JATIMTIMES - Salah satu ulama senior Nahdlatul Ulama (NU) KH Syakur Yasin atau akrab disapa Buya Syakur meninggal dunia pada Rabu (17/1/2024) pukul 02.00 WIB dini hari tadi.
Kabar meninggalnya Buya Syakur ramai diunggah oleh beberapa tokoh di X (Twitter).
Baca Juga : Wujudkan Misi Kemanusiaan, Unilever Indonesia Donasi Rp 1,5 Miliar ke NU Care LAZIZNU
Seperti ditulis akademisi hukum tata negara Indonesia, Jimly Asshiddiqie melalui akun X pribadinya.
"Prof. KH. Buya Abdus-Syakur Yasin, pengasuh Ponpes Cadangpinggan yg terkenal kedalaman ilmunya telah meninggal dunia, hari ini 17 Jan 2024 di Indramayu, mari kita doakan almarhum husnulkhotimah, diterima segala amalnya & diberi tempat terbaik oleh Allah swt. Alfatihah," tulis Jimly, pada Rabu (17/1/2024).
Selain itu, dosen Unair Henri Subiakto juga mengabarkan soal meninggalnya Buya Syakur.
Menurut Henri, Buya Syakur adalah teman kuliah Gus Dur yang sama-sama ulama moderat dan petuahnya selalu menyejukkan.
"Innalillahi wainna ilahirojiun, telah meninggal dunia, guru kita, ulama panutan kita, KH. Dr. Buya Syakur dari Indramayu. Almarhum adalah Kiai besar, Alumni Mesir, Tunisia hingga London. Beliau adalah teman Gus Dur kuliah yang sama2 ulama moderat dan selalu menyejukkan petuah2nya. Minggu lalu saya berencana sowan Abuya Syakur bersama pak Abi senior saya, tapi saat itu tokoh teman saya ini mengingatkan bahwa Buya Syakur sedang sakit. Ternyata Allah memanggil ulama yang penuh ilmu pengetahuan itu. Semoga almarhum Buya Syakur mendapatkan tempat yg baik dan indah di sisi Allah SWT. Allahuma firlahu warhamhu wafu’anhu. Alfatihah," tulis Henry.
Lantas siapa sosok Buya Syakur?
Melansir Wikipedia, Buya Syakur adalah seorang ulama Indonesia dan pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Cadangpinggan.
Buya Syakur wafat dalam usia 75 tahun. Pada 2 Februari mendatang, usianya genap 76 tahun. Ia lahir pada tahun 1948 di Desa Tulungagung, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Sosok Buya Syakur dikenal sebagai salah satu ulama kharismatik asal Indramayu, Jawa Barat. Pengajiannya yang rutin diikuti oleh lintas kalangan, baik secara luring di pesantren asuhannya, Pondok Pesantren Cadangpinggan, Kertasemaya, Indramayu maupun secara daring melalui kanal Youtubenya.
Baca Juga : Ibu Maxime Bouttier Meninggal Dunia, Luna Maya Terus Dampingi Sang Kekasih
Masa pendidikan Buya Syakur sedari kecil hingga dewasa kebanyakan dihabiskan di pondok pesantren. Ia secara intensif belajar di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon. Pengalamannya belajar di pesantren membuat Buya Syakur mahir berbahasa Arab. Kemahirannya inilah yang mendukung Buya Syakur kemudian dalam menerjemahkan kitab-kitab bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.
Setelah menyelesaikan pendidikan di Babakan, pada tahun 1971, Buya Syakur melanjutkan pendidikan di Kairo, Mesir. Ketika menjadi mahasiswa di Kairo, Buya Syakur pernah diangkat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Kairo. Buya Syakur menyelesaikan pendidikannya di Kairo dengan skripsi sarjananya yang berjudul "Kritik Sastra Objektif Terhadap Karya Novel-Novel Yusuf As-Siba’i (Novelis Mesir)".
Pada tahun 1977, Buya Syakur menyelesaikan pendidikan Ilmu Al-Qur’an di Libya. Pada tahun 1979, ia menyelesaikan pendidikan sastra Arab. Pada tahun 1981, ia menyeselesaikan pendidikan magisternya dalam bidang sastra linguistik di Tunisia. Setelah itu, ia sempat diangkat sebagai staf ahli di Kedutaan Besar Tunisia.
Pada tingkat doktoral, Buya Syakur mengambil kuliah di London dengan konsentrasi dialog teater dan lulus pada tahun 1985. Dengan demikian, ia menghabiskan waktu 20 tahun untuk belajar di Afrika dan Eropa.
Pada tahun 1991, Buya Syakur kembali ke Indonesia bersama Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Nurcholis Majid, dan Alwi Shihab. Sejak saat itu, ia fokus untuk berdakwah di kampung halamannya, di Indramayu.
Buya Syakur kemudian mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Cadangpinggan pada tahun 2000 dan pondok pesantrennya pada tahun 2006. Selain membaktikan diri lewat pondok pesantren, Buya Syakur juga sering mengisi kajian-kajian masyarakat, sebagian dari kajian-kajian tersebut diunggah melalui media sosial.
Hingga berita ini diturunkan, nama Buya Syakur Yasin menjadi trending dalam penelusuran Google.