JATIMTIMES - Cobek dan ulekan jadi alat masak yang umum ada di dapur orang Indonesia. Meski sudah memasuki era modern, masih banyak orang yang memakai cobek dan ulekan tradisional dari batu.
Cobek dan ulekan batu termasuk pasangan alat masak kuno yang sudah dipakai oleh manusia purba sejak 35.000 tahun sebelum Masehi. Uniknya, alat untuk menghaluskan atau menggerus bahan makanan ini masih eksis hingga sekarang. Cobek dan ulekan terbukti jadi alat masak yang tak punah karena termakan zaman.
Baca Juga : Surga Tersembunyi di Blitar Selatan: Menikmati Pantai dan Air Terjun Umbul Waru
Di Indonesia sendiri, cobek dan ulekan populer dijadikan alat untuk menghaluskan bumbu atau mengulek sambal. Proses menghaluskan bumbu dengan cara seperti ini diklaim bisa membuat rasa masakan jadi lebih enak dan sedap. Tak heran jika dapur kuliner Indonesia masih tetap melestarikan alat ini dan enggan beralih ke alat penghalus modern.
Namun, pernahkah kamu berpikir bagaimana asal usul cobek dan ulekan hingga dipakai sampai saat ini? Jika penasaran, yuk scroll terus.
Sejarah Cobek dan Ulekan
Melansir berbagai sumber, istilah cobek merujuk pada alat berbentuk mangkuk sebagai alas untuk menumbuk atau mengulek. Sementara ulekan biasa disebut untuk menunjuk benda tumpul memanjang seperti pentungan yang dapat digenggam tangan untuk menumbuk atau mengulek bahan. Cobek dan ulekan merupakan satu paket yang tak bisa dipisahkan.
Dari penemuan yang sudah ada, cobek dan ulekan tertua ternyata sudah digunakan sejak 35.000 tahun sebelum Masehi. Saat itu, cobek dan ulekan yang ditemukan masih berbentuk batu datar, bukan berbentuk mangkuk seperti saat ini.
Temuan ini sekaligus membuktikan jika cobek dan ulekan merupakan alat tertua yang digunakan sejak zaman batu. Para arkeolog mengungkap kalau artefak cobek dan ulekan kuno ini dijadikan alat untuk menumbuk.
Salah satu artefak batu yang ditemukan di Yunani pada kurun waktu 3.200 sampai 2.800 tahun sebelum Masehi, cobek digunakan untuk menumbuk bahan alam yang mengandung pignen zat pewarna.
Sejak Zaman Dulu Digunakan Menghaluskan Bahan-bahan
Kini cobek dan ulekan identik sebagai alat masak untuk menghaluskan bumbu dan bahan. Tapi sebenarnya dahulu cobek bukan hanya dijadikan alat penumbuk makanan. Bukan hanya di Indonesia, alat penumbuk ini digunakan oleh manusia kuno di berbagai belahan dunia.
Khusus di Indonesia, cobek dan ulekan lebih populer dijadikan alat masak. Cobek dan ulekan digunakan menumbuk, menggiling, melumat, mengulek, dan mencampur bahan-bahan. Beberapa jamu tradisional juga diracik dengan cara menghaluskan bahan menggunakan cobek dan ulekan.
Daerah penghasil cobek terkenal
Meskipun bentuknya sederhana tapi tidak mudah membuat atau mencari cobek dan ulekan yang berkualitas. Cobek yang asli yakni terbuat dari batu asli yang permukaannya dihaluskan secara perlahan. Namun sayangnya, untuk menekan biaya, produsen kerap membuat cobek dengan bahan semen.
Di Indonesia biasanya bahan yang lazim digunakan adalah batu alam, batu kali, atau batu andesit (batu vulkanik dari gunung berapi). Beberapa daerah di Indonesia terkenal senagai sentra pengrajin cobek dan ulekan batu. Salah satunya adalah daerah Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Pengrajin cobek kerap membuat alat masak ini dalam berbagai ukuran. Umumnya cobek kecil memiliki ukuran diameter 8 cm. Sementara cobek besar bisa mencapai ukuran diameter 40 cm.
Jenis-Jenis Cobek
1. Cobek Batu
Karena terbuat dari batu, alat penghalus tradisional ini biasanya berat. Ada bermacam-macam batu yang bisa dipakai sebagai bahan, yaitu batu kali, batu gunung, maupun batu candi. Ukurannya bervariasi, tetapi biasanya berdiameter sekitar 17-60 cm.
Bentuknya agak cekung dengan ulekan dari batu sebagai pasangannya. Jenis ini banyak disukai masyarakat karena bahan-bahan segera halus bila ditumbuk di wadah ini karena permukaan cobek yang kasar dan keras serta ulekannya yang kuat dan berat.
Cobek yang baru ada baik digunakan untuk menghaluskan garam. Dengan cara ini kita dapat mengetahui apakah cobek tersebut dari batu asli atau hanya lapisan. Dengan menghaluskan garam akan menghilangkan lapisan warnanya. Jika cobek batu asli maka warnanya tidak berubah.
2. Cobek Kayu
Cobek kayu jelas lebih ringan dari cobek batu. Ukuran diameternya mulai dari 12 cm, biasanya terbuat dari kayu jati, sonokeling, dan palem.
Jenis cobek ini dapat menghasilkan sambal yang sedap. Namun, ada kekurangannya juga. Jika sudah dipakai lama, kayu akan terkikis dan serpihannya bisa saja bercampur dengan sambal. Selain itu, jika terlalu lama terkena cairan, cobek kayu ini dapat mengembang dan bahkan berjam-jam.
3. Cobek Semen
Cobek jenis ini adalah cobek yang sebisa mungkin dihindari oleh banyak orang. Sebab, permukaannya sering kali ikut terkikis bersama bahan-bahan yang tengah dihancurkan. Oleh karena itu, para penjual menaruhnya berjajar dengan cobek batu guna memperoleh dampak yang samar-samar dalam pandangan para pembeli.
Para pembeli dapat berhati-hati dan mencoba memeriksanya dengan cara memberi sedikit air dan melihat apakah semen tersebut luntur atau tidak. Jika luntur, sudah jelas bahwa cobek itu terbuat dari air mani.
4. Cobek Tanah Liat
Sejak dulu, kerajinan gerabah ini memang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Negara-negara lain juga mempunyai kerajinan dari tanah liat ini. Cobek yang terbuat dari bahan ini tentu lebih ringan dari batu, dan permukaannya tidak terkikis dan bercampur dengan bahan-bahan yang diulek.
Namun, jenis ini mudah pecah. Kualitasnya berbeda-beda, tergantung dari berapa lama dan seberapa panas tanah liat tersebut dibakar. Harganya mulai dari sekitar Rp10.000, dengan diameter mulai sekitar 14 cm.
Ulekan yang menjadi pasangan cobek tanah liat ini berbahan dasar akar kelapa yang besar. Akar kelapa dikenal dengan seratnya yang besar-besar dan kasar. Sangat cocok untuk menggerus bahan-bahan sambal.
Baca Juga : Orang Kaya Bolehkah Menerima Daging Kurban? Ini Hukumnya dalam Islam
Umumnya, cobek jenis ini dipakai untuk mengolah sambal, bumbu-bumbu pecel, maupun penyetan.
5. Cobek Keramik
Cobek yang terbuat dari keramik ini lazim digunakan oleh apoteker untuk melumat dan mencampur bahan obat-obatan dalam kegiatan farmasi. Biasanya, bentuknya seperti tumbukan.
Sementara cobek keramik yang memiliki bentuk seperti cobek pada umumnya, tetap digunakan sebagai ulekan bahan-bahan dapur.