JATIMTIMES - Di tengah gempuran tren fashion dan gaya hidup modern, sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah SAW mengemuka sebagai peringatan bagi kaum wanita untuk tetap berpijak pada etika dan norma syar’i. Konsep "wanita akhir zaman" bukan sekadar wacana teologis, tapi telah menjadi refleksi sosial yang nyata dalam kehidupan masa kini.
Istilah wanita akhir zaman berakar dari bahasa Arab al-ākhir (akhir) dan zamān (masa), yang secara literal merujuk pada fase mendekati kiamat. Dalam tafsir sosial-keagamaan, frasa ini menggambarkan kondisi moral perempuan di masa menjelang akhir zaman, sebuah era yang sarat dengan penyimpangan nilai dan dekadensi moral.
Baca Juga : Curi Puluhan Perangkat PJU di Malang Raya, Mantan Teknisi Diamankan Polisi
Para ulama mengaitkan konsep ini dengan meningkatnya fenomena tabarruj, yakni kebiasaan memperlihatkan aurat secara berlebihan, serta perubahan sikap sosial perempuan yang dinilai tidak sejalan dengan prinsip syariat. Fenomena ini bukan hanya sekadar mitos eskatologis, melainkan kritik atas realitas zaman yang menyilaukan umat oleh gemerlap dunia.
Meskipun tidak secara eksplisit menyebut istilah "wanita akhir zaman", Al-Qur’an telah memberi fondasi moral bagi perempuan Muslim melalui sejumlah ayat. Berikut beberapa rujukan utama:
1. Surat Yusuf Ayat 28
Ayat ini menyinggung tipu daya seorang perempuan yang mencoba menggoda Nabi Yusuf. Frasa "inna kaidakunna ‘azhim" (sungguh tipu daya kalian sangat besar) menjadi refleksi atas pentingnya menjaga moral dan niat dalam berinteraksi:
"Sesungguhnya ini adalah tipu dayamu. Sungguh, tipu dayamu itu besar." (QS. Yusuf: 28)
2. Surat An-Nur Ayat 31
Menginstruksikan perempuan untuk menjaga pandangan dan menutup aurat: “Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak.” (QS. An-Nur: 31)
3. Surat Al-Ahzab Ayat 33
Mengingatkan agar perempuan tidak tampil mencolok seperti masa jahiliyah:
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah bertabarruj seperti orang-orang jahiliyah dahulu…” (QS. Al-Ahzab: 33)
4. Surat Al-Ahzab Ayat 59
Menekankan pentingnya jilbab sebagai simbol identitas dan perlindungan: “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka… agar mereka lebih mudah dikenali dan tidak diganggu.” (QS. Al-Ahzab: 59)
Baca Juga : Polisi Gerebek Rumah Pengedar Sabu di Singosari, Sita 16 Poket Sabu Seberat 23 Gram
Rasulullah SAW dengan jelas menyampaikan bahwa salah satu fitnah terbesar yang dihadapi umat adalah wanita. Dalam sabdanya: “Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lebih lanjut, dalam hadis riwayat Imam Ahmad, digambarkan situasi di mana wanita mengenakan pakaian yang tampak seperti telanjang dan berhias berlebihan. Penampilan mereka menyerupai punuk unta, dan Rasul menyebut mereka sebagai wanita yang terlaknat karena telah melampaui batas:
"Wanita-wanita mereka berpakaian tetapi telanjang, kepala mereka bagaikan punuk unta yang kurus, laknatlah mereka karena sesungguhnya mereka adalah wanita-wanita terlaknat."
Realita hari ini menunjukkan bahwa peringatan tersebut tidak jauh dari kenyataan. Maraknya pakaian minim, konten sensual di media sosial, hingga budaya pamer kekayaan dan kecantikan menjadi potret dari arus besar globalisasi nilai. Tren ini tak hanya digemari, namun juga dikomodifikasi lewat e-commerce dan industri fashion digital.
Banyak wanita yang terjebak pada standar kecantikan artifisial, demi terlihat relevan di tengah tekanan sosial, meskipun harus mengorbankan nilai-nilai spiritual dan moral. Di sinilah pentingnya kesadaran kolektif untuk kembali pada nilai Qurani yang mengedepankan kesantunan, kehormatan, dan kesederhanaan.