JATIMTIMES - Selain berbagi buku, PLN UP3 Malang juga memberikan sosialisasi kepada anak tentang kelistrikan pada Hari Anak Internasional 2024. Kegiatan itu dilakukan di SD Negeri Kauman 2 Kota Malang, Jumat (31/5/2024).
Perwakilan Srikandi PLN UP3 Malang Rizky Tristania mengatakan untuk memperingati Hari Anak Internasional 2024, pihaknya tidak hanya membagikan buku. Tetapi PLN juga melakukan sosialisasi tentang kelistrikan mulai dini.
Baca Juga : Peringati Hari Anak Internasional, Srikandi PLN UP3 Malang Berbagi Buku di SDN Kauman 2
“Selain kita berbagi buku kepada murid-murid kelas 5, kita juga sosialisasi terkait PLN Mobile dan juga bahaya layang-layang untuk anak-anak,” kata Rizky.
Secara teknis, Rizky menjelaskan saat ini banyak peristiwa anak tersengat listrik atau warga tersengat listrik. Hal itu karena masalah sepele, yakni bermain layang-layang.
“Ini momen Hari Anak Internasional. Makanya kami mengusung tema-tema terkait anak-anak. Jadi misalnya kayak bahaya layang-layang dan memang setelah kami survei, kami menunjuk SDN Kauman 2 yang layak untuk kami pilih menjadi tujuan,” ungkap Rizky.
Sementara itu, Team Leader Keselamatan dan Kesehatan Kerja PLN UP3 Malang Fahmi Setyansah Amari mengatakan, saat ini telah memasuki musim kemarau. Sehingga anak sekolah dasar diberi imbauan terkait permainan layang-layang.
“Karena anak-anak sekarang rata-rata bermain di dekat jaringan listrik yang berbahaya. Nah saat ini kami sosialisasikan tentang bahaya bermain layang-layang,” kata Fahmi.
Menurut Fahmi, bermain layang-layang dekat jaringan listrik memang sangat berbahaya. Terlebih nantinya akan merugikan banyak orang.
Baca Juga : Mengapa Banyak Orang Gagal Kerja di Luar Negeri? Ini Penyebabnya!
“Ini penting, karena jika layang-layang kena listrik nanti akan terjadi gangguan. Yang rugi bukan PLN, tapi juga warga sekitar yang listriknya akan padam,” beber Fahmi.
Fahmi pun mengakui bahwa saat sosialisasi PLN mengalami kendala saat menyampaikan kepada anak sekolah dasar. Sebab, bahasa kelistrikan juga belum dimengerti oleh anak di bawah umur.
“Kesulitan mungkin karena bahasa dari PLN agak susah dipahami anak-anak. Oleh karena itu, kami sesuaikan dengan gambar atau video yang mudah dicerna adik-adik sekolah dasar,” tukas Fahmi.