JATIMTIMES - Insiden pemukulan terjadi di tengah kemeriahan karnaval sound hórèg yang digelar di Kelurahan Mulyorejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Minggu (13/7/2025). Karnaval yang semestinya menjadi ajang hiburan warga itu mendadak ricuh setelah salah satu peserta dan warga terlibat adu fisik akibat kebisingan suara sound system.
Kejadian tersebut sontak viral di media sosial dan memancing banyak komentar warganet. Kericuhan bermula ketika seorang warga yang tinggal di sekitar lokasi merasa terganggu dengan dentuman keras sound system dari peserta karnaval.
Baca Juga : Fenomena Istiwa A’zam 15-16 Juli 2025: Waktu Tepat Cek Arah Kiblat dari Rumah
"Jadi awalnya karena suara sound system terlalu keras. Salah satu warga yang anaknya sedang sakit menegur peserta karnaval," ujar Kasi Humas Polresta Malang Kota Ipda Yudi Risdiyanto saat dikonfirmasi, Senin (14/7/2025).
Menurut Yudi, warga berinisial RM (55) sempat meneriaki peserta karnaval bernomor urut 2 yang membawa sound horeg saat rombongan tersebut melintas di depan rumahnya. Suaminya, MA (57), kemudian keluar rumah dan meminta secara langsung agar suara sound dimatikan.
Namun, situasi semakin memanas ketika MA mendorong salah satu peserta karnaval. Tindakan itu memicu emosi dari peserta lain yang kemudian melakukan pemukulan terhadap MA hingga mengalami luka di bagian pelipis.
"Setelah melihat rekannya didorong, peserta lain tidak terima dan akhirnya terjadi pemukulan terhadap MA," beber Yudi.
Akibat insiden tersebut, MA sempat melaporkan kejadian itu ke Polresta Malang Kota. Namun laporan tersebut urung diproses lebih lanjut karena kedua belah pihak sepakat berdamai melalui mediasi yang difasilitasi oleh pihak kelurahan dan kepolisian.
Baca Juga : MUI Keluarkan Fatwa Haram Sound Horeg, Wali Kota Malang Tunggu Aturan dari Pemprov Jatim
"Korban sempat membuat laporan, tapi kemudian berniat mencabutnya karena sudah terjadi kesepakatan damai dan penyelesaian secara kekeluargaan," jelasnya.
Dalam mediasi yang digelar Senin (14/7/2025), peserta karnaval juga memberikan ganti rugi atas insiden tersebut sesuai permintaan korban.
Sebagai informasi, gelaran karnaval sound horeg ini merupakan bagian dari acara kirab budaya tahunan di wilayah tersebut. Namun, peristiwa ini kembali memunculkan perdebatan publik soal maraknya penggunaan sound system bervolume tinggi yang dinilai kerap meresahkan masyarakat.