JATIMTIMES - Naiknya harga sejumlah komoditi menyebabkan inflasi sebesar 0,20 persen di Kota Malang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kota Malang, salah satunya adalah naiknya harga komiditi tomat sebesar 44,9 persen.
Naiknya harga tomat ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,03 persen. Padahal, pada lima bulan sebelumnya, tomat malah menjadi salah satu komoditi penyumbang deflasi.
Baca Juga : Dukung Swasembada Pangan, Ketua DPRD Blitar Hadiri MoU Pemanfaatan Lahan Polres
"Kemarin kami sudah melihat ke pasar memang tomat mengalami kenaikan. Padahal di lima bulan sebelumnya komoditas ini justru menjadi penyumbang deflasi," ujar Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjaifudin.
Selain tomat, komoditas lain yang kenaikan harganya turut mendorong pergerakan inflasi adalah daging ayam ras. Dengan kenaikan harga sebesar 3,54 persen, komoditas ini memberikan andil inflasi sebesar 0,05 persen.
Naiknya harga daging ayam ras ini juga dipengaruhi kenaikan harga pakan ternak. Selain daging, hal itu juga berpengaruh pada naiknya harga telur ayam ras sebesar 1,62 persen. Yang turut menyumbang inflasi sebesar 0,02 persen.
"Kemungkinan untuk daging ayam ras sama telur ayam ras dipengaruhi kenaikan harga pakan," imbuh Umar.
Selain komoditas pangan, pergerakan inflasi juga turut disumbang oleh naiknya harga emas. Kenaikan sebesar 5,09 persen pada logam mulia ini memberikan andil sebesar 0,07 persen terhadap inflasi.
Baca Juga : Memahami Futures Perpetual: Elemen Kunci untuk Trader
"Emas pershiasan merupakan komoditas yang sampai Oktober, baik secara komulatif dari Januari sampai Oktober maupun secara year on year menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Kota Malang. Bahkan Jawa Timur dan Nasional," terang Umar.
Selain itu, inflasi di Kota Malang juga terjadi akibat naiknya harga sejumlah barang. Seperti sigaret kretek mesin (SKM) sebesar 1,62 persen, bawang merah sebesar 10,93 tarif kendaraan roda dua online 6,63 persen, jeruk 5,39 persen dan labu siam sebesar 14,06 persen.
