JATIMTIMES - Kafe Pustaka kembali hadir di Kota Malang dengan wajah baru namun tetap mempertahankan visinya sebagai ruang untuk berbagi literasi. Acara reloaded opening kafe ini dilangsungkan pada Selasa, 5 November 2024 di alamat barunya, yaitu di Jl. Pekalongan No. 1, Kota Malang, menggantikan lokasi sebelumnya di dalam kampus Universitas Negeri Malang (UM).
David Ardyanta, pengelola Kafe Pustaka, mengungkapkan bahwa meskipun berpindah lokasi, Kafe Pustaka tetap membawa misi yang sama. “Kafe ini adalah ruang dan rumah bagi teman-teman semua untuk komunitas apa saja. Di sini, kita bisa mengadakan diskusi, sarasehan, seminar, dan kegiatan lainnya secara gratis,” ungkap David kepada JatimTIMES, Selasa (5/11) malam.
Baca Juga : New Honda Scoopy Generasi Terbaru Siap Mencuri Perhatian Pecinta Skutik Unik dan Fashion
Kafe Pustaka telah menjalankan misinya selama sembilan tahun sebagai tempat berkumpulnya berbagai komunitas dari dalam maupun luar kampus. Menurut David, perpindahan lokasi ini tidak akan mengubah segmentasi pengunjung, yang terdiri dari mahasiswa, komunitas literasi, dan masyarakat umum.
“Ketika Kafe Pustaka masih di dalam kampus, visi misi kita adalah merangkul semua komunitas, termasuk komunitas dari luar kampus,” jelas David.
Suasana reloaded opening Kafe Pustaka. (Foto: Nurlayla Ratri/Jatimtimes)
Ke depannya, Kafe Pustaka akan terus menjadi wadah bagi berbagai komunitas untuk berbagi literasi, pemikiran dan kreativitas tanpa bahltas. Bahkan agenda terdekat, 10 November 2024 nanti, sudah ada komunitas yang akan menggelar diskusi puisi di Kafe Pustaka.
Dalam orasi budaya yang disampaikan pada acara pembukaan Kafe Pustaka, Guru Besar Satra Indonesia UM Prof Dr Djoko Saryono MPd menekankan pentingnya ruang bebas seperti kafe untuk melahirkan pemikiran dan kebudayaan yang inovatif.
“Zaman ini berubah cepat, dunia berlari tunggang langgang,” ujarnya.
Djoko mengingatkan bahwa perubahan yang melesat ini harus diimbangi dengan ruang untuk memikirkan kembali tradisi, salah satunya melalui "mberot", sebagai sebuah konsep kebebasan dalam berkesenian yang populer di Malang.
"Mberot" sendiri sejatinya adalah istilah dalam budaya bantengan, sebuah seni tradisional yang saat ini kembali digemari oleh anak muda. Menurut Djoko, "mberot" bukan sekadar kegilaan atau kebebasan liar, tetapi juga melepaskan diri dari aturan kaku demi melahirkan ide-ide segar dan inovatif. “Esensi dari 'mberot' itu adalah transendensi, melepaskan diri dari kesadaran formal,” tambahnya.
Momen Ben Lazuardi menampilkan musik di reloaded Kafe Pustaka. (Foto: ist)
Ia pun mengajak generasi muda untuk menerapkan konsep ini dalam berkesenian, berpikir, dan berkebudayaan agar Indonesia tidak tertinggal. Menurut Djoko, pemikiran dan kesenian tidak akan berkembang jika dikungkung oleh aturan yang ketat. Itulah sebabnya kafe menjadi tempat yang tepat untuk mendorong kebebasan berekspresi.
“Di dalam kafe, kita mendapatkan kebebasan dan keleluasaan untuk pemikiran baru tentang kesenian dan kebudayaan, mberot intelektual,” jelas Djoko.
Baca Juga : 40 Jam Pegang Motor, Maurice Bawa Pulang PCX Lewat “FIFGROUP Pegang Asyik” di IMOS 2024
Ia juga menyebut kafe sebagai “ruang mberot pemikiran, kesenian, dan kebudayaan” di mana orang bisa berbincang dan bertukar pikiran dengan leluasa. Djoko menambahkan, kafe memiliki kodrat sebagai ruang yang bebas dari pagar-pagar pembatas seperti waktu, aturan, dan tata letak, sehingga sangat cocok sebagai ruang kebebasan berekspresi.
Ia menegaskan bahwa masyarakat, khususnya generasi muda, membutuhkan ruang semacam ini untuk melakukan “mberot” atau eksplorasi pemikiran yang melampaui batas-batas kaku. "Kafe menjual kenyamanan, tapi juga keleluasaan. Di sini kita bisa mendapatkan kebebasan berpikir yang sulit ditemukan di ruang-ruang lain seperti pendidikan atau pemerintahan,” ujarnya.
Djoko juga berharap Kafe Pustaka dapat terus menjadi wadah bagi “komunitas epistening”, sebuah istilah yang menggambarkan para pengunjung sebagai komunitas yang menjaga pentingnya pemikiran dan literasi.
Kehadiran kafe ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada literasi, kesenian, dan budaya lokal. Tak hanya sekadar tempat untuk menikmati secangkir kopi, Kafe Pustaka berupaya menjadi ruang mberot untuk ide-ide besar dan gagasan kreatif dari berbagai komunitas.