JATIMTIMES - Pelawak senior Toto Muryadi alias Tarzan terhenti dan memandangi wayang golek berbentuk dirinya di Museum Srimulat, Kamis petang (8/8/2024). Sumringah tak lepas dari raut mukanya usai pembukaan dan peresmian museum memorabilia sang grup lawak legendaris. Beragam barang koleksi mengenang Srimulat kini bisa dinikmati di museum yang berada di Jalan Mardian, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu itu.
Tanggal 8 Agustus 2024 sengaja dipilih menjadi tanggal peresmian untuk mengenang kelahiran Teguh Slamet Rahardjo, pimpinan rombongan sandiwara komedi beranggotakan ratusan orang itu pada 8 Agustus 1926.
Baca Juga : Museum Srimulat Resmi Dibuka, Bawa Cerita Perjuangan Kelompok Lawak Legendaris Indonesia
Museum yang berada di bangunan luas memanjang menyatu dengan sebuah resto dan tempat menjual produk UMKM Bumiaji. Kompleksnya diberi nama Srimulat Plus, di sampingnya masih berupa lahan kosong yang ditanami pohon jeruk.
Tampak depan museum mengingatkan dengan gedung bioskop lawas dengan poster-poster jadul serta pernak pernik seperti sepeda motor pemain film komedi. Wajah kocak sejumlah punggawa grup Srimulat juga nampang di depan pintu masuk.
Sementara di dalam museum koleksi jadul langsung menyapa siapa saja yang masuk. Tarzan, Tatang yang merupakan anak Gepeng, Eko Prasetyo anak dari Teguh, hingga komedian Alfiansyah Bustami alias Komeng dibuat bernostalgia dengan jenaka selama di dalam museum.
Bagi Tarzan, keberadaan museum dengan koleksi Srimulat sangat membahagiakan untuk dinikmati. Tarzan mengaku berkat Srimulat ia dikenal luas sebagai pelawak.
"Kalau koleksi (keluarga) memang mungkin ada secara pribadi. Tetapi yang bersifat museum baru ini dan menurut saya sangat mengena dan membanggakan karena dikenang bahwa kami pernah ada," ungkap Tarzan.
Kata dia, lewat pintu Srimulat ia bisa dikenal nama Tarzan hingga membawa sajian lawakan mereka ke Jakarta sampai luar negeri. Tarzan Srimulat juga pernah membawakan lawakan untuk manggung di Lebanon. Tarzan berterima kasih akan adanya kenangan Srimulat yang dikumpulkan dan dirawat menjadi museum.
"Saya berterima kasih. Dengan adanya kenangan tentang mereka (Srimulat). Mungkin hari ini yang muda banyak melawak dengan cara, warna dan rasanya berbeda, tapi semua mengenang bahwa kami pernah ada," katanya.
Kesempatan itu juga dia gunakan untuk menumbangkan koleksi berupa sepatu beralas tinggi berwarna cokelat, celana komprang, dan baju pelawak yang sering ia kenakan. Adapun keluarga Teguh menyumbangkan jarit, kebaya dan sanggul milik Djudjuk Djuariyah (istri kedua Teguh), primadona Srimulat pada zamannya.
Begitu pula dengan Komeng. Komedian yang kini ambil peran di DPD Jabar itu senang ada yang mengangkat komedi sebagai kebudayaan dan dikoleksi secara serius berbentuk museum. Sebab, ia ingin generasi lebih muda mampu mengenal dan menghargai seperti apa para seniman komedi Indonesia.
Baca Juga : Apel Akbar dan Pelatihan Pramuka Penegak se-Jatim 2024 Catat 3 Rekor Muri
"Memang harus digencarkan lagi kita punya kekayaan seperti ini. Karena tahunya anak sekarang budaya luar semua. Artinya bagus, seharusnya semua komponen kesenian hidup kembali di masing-masing kota, seperti dulu adanya taman hiburan rakyat," tutur Komeng.
Direktur Operasional Museum Srimulat Zura Nurja Ana mengatakan jika Kota Batu dipilih karena sebagai salah satu pusat wisata yang harapannya bisa beriringan dengan edukasi tentang sejarah komedi Indonesia berupa Srimulat. Koleksi dikumpulkan dari keluarga Srimulat dan menyumbangkan. Bertujuan menginspirasi dan memberikan interaksi dari segala bentuk barang dan foto memorabilia Srimulat.
"Jumlah koleksi Srimulat ada ribuan, dan ini belum semua," kata Zura.
Koleksi yang berharga juga termasuk kostum pentas, akik Tessy, juga skrip yang ditulis Teguh untuk naskah cerita asli. Wayang golek berupa pemain Srimulat juga dibuat hingga sekitar 1000 wayang golek. Meski belum semua karakter ada, Zira berharap bisa terus bertambah. Mengingat ada 300 lebih anggota grup Srimulat yang menjadikan grup lawak legendaris tersebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah.
Untuk jadwal museum nanti, sementara akan dibuka pukul 10.00 pagi sampai dengan 17.00 sore, dengan tarif masuk Rp25 ribu.
"Harapannya masyarakat yang sudah usia bisa bahagia, dulu tidak ada gadget dengan menikmati ludruk, termasuk Srimulat bisa tertawa kembali. Bisa terhibur kembali. Generasi sekarang bisa mengetahui Srimulat tidak hanya lawakan saja ada unsur-unsur politik jenaka," ucap Zura.