JATIMTIMES - Baru-baru ini, media sosial dihebohkan oleh kejadian viral yang melibatkan pembelian Labubu di Gandaria City Mall. Antrean panjang yang berlangsung pada Minggu, 15 September 2024, berujung ricuh setelah pihak penjual mengumumkan bahwa stok Labubu telah habis. Kejadian ini menjadi trending topik di platform X pada Senin, 16 September 2024, memicu berbagai reaksi dari netizen.
Video yang merekam insiden tersebut dibagikan oleh pengguna TikTok dengan akun coklat.peanut7. Dalam video tersebut, terlihat para pembeli yang marah dan kecewa karena sudah lama mengantre namun tidak mendapatkan Labubu.
Baca Juga : Politisi Nasdem: Kota Malang Butuh Pemimpin yang Bebas dari Beban Masa Lalu
Beberapa di antara mereka bahkan melampiaskan kemarahan kepada petugas keamanan yang bertugas di lokasi. Menurut keterangan dalam video, para pembeli kecewa lantaran informasi stok habis diumumkan mendadak di detik-detik terakhir. "Kerusuhan detik-detik terakhir. Tiba-tiba ada informasi Labubu habis," tulis akun coklat.peanut7 dalam keterangannya.
Dalam video yang sama, terlihat juga pihak penjual berusaha memberikan penjelasan melalui pengeras suara. Namun, para pembeli tampaknya tidak terima dengan pengumuman tersebut. Bahkan, beberapa di antara mereka mengancam akan membawa masalah ini ke jalur hukum. "Katanya besok nggak ada Labubu, guys," tambah akun tersebut.
Meski sempat memanas, situasi akhirnya berakhir dengan damai setelah pihak penyelenggara memberikan solusi. Para pembeli yang mengantre pada hari itu akan diberikan kartu prioritas untuk mengantre di hari berikutnya. Meski demikian, kartu prioritas ini tidak menjamin bahwa mereka akan mendapatkan Labubu, karena stok tetap bergantung pada ketersediaan.
"Berakhir damai kok, dikasih kartu prioritas untuk kunjungan selanjutnya tapi nggak ada jaminan Labubu ada," tulis coklat.peanut7 dalam video tersebut.
Mengapa Labubu Begitu Dicari?
Viralnya kejadian ini memicu banyak pertanyaan dari publik, terutama terkait mengapa boneka gantungan kunci bernama Labubu ini begitu diminati hingga memicu kerusuhan. Labubu bukan sekadar boneka biasa, tetapi memiliki daya tarik tersendiri yang membuatnya sangat populer di kalangan penggemar.
Labubu adalah gantungan kunci berbentuk monster kecil dengan ciri khas telinga panjang, gigi yang mencuat, dan senyum lebar. Popularitas Labubu mulai melambung pada April 2024, setelah Lisa, anggota grup K-pop terkenal BLACKPINK, mengunggah video di Instagram Story-nya. Dalam video tersebut, Lisa melakukan unboxing Labubu dari sebuah blind box, yang langsung menarik perhatian penggemarnya.
Baca Juga : Kecelakaan Tunggal di JLS Malang: Sopir Pikap Tewas, 4 Penumpang Luka-luka
Tidak hanya itu, Lisa juga menampilkan Labubu sebagai salah satu aksesoris yang tergantung di tas mewah Louis Vuitton miliknya. Kombinasi popularitas Lisa dan kemunculan Labubu di platform media sosial membuat permintaan terhadap boneka ini melonjak tajam. Di TikTok, perbincangan tentang Labubu semakin ramai, dan harganya pun meroket.
Saat ini, harga satu boneka gantungan kunci Labubu berkisar antara Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta, tergantung pada edisi dan kelangkaannya. Kepopuleran Labubu yang melejit ini juga mengundang perhatian lebih luas, tidak hanya dari kalangan penggemar K-pop tetapi juga masyarakat umum.
Siapa Pencipta Labubu?
Di balik popularitas Labubu yang terus meningkat, banyak yang penasaran siapa sebenarnya pencipta boneka ini. Labubu adalah karya dari desainer mainan ternama, Kasing Lung, yang dikenal dengan desain-desain kreatifnya dalam dunia mainan koleksi. Labubu merupakan salah satu karakter ikonik dari koleksi Ziqi x Kasing Lung dan menjadi salah satu yang paling dicari oleh para kolektor mainan maupun penggemar aksesoris unik.
Dengan desain yang menggemaskan dan kesan misterius, Labubu sukses menjadi salah satu tren yang tidak hanya diminati di kalangan kolektor, tetapi juga menjadi simbol status bagi mereka yang berhasil mendapatkannya. Tidak heran jika kejadian di Gandaria City tersebut mencuri perhatian publik dan memicu perdebatan mengenai fenomena konsumerisme dalam budaya populer masa kini.