JATIMTIMES - Belum lama ini, jagat maya dihebohkan dengan video viral yang merekam fenomena langka berupa awan berbentuk busur besar di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Video tersebut menjadi viral setelah diunggah oleh akun TikTok @jajago.indonesia dan ditonton lebih dari 4,6 juta kali.
Dalam video tersebut, terlihat awan tebal berwarna putih yang membentang memanjang seperti busur raksasa. Perekam video menyebut bahwa awan tersebut bergerak cepat dan terus mendekat ke arah dirinya. "Terus datang bergerak dengan cepat," ujar sang perekam dalam video.
Lokasi perekaman diduga berada di vila tepi pantai, terlihat dari adanya kolam renang. "Baru ingat, posisi kami pas di tepi laut," tulis keterangan perekam video sambil menambahkan keterangan lokasi yakni di Sumbawa.
Tak berselang lama, awan besar itu bergerak tepat di atas perekam video, disertai badai angin kencang yang menggoyangkan pepohonan kelapa hingga dahannya patah dan jatuh ke tanah.
"Auto-panik, pertama kali lihat awan begini. Tempat kalian kena badai juga nggak kemarin?" tulis keterangan unggahan tersebut.
Fenomena unik tersebut menuai berbagai komentar dari warganet. Banyak yang menyebut bahwa awan tersebut merupakan awan arcus atau dikenal juga sebagai awan 'tsunami'.
"Awan arcus itu, Bang," tulis salah satu warganet.
Lantas apa itu awan Arcus?
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), awan arcus merupakan salah satu fenomena atmosfer yang terjadi karena ketidakstabilan udara.
Proses terbentuknya melibatkan pertemuan massa udara dingin dengan udara hangat dan lembab, yang kemudian menciptakan pola awan horizontal memanjang mirip gelombang tsunami.
BMKG menjelaskan bahwa fenomena ini biasanya muncul karena adanya angin laut dalam skala besar yang mendorong massa udara ke arah daratan. Meskipun langka, awan arcus dapat memicu kondisi cuaca buruk, seperti angin kencang, hujan lebat, serta kilat atau petir.
Meski sering dikaitkan dengan hal-hal mistis atau tanda bencana besar, BMKG menegaskan bahwa fenomena ini murni akibat dinamika atmosfer dan tidak ada hubungannya dengan potensi gempa atau tsunami.