free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Mengenal Marie Antoinette, Ratu Prancis yang Dikaitkan dengan Erina Gudono

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : A Yahya

25 - Aug - 2024, 19:41

Placeholder
Marie Antoinette, ratu terakhir Prancis sebelum Revolusi Prancis. (Foto: X)

JATIMTIMES - Baru-baru ini, nama Erina Gudono, istri dari Kaesang Pangarep, menjadi sorotan publik setelah gaya hidup mewahnya ramai diperbincangkan di platform media sosial X. 

Sebagian warganet bahkan mengaitkannya dengan sosok Marie Antoinette, ratu terakhir Prancis sebelum Revolusi Prancis, yang terkenal dengan gaya hidup borosnya. 

Baca Juga : Serunya Taaruf Fakultas Kedokteran UIN Malang Peserta Antusias dan Kompak

Muncul pengaitan dengan Marie Antoinette itu terjadi setelah Erina memposting kegiatannya di Amerika Serikat. Mulai dari menaiki pesawat pribadi, makan roti seharga Rp400 ribu, hingga membeli stroller bayi dengan harga fantastis. Momen unggahan Erina itu terjadi bersamaan dengan situasi panas penolakan RUU Pilkada di DPR RI, yang memicu kemarahan publik.

Profil Marie Antoinette 

Marie Antoinette sendiri adalah salah satu tokoh sejarah yang paling dikenal sebagai simbol kemewahan dan kejatuhan monarki Prancis pada abad ke-18. Kehidupannya yang penuh kontroversi, dari pernikahannya dengan Louis XVI hingga eksekusinya selama Revolusi Prancis, mencerminkan ketegangan sosial dan politik yang akhirnya menyebabkan runtuhnya monarki di Prancis.

Marie Antoinette lahir pada 2 November 1755 di Wina, Austria, sebagai putri dari Kaisar Franz I dan Maria Theresa, penguasa Habsburg. Nama lengkapnya adalah Maria Antonia Josepha Johanna, dan dia merupakan anak kelima belas dari enam belas bersaudara. 

Sebagai bagian dari keluarga kerajaan yang berpengaruh, Marie Antoinette tumbuh dalam kemewahan dan mendapatkan pendidikan yang baik. Namun, seperti banyak putri bangsawan pada masanya, nasibnya sudah ditentukan sejak lahir, yaitu sebagai alat diplomatik melalui pernikahan.

Di usia 14 tahun, Marie Antoinette menikah dengan Louis-Auguste, calon raja Prancis, dalam upaya memperkuat hubungan antara Austria dan Prancis. Louis-Auguste, yang kemudian menjadi Louis XVI, adalah pemuda yang pemalu dan kurang berpengalaman. Pernikahan ini menjadi pintu masuk Marie Antoinette ke dunia istana Versailles, yang sangat berbeda dari kehidupan yang dia kenal di Austria.

Hidup di Versailles memperkenalkan Marie Antoinette pada kemewahan yang luar biasa. Istana ini tidak hanya menjadi pusat kekuasaan, tetapi juga penuh dengan protokol yang ketat dan intrik politik yang mewarnai kehidupan sehari-hari. Sebagai calon ratu, Marie Antoinette harus menyesuaikan diri dengan berbagai aturan dan ekspektasi di lingkungan barunya.

Sebagai remaja yang hidup dalam kemewahan tanpa tanggung jawab yang berarti, Marie Antoinette segera mendapatkan reputasi sebagai sosok yang boros dan gemar bersenang-senang. Ia sering menghabiskan waktu di teater, balet, dan pesta-pesta mewah. 

Gaya busananya yang flamboyan dan inovatif juga menjadi tren di kalangan bangsawan Prancis. Namun, di balik kehidupan sosialnya yang gemerlap, Marie Antoinette sering merasa terisolasi, terutama karena hubungan awalnya dengan Louis XVI tidak segera menghasilkan keturunan, yang menambah tekanan publik terhadap dirinya.

Seiring berjalannya waktu, reputasi Marie Antoinette sebagai ratu yang boros mulai menjadi sorotan publik. Pengeluarannya yang besar di saat ekonomi Prancis mulai terpuruk menjadikannya sasaran kritik. Rakyat Prancis yang menderita akibat pajak tinggi dan kelangkaan pangan mulai melihat Marie Antoinette sebagai simbol dari segala yang salah dengan monarki.

Salah satu skandal terbesar yang terkait dengan dirinya adalah Affair of the Diamond Necklace pada tahun 1785. Meskipun Marie Antoinette tidak terlibat langsung dalam skandal tersebut, namanya tercemar karena publik meyakini bahwa ia berusaha mendapatkan kalung berlian mahal secara curang. 

Baca Juga : Mengenal Kuliner Ledre Pisang, Jajanan Asli Bojonegoro yang Banyak Dijumpai di Tulungagung

Skandal ini semakin memperkuat citra negatif Marie Antoinette di mata rakyat, yang menggambarkannya sebagai ratu yang tamak dan tidak peduli terhadap penderitaan mereka.

Kritik terhadap dirinya semakin tajam dengan penyebaran pamflet satir dan propaganda yang menggambarkannya sebagai orang asing yang serakah. Narasi-narasi ini semakin memicu ketegangan antara monarki dan rakyat, yang pada akhirnya mengarah pada Revolusi Prancis.

Ketika Revolusi Prancis meletus pada tahun 1789, Marie Antoinette dan keluarganya berada di tengah krisis politik yang semakin memanas. Revolusi diawali dengan pembentukan Majelis Nasional oleh kaum revolusioner yang menuntut reformasi politik dan sosial. Penyerbuan penjara Bastille pada 14 Juli 1789 menjadi simbol dimulainya Revolusi, dan kekuasaan monarki mulai melemah.

Marie Antoinette, yang sebelumnya kurang peduli terhadap politik, mulai berperan lebih aktif dalam mempertahankan monarki. Dia dikenal mendukung kebijakan-kebijakan keras untuk menumpas pemberontakan. Pada tahun 1791, keluarga kerajaan mencoba melarikan diri dari Paris dalam upaya untuk menyelamatkan diri, tetapi gagal ketika mereka tertangkap di Varennes.

Gagalnya upaya pelarian ini semakin memperburuk citra mereka di mata rakyat. Pada tahun 1792, Prancis berubah menjadi republik, dan istana Tuileries diserbu oleh kaum revolusioner pada 10 Agustus, yang menandai berakhirnya kekuasaan Louis XVI dan Marie Antoinette.

Setelah penyerbuan Tuileries, keluarga kerajaan dipenjara. Louis XVI dihukum mati pada Januari 1793, dan beberapa bulan kemudian, Marie Antoinette menghadapi nasib yang sama. Pada Oktober 1793, ia diadili oleh Tribunal Revolusioner dan dijatuhi hukuman mati atas tuduhan pengkhianatan dan penggelapan.

Pada 16 Oktober 1793, Marie Antoinette dieksekusi di Place de la Révolution (sekarang Place de la Concorde). Meskipun hidupnya berakhir tragis, namanya tetap menjadi salah satu simbol dari kemewahan dan kebobrokan monarki Prancis. Marie Antoinette, dengan segala kontroversinya, terus menjadi bahan perdebatan sebagai sosok yang berkontribusi pada runtuhnya monarki absolut di Prancis dan lahirnya era baru dalam sejarah Eropa.


Topik

Serba Serbi kaesang pangarep erina gundono ratu prancis marie antoinette



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

A Yahya