JATIMTIMES - Sebuah perusahaan bernama Agroniaga Indonesia Sejahtera yang berdiri sejak tahun 2021 lalu di Kabupaten Malang memiliki fokus usaha yakni mengolah limbah kopi dengan pendapatan bisa mencapai Rp 1 miliar lebih per tahun.
Nasrullah Aziz lah orang di balik kemunculan Agroniaga Indonesia Sejahtera. Ia merupakan Founder dari Agroniaga Indonesia Sejahtera yang telah merintis usaha ini sejak masih kecil hingga bisa menghasilkan pendapatan Rp 1 miliar lebih per tahun.
Baca Juga : BPN Situbondo Serahkan 113 Sertifikat PTSL 2024 ke Warga Pawoan
Dirinya pun menceritakan awal mula menggeluti usaha mengolah limbah kopi yang kurang diminati oleh sebagian orang. Berdiri sejak tahun 2021, Agroniaga telah memiliki fokus pada dunia kopi. Di mana awal kali terbentuk, Agroniaga hanya fokus pada penjualan produk kopi di kedai-kedai.
"Sebenarnya kalau Agroniaga mulai tahun 2021 sudah terbentuk. Tapi sampai 2022 bisnis model kita itu masih jualan kopi. Akhirnya kita ulik itu di tahun 2023 karena keterbatasan dan mentok di kondisi Covid-19 pada saat itu. Itu yang membuat kita melakukan riset development supaya bisa punya revenue tambahan," ungkap Nasrullah kepada JatimTIMES.com.
Kemudian, Nasrullah melakukan riset terhadap kopi. Alhasil, dari kopi yang ada, hanya 20 persen yanh diminum dan sisanya sebanyak 80 persen terbuang dan menjadi limbah. Selain itu, produk yang dihasilkan dari limbah kopi juga memiliki nilai ekonomi yang jauh lebih mahal ketimbang sebatas produk minuman kopi.
Lalu, menurut Nasrullah, untuk menghasilkan kopi yang berkualitas dan memiliki cita rasa yang khas, harus berasal dari kebun kopi yang kondisinya bagus.
"Tapi yang kita nilai, petani tidak bisa membuat kebun yang bagus karena keterbatasan biaya operasional. Itu yang coba kita lihat dari mana kita bisa dapat duit itu," ujar Nasrullah.
Terlebih lagi, menurutnya tanaman kopi memiliki masa panen di Juli sampai Oktober selama satu tahun. Sehingga setelah masa panen dan akan memasuki masa panen, dirinya harus menahan diri dengan memanfaatkan kondisi yang ada.
Hal itu pula yang menjadi latar belakang Agroniaga Indonesia Sejahtera mengembang usahanya dengan mengolah limbah kopi.
Menurutnya, dari pengolahan limbah kopi inilah Agroniaga Indonesia Sejahtera bisa menutupi biaya operasional petani yang ada di kebun kopi di Desa Ketindan, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Di mana untuk kebun kopi yang dikelola masih berada di bawah 100 hektare.
"Dari hasil pengolahan limbah inilah itu kita duitnya bisa menutupi biaya operasional petani. Jadi petani kita produknya nggak bayar, kalau ada serangan hama proteksi kita yanh biayain semua. Duitnya bukan dari jualan kopi melainkan ada penghasilan yang lain dikhususkan untuk menangani hal itu," jelas Nasrullah.
Dirinya mengatakan, untuk pengelolaan kebun kopi yang berlokasi di Desa Ketindan, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang ini, Agroniaga Indonesia Sejahtera menggunakan sistem contract farming.
"Jadi yang menentukan harga bukan kita sebagai pembeli justru di kontrak itu yang menentukan harga itu dari petani. Tapi kita sebagai offtakernya berkewajiban untuk memberikan sarana produksi seperti pupuk gratis, kalau ada hama kita gratisin penanganannya," kata Nasrullah.
Dirinya mengaku, telah memasukkan unsur teknologi di area kebun kopi tersebut. Sehingga dapat mendeteksi unsur hara yang dibutuhkan, serta ada Early Warning System untuk mendeteksi hama. Untuk memasukkan teknologi tersebut, Agroniaga Indonesia Sejahtera bekerja sama dengan brand dari Bandung.
Baca Juga : Warga Keluhkan Bau Busuk Limbah Pengolahan Udang Mengalir ke Saluran Irigas
Pihaknya menyebutkan, terdapat lima jenis limbah kopi yang sela a ini tidsk dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian orang. Yakni limbah kulit luar, limbah kulit ari, air fermentasi, caf kopi saat proses roasting dan ampas kopi yang ada di kedai-kedai kopi.
"Di Agroniaga Indonesia Sejahtera itu unitnya kita tidak bisa berdiri sendiri. Jadi di Agroniaga Indonesia Sejahtera ini kita mengutamakan ekosistem kolaborasi " tutur Nasrullah.
Dirinya pun menjelaskan, untuk limbah kulit luar diolah dan dijadikan material baru berupa kulit lembaran. Di mana untuk proses pengolahan limbah kulit luar tersebut mengandalkan ibu-ibu yang ada di sekitar kebun kopi di wilayah Desa Ketindan, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
"Kemudian kalau kulit arinya dia menjadi bahan pembantu buat kulit lembaran. Itu bisa jadi tas atau dompet, jadi by order dan yang menjahit dari ibu-ibu petani di Ketindan Lawang. Kalau yang memproduksi sesuai dengan perjanjian yang kita lakuin brand nya tidak bisa di show up dan untuk brandnya di Gresik," beber Nasrullah.
Selanjutnya, untuk limbah air fermentasi diolah menjadi eco enzim. Di mana manfaatnya juga banyak sekali. Di antaranya diaplikasikan untuk tanaman, digunakan untuk mengepel hingga menjadi sabun.
Kemudian untuk limbah caf kopi berupa silver skin atau kulit tipis yang berasal dari proses pembakaran kopi atau roastery dapat dijadikan media tanam pengganti dari cocopit yang sekarang sedang banyak dimintai oleh pegiat tanaman.
"Kalau ampas kopi itu kita ubah jadi material baru berupa papan, yang itu bisa dijadikan jam tangan, kacamata. Kita kolaborasi dengan brand yang namanya gentanala yang ada di Bandung," tutur Nasrullah.
Lebih lanjut, dalam mengolah limbah kopi ini, Nasrullah mengaku menggandeng berbagai elemen untuk berkolaborasi mengolah limbah kopi menjadi produk yang lebih bermanfaat dan tentunya bisa menambah nilai ekonomi dari masing-masing pihak yang bernaung ataupun bekerja sama dengam Agroniaga Indonesia Sejahtera.
"Jadi ekosistem kita itu banyak orang dan brand behind the scene Agroniaga banyak banget. Itu memudahkan kita untuk begerak cepat, tetapi manfaatnya masih terasa," kata Nasrullah.
Disinggung pendapatan yang diperoleh dari mengolah limbah kopi dan berkolaborasi dengan berbagai brand, dirinya mengaku pada akhir tahun 2023 lalu bisa memperoleh keuntungan mencapai Rp 1,2 miliar. Kemudian di tahun 2024 ditargetkan mencapai Rp 1,5 miliar. Di mana saat ini masih proses penghitungan nilai keuntungan dari operasional usaha di tahun 2024 lalu.