JATIMTIMES - Berbicara tentang penyakit, salah satu penyakit yang dianggap cukup berbahaya bagi kesehatan adalah epilepsi. Epilepsi adalah gangguan neurologis kronis yang ditandai dengan terjadinya kejang berulang akibat pelepasan impuls listrik yang abnormal di otak. Kejang ini dapat bervariasi dalam intensitas dan durasi, serta dapat disertai dengan hilangnya kesadaran dan perubahan perilaku.
IDI merupakan singkatan dari Ikatan Dokter Indonesia. IDI Kecamatan Praya dengan alamat idipraya.org merupakan salah satu organisasi kesehatan dan menjadi wadah profesi bagi para dokter di Indonesia.
Baca Juga : Kenali Gejala Migrain, IDI Gerung Bagikan Informasi Pengobatan yang Tepat
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Praya adalah organisasi profesi yang berfungsi untuk menaungi para dokter di wilayah Praya, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. IDI Praya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, mendukung pengembangan profesionalisme dokter, serta memberikan edukasi dan informasi kesehatan kepada masyarakat.
IDI Praya kemudian meneliti lebih lanjut mengenai penyakit epilepsi yang sering menyerang dan mengganggu kesehatan masyarakat Indonesia. Beberapa cara dan rekomendasi obat yang tepat bagi para penderitanya.
Apa saja penyebab terjadinya penyakit epilepsi?
(Foto oleh Michail_Petrov-96 dari iStockphoto)
IDI Kecamatan Praya dengan alamat idipraya.org menjelaskan penyakit epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetik, trauma kepala, infeksi otak, gangguan sistem imun, masalah tumbuh kembang anak, gangguan metabolisme, dan masalah pembuluh darah di otak. Berikut adalah penyebab terjadinya penyakit epilepsi meliputi:
1. Faktor genetik atau keturunan
Salah satu faktor utama terjadinya epilepsi adalah faktor keturunan atau genetik. Sebagian besar kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya, tapi sekitar 30-70% kasus diketahui memiliki komponen genetik.
2. Masalah tumbuh kembang anak
Faktor lainnya terjadinya epilepsi adalah faktor tumbuh kembang anak. Kelainan perkembangan otak yang terjadi sejak lahir dapat berkontribusi terhadap terjadinya epilepsi, terutama pada anak-anak.
3. Gangguan metabolisme
Selain faktor genetik atau keturunan. Epilepsi dapat terjadi karena gangguan metabolisme pada tubuh. Kondisi metabolik tertentu, seperti hipoglikemia atau gangguan elektrolit, dapat memicu kejang secara mendadak.
4. Adanya gangguan pada sistem imun
Faktor terakhir yang dapat menyebabkan terjadinya epilepsi adalah sistem imun yang lemah. Ensefalitis autoimun dapat menyebabkan kejang dan epilepsi secara mendadak.
Baca Juga : Kenali Bahaya Cedera Saraf Tulang Belakang, IDI Kota Dompu Berikan Informasi Pengobatan yang Tepat
Pengetahuan tentang penyebab epilepsi sangat penting untuk diagnosis dan manajemen yang efektif. Meskipun banyak kasus yang tidak diketahui penyebabnya, faktor risiko lainnya masih dapat dikendalikan dengan cara preventif.
Apa saja obat yang direkomendasikan untuk mengobati epilepsi?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah merangkum beberapa obat yang bisa meringankan gejala epilepsi. Adapun beberapa orang yang bisa di konsumsi meliputi:
1. Obat Topiramate
Topiramate adalah obat untuk mencegah dan meredakan kejang akibat epilepsi, seperti pada penderita Sindrom Lennox-gastaut atau kejang parsial. Obat ini juga bisa digunakan untuk mencegah terjadinya migrain. Topiramate dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain.
2. Obat Asam Valproat
Obat Asam valproat adalah obat untuk mengobati kejang akibat epilepsi dan gangguan bipolar. Obat ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan obat antikonvulsan lainnya. Obat ini membutuhkan resep dari dokter.
Obat-obatan ini harus digunakan sesuai resep dan pengawasan dokter, karena dosis dan jenis obat dapat bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan individu dan respons terhadap pengobatan.