Sempat Muncul Koalisi Bayangan, Sembilan Parpol Pendukung Dhito-Dewi Terbelah?
Reporter
Eko Arif Setiono
Editor
Nurlayla Ratri
11 - Sep - 2020, 04:59
Hanindhito Himawan Pramono dan Dewi Mariya Ulfa atau pasangan Dhito-Dewi disinyalir menjadi bakal calon bupati dan wakil Bupati Kediri satu-satunya dalam kontestasi Pilkada periode 2021-2026. Sebab, pasangan ini mendapat dukungan seluruh partai politik pemilik kursi parlemen di DPRD Kabupaten Kediri.
Dalam kontestan Pilkada yang akan digelar 9 Desember mendatang pasangan Dhito-Dewi mendapat dukungan 9 partai pengusung. Yakni, PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Golkar, Partai Amanat Nasional, Demokrat, Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera, Gerindra, dan Partai Persatuan Pembangunan.
Baca Juga : Sulit Lakukan Reshuffle Kabinet, Pengamat Sebut Jokowi Masih "Tersandera" Anak-Mantu
Namun siapa sangka, dari 9 partai politik yang saat ini satu sikap mendukung satu pasangan calon nyatanya sebelum koalisi ini terbentuk sempat mengalami perbedaan visi misi bahkan terbelah menjadi dua kubu koalisi.
Dua kubu koalisi yang dimaksudkan ialah koalisi istana yang terdiri atas sejumlah partai besar. Yang kedua, ada koalisi partai bayangan.
Keberadaan koalisi bayangan ini sebagai rival sekaligus upaya agar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Kediri 2020 tidak memunculkan satu calon tunggal.
Koalisi istana itu berisi beberapa partai pemilik kursi parlemen dengan jumlah besar, salah satunya Partai PDI Perjuangan sebagai poros koalisi sekaligus pemilik kursi parlemen tertinggi di DPRD Kabupaten Kediri dengan 15 kursi. Lalu dalam koalisi istana tersebut terdapat Partai PKB dengan perolehan 9 kursi parlemen, Golkar dengan 6 kursi parlemen, PAN 5 kursi parlemen dan Nasdem 4 kursi parlemen.
Sementara itu, di kubu lain terdapat empat partai politik yang terbentuk menjadi satu koalisi yang mereka sebut sebagai koalisi bayangan sekaligus koalisi rival dari munculnya koalisi istana.
Koalisi bayangan tersebut terdiri dari Partai Gerindra dengan kepemilikan 5 kursi parlemen, Demokrat 3 kursi parlemen, PPP 2 kursi parlemen dan PKS 1 kursi parlemen.
Saat itu partai koalisi bayangan memang terus memberikan sindiran terhadap terbentuknya koalisi istana. Koalisi istana dinilai merupakan kemubaziran demokrasi Pilkada. Lantaran, puluhan miliar anggaran yang dibuang sia-sia karena masyarakat tak diberikan alternatif pilihan yang bermutu.
Di sisi lain mereka beranggapan jika koalisi istana sama sekali tak memberikan contoh cara berdemokrasi yang sehat dan tidak mendidik masyarakat dalam berdemokrasi.
Koalisi Bayangan Akhirnya Merapat di Koalisi Istana
Selang waktu berlalu, mendekati dibukanya pendaftaran, peta politik pun akhirnya berubah...