JATIMTIMES - Masyarakat Kota Batu bersama organisasi kemasyarakatan (ormas) Pemuda Pancasila kembali melakukan penutupan akses menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.
Penutupan akses menuju TPA Tlekung dilakukan oleh masyarakat bersama ormas Pemuda Pancasila sebagai bentuk protes terhadap Pemerintah Kota (Pemkot) Batu dalam memberikan solusi atas permasalahan sampah yang ada di Kota Batu.
Bersamaan dengan penutupan akses menuju TPA Tlekung tersebut, masyarakat juga sempat melakukan orasi di depan akses masuk TPA Tlekung, Gedung DPRD Kota Batu, serta Balai Kota Among Tani Kota Batu. Aksi massa tersebut semata-mata untuk menagih janji Penjabat (Pj) Wali Kota Batu Aries Agung Paewai dalam menuntaskan permasalahan sampah di Kota Batu.
Kepala Desa Tlekung Mardi menyampaikan, bahwa Agustus 2023 lalu, masyarakat juga telah melakukan penutupan akses menuju TPA Tlekung. Hal itu disebabkan belum adanya kepastian pengelolaan sampah di TPA Tlekung yang tumpukan sampahnya sudah menggunung.
"Akhirnya ditutup beberapa bulan. Kemarin tanggal 5 Januari itu dari Pemkot menyampaikan bahwa TPA Tlekung dibuka kembali. Khawatirnya masyarakat, itu dibuka seperti yang dulu," ungkap Mardi, Senin (8/1/2024).
Akhirnya pada Senin (8/1/2024) pagi, akses menuju TPA Tlekung kembali ditutup oleh masyarakat. Hal itu sebagai bentuk protes masyarakat yang belum melihat bukti nyata penanganan permasalahan pengelolaan sampah di TPA Tlekung.
Pasalnya, menurut Mardi, bahwa Pj. Wali Kota Batu Aries Agung Paewai pada penutupan akses menuju TPA Tlekung yang pertama di Agustus 2023 telah berjanji akan menuntaskan permasalahan pengelolaan sampah di TPA Tlekung dalam 30 hari.
Namun, hingga berbulan-bulan dan berganti tahun, permasalahan pengelolaan sampah di TPA Tlekung masih belum terselesaikan secara menyeluruh. Pasalnya, dengan TPA Tlekung ditutup membuat terjadinya efek domino atau reaksi berantai yang berdampak pada masyarakat.
Mardi mengungkapkan, sebenarnya di dalam area TPA Tlekung terdapat tiga mesin incinerator yang berfungsi untuk membakar sampah di TPA Tlekung. Namun, Mardi mengatakan bahwa ketiga mesin incinerator tersebut belum digunakan secara maksimal untuk membakar sampah lama di TPA Tlekung.
"Sebetulnya dari Pemkot menginginkan satu untuk residu Tlekung, satu untuk residu di kota dan yang satu untuk menyelesaikan sampah yang ada. Tapi masyarakat itu nggak mau, maunya masyarakat, ketiga mesin digunakan untuk menghabiskan sampah yang ada," jelas Mardi.
Keinginan masyarakat untuk mengurangi sampah yang ada tersebut bukannya tidak beralasan. Pasalnya, sampah yang ada di TPA Tlekung sudah sangat menumpuk hingga menggunung dan sangat membahayakan.
Mardi mengatakan, bahwa masyarakat sudah terdampak oleh tingginya tumpukan sampah di TPA Tlekung yang sudah menggunung. Mulai dari bau menyengat, kekhawatiran sumber air masyarakat yang tercemar, hingga longsor.
"Sampahnya sudah tinggi sekali. Kalau ada hujan besar, khawatir longsor, akhirnya nanti banjir bisa ke Dusun Gangsiran Ledok, termasuk ke Junrejo, akhirnya banjir diikuti tumpukan sampah. Sangat berbahaya," ungkap Mardi.
Lebih lanjut, masyarakat tidak mengharuskan sampah di TPA Tlekung langsung habis 100 persen. Namun, masyarakat berharap ada upaya penanganan pengelolaan sampah di TPA Tlekung yang maksimal oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Batu.
"Semua masyarakat itu tidak mengharuskan sampah itu habis 100 persen, yang penting itu ada penanganan yang maksimal. 10 sampai 20 persen itu saja, sampah sudah terlihat berkurang. Masyarakat sudah menerima," ujar Mardi.
"Tetapi kalau nggak bisa ya lebih baik ditutup. Sebenarnya orang Tlekung itu sudah paling enak. Tapi Pemkot belum bisa menerima," pungkas Mardi.