free web hit counter
Jatim Times Network
Beranda
Agama

Pemilik Aroma Wangi yang Mati Syahid: Kisah Pilu Mush’ab bin Umair

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

24 - Nov - 2025, 09:54

Loading Placeholder
Ilustrasi sosok Mush'ab bin Umair yang mati syahid (ist)

JATIMTIMES - Di masa-masa awal dakwah di Makkah, satu nama kerap disebut-sebut dengan kekaguman: Mush'ab bin Umair. Ia dikenal sebagai pemuda tampan dengan pakaian mahal dan aroma harum yang melekat seakan jadi identitasnya. Banyak perempuan memendam harap ingin dipersunting olehnya. Maklum, ia lahir dari keluarga terpandang dan tak pernah bersentuhan dengan hidup serba sederhana.

Namun citra glamor itu mulai memudar ketika telinganya menangkap kabar tentang sosok Nabi Muhammad dan ajaran baru yang mengguncang kota. Rasa ingin tahu mendorongnya mendatangi rumah Al-Arqam, tempat Rasulullah menemui para sahabat awal. Di ruangan kecil itu, Mush'ab mengajukan banyak pertanyaan, mencoba memahami risalah yang dibawa Nabi. Ketertarikannya tumbuh perlahan, sampai akhirnya ia memilih memeluk Islam.

Baca Juga : Kode Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Eropa, Siapa Sosok Misterius yang Dituju PSSI?

Keputusan itu membuat rumahnya sendiri berubah menjadi tempat ujian. Ibunya yang terkenal keras menolak mentah-mentah pilihan Mush'ab. Ia dikurung, ditekan, bahkan disakiti, semua dilakukan dengan harapan anaknya menyerah. Tapi Mush'ab berdiri teguh. Ia justru terus mengajak ibunya mengikuti jalan yang ia yakini benar. Suatu hari ia mendapati ibunya melemah karena sengaja menahan makan. Tujuannya jelas: membuat Mush'ab membatalkan keislamannya. Tetapi ia tetap tegar. “Aku tidak akan meninggalkan Islam,” ujarnya tegas.

Ucapan itu menjadi batas akhir kesabaran sang ibu. Mush'ab diusir. Dari pemuda yang dulu berjalan dengan jubah terbaik, ia kini hidup hanya dengan tenaga dan tekad. Untuk bertahan hidup, ia menjual kayu bakar sambil terus mendampingi Rasulullah dalam perjalanan dakwah.

Keteguhannya kembali diuji ketika Perang Uhud pecah. Mush'ab berdiri di barisan depan sebagai pembawa panji Islam, tugas yang kala itu berarti siap menjadi sasaran utama musuh. Berkali-kali pasukan Quraisy menerjangnya, namun ia tetap menahan bendera itu agar tidak jatuh dari genggamannya. Pertempuran makin panas hingga akhirnya sebuah tombak menikam tubuhnya. Mush'ab gugur sebagai syuhada di medan Uhud.

Yang membuat sahabat terhenyak adalah keadaan jenazahnya. Tak seperti prajurit lain yang kadang pulang dengan harta rampasan, Mush'ab hampir tak punya apa-apa. Hanya selembar kain lurik yang bahkan terlalu pendek: bila ditarik menutupi kepala, kakinya terlihat; bila menutupi kaki, bagian kepalanya terbuka. Rasulullah memerintahkan agar kain itu dipakai untuk menutup kepalanya, sementara bagian kaki yang tersisa ditutup dengan rerumputan idzkhir yang beraroma wangi.

Baca Juga : Viral Angkot Jurusan Lawang-Arjosari Terbakar, Diduga Selang Bensin Bocor

Lama setelah itu, kisahnya masih membuat hati para sahabat bergetar. Pada suatu kesempatan, ketika Abdur Rahman bin ‘Auf tengah disajikan makanan, Nabi kembali mengenang Mush'ab, pemuda yang rela meninggalkan kemewahan demi keyakinannya. Beliau menyebut bagaimana kain kafannya tak mampu menutupi seluruh tubuh. Mendengar cerita itu, Abdur Rahman tak kuasa menahan air mata. Hidangan di depannya pun ia tinggalkan.


Topik



Media Terverifikasi Dewan Pers

Update Berita JatimTIMES Network

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News JatimTIMES atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui tombol berikut:


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri

Agama

Artikel terkait di Agama

--- Iklan Sponsor ---