JATIMTIMES - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang mengimbau seluruh sekolah agar turut memperhatikan asupan makanan kepada seluruh siswa dan siswinya. Hal tersebut sebagai langkah antisipasi terserangnya anak-anak diabetes karena konsumsis gula berlebih.
Kepala Dinkes Kota Malang Husnul Muarif mengatakan, imbauan tersebut dilakukan dengan beberapa hal. Mulai dari pemilihan bahan, pemrosesan, hingga penyajian yang sudah melewati Sertifikasi Laik Hygiene Sanitasi (SLHS) atau kantin yang sudah tersertifikasi Dinkes Kota Malang.
Baca Juga : Inflasi Jatim Juli 2024 Capai 2,13 Persen, Ini Pemicunya
"Untuk mengontrol anak-anak ini memang sulit karena mereka kan dinamis, tapi di sekolah sudah kami imbau untuk menyediakan kantin sehat. Tetapi persoalan lainnya itu ada di luar sekolah, yang masih belum bisa kita kontrol, untuk komposisinya dan kesenangan anak-anak itu,” ujar Husnul.
Saat ini, Dinkes Kota Malang mencatat ada sebanyak empat sampai 5 anak di rentang usia 7-15 tahun yang mengidap penyakit diabetes. Menurut Husnul, penyebabnya diperkirakan adalah gaya hidup yang tidak sehat sehingga memicu penyakit tersebut.
Salah satunya, lanjut Husnul, penyakit tersebut bermula dari kebiasaan anak-anak saat ini yang dinilai gemar mengonsumsi makanan dan minuman dengan banyak kandungan gula. Namun sayangnya, hal itu tak diimbangi dengan aktivitas olahraga.
“Kebiasaan anak-anak sekarang itu kan juga males gerak (mager), kemudian makan dan minum yang kadar seratnya kurang dengan mengandung gula yang tinggi, baik itu gula murni maupun gula olahan, lha ini yang menjadi pemicu di anak-anak terkenda diabetes tipe dua,” kata Husnul.
Menurutnya, jika terus dibiarkan tanpa perhatian serius, penyakit diabetes dengan kadar gula darah yang tinggi, dikhawatirkan dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah. Bahkan dapat berpotensi mengganggu kesehatan ginjal.
Baca Juga : Apa itu Tummy Tuck? Yuk Kenali Manfaat dan Risikonya
Jika diteruskan, hal itu akan diperparah dengan perawatan berupa cuci darah. Akan tetapi, untuk di Kota Malang sendiri menurutnya yang terjadi pada anak masih belum dapat diketahui.
“Untuk datanya pada anak masih kita petakan, tapi perilaku-perilaku tadi itu yang menjadi pemicu diabetes tipe dua. Kalau diabates tipe satu itu kan karena genetik,” pungkas Husnul.