JATIMTIMES - Gempa bumi dangkal yang terjadi di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur pada Jumat (22/3) masih menjadi perhatian publik. Pasalnya rangkaian gempa susulan masih terjadi, update per Minggu (24/3) pukul 06.00, gempa susulan Bawean tercatat sebanyak 229 kali.
Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Daryono, berdasarkan hasil monitoring Gempa Bawean frekuensi gempa susulan semakin jarang terjadi.
Baca Juga : TMMD Ke-119 Tahun 2024 Kodim 0808/Blitar: Potret Spirit TNI Membangun Negeri di Desa Wonotirto
"Hasil monitoring Gempa Bawean hingga Minggu pagi (24) pkl 6 WIB tercatat 229 kali gempa," keterangan Daryono yang dituliskan melalui akun X pribadinya, dikutip Minggu (24/3).
"Dengan frekunsi kejadian semakin jarang, jika hari Jumat (22/3) dalam satu jam bisa mencapai 19 kali gempa, data terkini (Minggu, 24 Maret) tunjukkan 1 jam hanya 1 gempa. Semoga kondisi segera stabil dan aman kembali," sambung keterangannya.
Menurut Daryono serangkaian gempa yang terjadi di Laut Jawa tersebut merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa M6,5 yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Jawa. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan geser ( strike-slip)," pungkas Daryono.
Baca Juga : Kasus DBD di Jatim Capai 3.638, Dokter Anak Ini Bagikan Cara Mengenali Gejalanya
Lantas Daryono juga mengungkap seberapa bahaya aktivitas sesar tua di Laut Jawa Utara Jatim yang menjadi penyebab Gempa Bawean tersebut. "Meski masih dalam perdebatan tentang residual stress, fakta bahwa zona stabil bisa terjadi gempa. Energi gempa dari super slow stress akumulasi. Jadi sulit mengatakan bahwa zona low seismicity jika ada suture (Meratus)," jelasnya.
"Gempa Bawen adalah (termasuk) shallow jenis crustal earthquake di zona low seismicity," imbuh Daryono.