JATIMTIMES - Tak sekadar menampilkan teror horor dengan jump scare, film Petaka Gunung Gede hadir membawa pesan mendalam mengenai pentingnya menghormati tempat baru dan arti persahabatan sejati. Film yang diangkat dari kisah nyata ini memperkenalkan kisah persahabatan yang mengharukan di balik petualangan pendakian gunung yang penuh tantangan.
Pada pemutaran film di Golden Theater Kediri, Sabtu (8/2/2025) malam, Adzana Ashel yang berperan sebagai Ita, tokoh utama dalam film ini, mengungkapkan bahwa salah satu pesan penting yang ingin disampaikan adalah bagaimana seharusnya kita menghormati tempat yang tidak kita kenal.
Baca Juga : Mengenal Sejarah Hari Valentine, Lengkap dengan Ide Hadiahnya
Adzana Ashel merasakan beban tersendiri dalam menghidupkan karakter Ita yang diambil dari sosok nyata dan sudah tiada.
"Kesulitan terbesar mendalami karakter Ita karena Teh Ita sudah almarhum. Sehingga hanya bisa memahami bagaimana sosoknya dari gambaran orang-orang terdekatnya terutama dari Teh Maya yang menjadi pemilik kisah ini, " ungkap Ashel.
Sementara itu, bagi Arla Ailani, pemeran Maya, tantangan terbesarnya bukan hanya menghadapi medan berat, tetapi juga menjaga mental dan stamina saat syuting di ketinggian dan juga saat adegan kesurupan karena belum pernah tahu orang yang mengalami kesurupan. "Ini pengalaman pertama saya naik gunung, jadi cukup berat, "kata Arla.
Selain menghadirkan ketegangan dan rasa takut, Petaka Gunung Gede juga membawa pesan moral tentang pentingnya menghormati aturan pendakian dan menjaga keseimbangan dengan alam.
"Karena ini kisah nyata. Harapan kami dengan banyaknya penonton, semakin banyak pula doa baik untuk almarhumah Ita agar ia tenang di sana," tutup Arla.
Film ini bukan sekadar tontonan horor, tetapi juga pengingat bahwa alam memiliki kekuatannya sendiri dan tidak semua orang yang naik ke puncak akan kembali dengan selamat.
Pada film Petaka Gunung Gede ini awalnya, perjalanan mereka berlangsung lancar. Namun, perlahan kondisi Ita mulai menurun, terutama karena ia sedang mengalami haid.
Indra dan teman-temannya menyarankan Ita untuk kembali turun, tetapi dengan tekad bulat, ia tetap ingin mencapai puncak. Keputusan itu menjadi awal dari teror yang mengerikan.
Baca Juga : Pangeran Timur: Leluhur Pangeran Blitar dan Sejarah Dinasti Madiun
Sepanjang perjalanan, Ita kerap mengalami gangguan mistis. Wajahnya pucat, suaranya berubah, dan tubuhnya kerap bergerak di luar kendali. Teman-temannya menganggap semua itu sebagai akibat dari pantangan pendakian saat haid.
Namun, ada sesuatu yang jauh lebih gelap dan mengerikan di balik kejadian itu, sesuatu yang perlahan menyeret Ita ke dalam jurang maut. Setelah berhasil mencapai puncak, Ita justru mengalami kejadian misterius yang membuatnya kehilangan nyawa.
Pada pemutaran film Petaka Gunung Gede di Golden Theater Kediri, antusiasme masyarakat sangat tinggi. Pihak pembuat film berharap, seiring dengan bertambahnya jumlah penonton, film ini bisa memberikan dampak positif yang lebih besar.
"Kami berharap, karena ini diangkat dari kisah nyata yang sangat personal, semakin banyak penonton yang memberikan doa baik untuk almarhumah. Semoga film ini menyampaikan pesan moral tentang persahabatan sejati dan pentingnya menghormati tempat baru seperti gunung," tambah Arla.
Petaka Gunung Gede bukan sekadar film horor biasa. Di balik horor dan ketegangan yang ditawarkan, film ini mengajak penontonnya untuk merenung dan lebih menghargai ikatan persahabatan serta alam yang kita jelajahi