, menemukan batu bata kuno saat menggali sumur di samping rumahnya. Setelah dikaji oleh BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya) Jawa Timur, bata tersebut dinyatakan struktur pemukiman kuno era Kerajaan Majapahit.
Wakil Ketua DPRD Bondowoso Sinung Sudrajat mengatakan bahwa Bondowoso memang memiliki potensi besar di sektor wisata sejarah. Sebab, setelah mendeklarasikan sebagai kota megalitikum, khalayak digemparkan kembali dengan penemuan struktur bangunan yang disinyalir peninggalan Majapahit. Menurut dia, penemuan tersebut merupakan kekayaan emas yang dimiliki Bondowoso.
Sinung menjelaskan, temuan tersebut merupakan bukti sejarah jika peradaban di Bondowoso terjadi sejak lampau. Ia menilai temuan tersebut merupakan sejarah yang berkesinambungan antara masa megalitikum hingga zaman modern.
"Karena ternyata perkiraan setelah megalitikum ada sejarah yang terpenggal. Ternyata ada bukti sejarah yang berkesinambungan antara masa megalitikum dengan masa modern dengan ditemukannya penemuan susunan batu bata peninggalan Majapahit." paparnya usai melihat temuan tersebut di Desa Alas Sumur.
Sebagai tindak lanjut keseriusan pemerintah daerah, wabup mendorong segera dilakukan ekskavasi awal. Bahkan anggarannya sudah disiapkan sebesar Rp 150 juta di APBD 2021. Diharapkan hasil geolistrik dan eskavasi awal menunjukkan sebuah bangunan yang disakralkan. "Dianggarkan untuk geolistrik dan eskavasi awal. Sekitar Rp 150 juta menurut teman-teman Kepurbakalaan," katanya.
Baca Juga : Baca Selengkapnya