JATIMTIMES - Aritmia adalah gangguan pada detak jantung atau irama jantung yang ditandai dengan detak jantung yang tidak teratur, bisa terlalu cepat atau terlalu lambat. Kondisi tersebut sering kali tidak disadari, namun dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan baik.
Dalam acara paparan media, yang dirangkaikan dengan buka puasa bersama, dr. Ragil Nur Rosyadi, Sp.JP (K), FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Siloam Surabaya, menjelaskan bahwa banyak pasien baru menyadari mengalami aritmia setelah mengalami gejala seperti jantung berdebar atau rasa lemas.
Baca Juga : Hasil Indonesia vs Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026: Garuda Dibantai 5:1
“Banyak pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan seperti jantung berdebar atau mudah lelah. Setelah diperiksa, barulah diketahui bahwa mereka mengalami gangguan irama jantung,” jelas dr. Ragil, Kamis (20/3).
Apa Penyebab Aritmia?
Aritmia dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari kondisi bawaan hingga gaya hidup yang kurang sehat. Beberapa faktor pemicunya meliputi:
• Kelainan jantung bawaan
• Tekanan darah tinggi
• Gangguan hormon, seperti masalah tiroid
• Konsumsi kafein atau alkohol berlebihan
• Stres emosional dan kurang tidur
• Kebiasaan merokok
• Penggunaan obat-obatan tertentu
Dan aritmia tidak hanya menyerang mereka yang memiliki riwayat penyakit jantung. Bahkan seseorang dengan jantung sehat pun bisa mengalami gangguan ini akibat faktor eksternal.
Karena sering kali tidak terdeteksi, aritmia dijuluki sebagai “silent killer”. Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain:
• Jantung berdebar secara tiba-tiba
• Rasa lelah berlebihan tanpa sebab jelas
• Pusing atau sensasi melayang
• Sesak napas
• Nyeri dada
• Pingsan atau kehilangan kesadaran
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, diharapkan segera memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung dan pembuluh darah untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Baca Juga : Tegas! Polres Blitar Kota Hancurkan 750 Knalpot Brong dan Ribuan Botol Miras
Penanganan aritmia tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gangguan irama jantung yang dialami. Beberapa metode yang tersedia antara lain:
• Pemeriksaan Diagnostik - Menggunakan EKG, Holter Monitor (perekaman EKG 24 jam), atau Electrophysiology Study (EP Study) untuk mendeteksi gangguan irama jantung.
• Pengobatan dengan Obat Anti-Aritmia - Untuk membantu menstabilkan detak jantung.
• Terapi Ablasi Jantung - Menggunakan kateter untuk menghancurkan jaringan penyebab gangguan irama jantung.
• Pemasangan Pacemaker - Untuk pasien dengan detak jantung yang terlalu lambat.
• Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) - Alat ini berfungsi mengontrol detak jantung dan memberikan kejutan listrik saat terjadi aritmia berbahaya.
“Gangguan irama jantung bisa terjadi kapan saja dan pada siapa saja. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting. Dengan pemeriksaan rutin dan gaya hidup sehat, kita dapat mencegah dampak buruk dari aritmia,” tambah dr. Ragil.