Covid-19 Tembus 2.216 Kasus, Pemkot Surabaya Malah Didukung "Buzzer"?
Reporter
M. Bahrul Marzuki
Editor
Dede Nana
28 - May - 2020, 08:35
Jawa Timur (Jatim) khususnya Kota Surabaya menjadi sorotan pemerintah pusat saat ini. Pasalnya, hingga saat ini dinilai belum berhasil mengendalikan laju penambahan Covid-19.
Penambahan Covid-19 di Kota Surabaya belakangan ini bahkan melampaui Ibu Kota Indonesia, Provinsi Jakarta. Bahkan pernah dalam sehari penambahan kasus di Surabaya hingga tembus 300 kasus lebih perhari.
Baca Juga : PSBB Malang Raya Cukup Sekali, Persiapkan Masa Transisi 7 Hari Sebelum New Normal
Saat ini jumlah positif Covid-19 di Surabaya sendiri tembus 2.216 kasus. Terakhir pada Rabu (27/5/2020) ada penambahan 98 kasus.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi menyebut, kota yang dipimpin Wali Kota Tri Rismaharini ini bisa menjadi seperti Wuhan.
“Ini tidak main-main. Kalau kita tidak hati-hati, maka Surabaya bisa menjadi Wuhan. Hati-hati betul, harus tepat betul penanganannya,” ujar Joni di Surabaya, Rabu (27/5/2020) kemarin.
Kewaspadaan tersebut disampaikan Joni, mengingat dalam hitungan para ahli secara epidemiologis, transmission rate di Surabaya sudah mencapai 1,6.
Menurutnya, kasus di Surabaya ini sudah tidak bisa main-main lagi. "Grafik terakhir menunjukkan, 64 persen lebih masalah Covid-19 itu ada di Surabaya Raya,” tegasnya.
Sementara itu tak lama sebelumnya ramai di lini masa tweet dari dr. Aditya Cakasana Janottama yang bertugas di RS Royal Surabaya. Dia melemparkan kritik terhadap bobroknya penangan Covid-19 di Surabaya selama ini.
Menurut dia sama sekali tak ada bantuan yang diberikan oleh Pemkot Surabaya terhadap rumah sakitnya. "Sejauh yang saya tahu baru ada 1 ventilator ke RS Husada Utama. Ke RS lain tidak tahu, ke RS saya tidak ada," ujarnya.
Kemudian Aditya menunjukkan sebuah surat edaran dari Dinkes Pemkot Surabaya. "Kita dapat edaran ginian. Tapi gak dibantu sama sekali dari pemkot. Dapetnya cuma dari pemprov," lanjut dia.
Aditya menerangkan yang diurusi oleh Pemkot Surabaya kadang malah tidak urgent atau penting. Seperti mengcounter isu dari sebuah akun media sosial yang tidak jelas pemiliknya siapa.
Namun tak lama kemudian Aditya merevisi statementnya...