free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Stafsus Menkeu Tanggapi 'Berburu di Kebun Binatang' yang Dipakai Gibran dalam Debat Cawapres: Lazim di Perpajakan

Penulis : Mutmainah J - Editor : A Yahya

24 - Dec - 2023, 16:31

Placeholder
Staf Khusus Menteri Keuangan (Menkeu), Yustinus Prastowo. (Foto dari internet)

JATIMTIMES - Staf Khusus Menteri Keuangan (Menkeu), Yustinus Prastowo, menanggapi istilah yang dipakai cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka yang menyebut 'berburu di kebun binatang' saat berdebat dengan cawapres nomor urut 3 Mahfud Md membahas pajak.

Prastowo menilai istilah tersebut sudah sangat lazim di dunia perpajakan.

Baca Juga : Viral Suami Istri Gunakan Billboard dan Baliho Umbar Keretakan Rumah Tangga

"Kita mesti fair dan objektif juga. Istilah 'berburu di kebun binatang' ini sudah sangat lazim digunakan di dunia perpajakan," kata Prastowo di akun media sosial X seperti dilihat pada Minggu (24/12/2023).

Adapun istilah 'berburu di kebun binatang' dalam dunia perpajakan membuat Prsatowo mengingat tax amnesty atau pengampunan pajak. Ia pun menilai, istilah itu mirip dengan 'mancing di akuarium'.

"Waktu sosialisasi tax amnesty 2016 kami sering menggunakan ilustrasi ini untuk mengatakan sistem saat itu kurang fair karena mengejar yang itu-itu saja. Saya dulu bahkan pernah bilang 'mancing di akuarium'," ujarnya.

Lebih lanjut Prastowo menjelaskan mengenai tax amnesty adalah upaya perluasan basis pajak atau ekstensifikasi. "Istilah Mas Gibran 'memperluas kebun binatang'. Atau lebih tepatnya 'mengejar yang masih ada di hutan' (di luar sistem, kaya tapi tidak mau bayar pajak)," ucapnya.

Prastowo mengucapkan terima kepada Gibran dan Mahfud yang membahas perpajakan dalam debat cawapres. Prastowo berharap hal itu dapat diikuti oleh cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.

"Terlepas dari debat yang belum masuk ke substansi, saya apresiasi isu pajak masuk ke arena debat," imbuhnya.

Sebelumnya, Mahfud Md mencecar Gibran Rakabuming Raka soal pajak. Mahfud dan Gibran pun terlibat debat panas soal pajak. Hal itu terjadi saat giliran Mahfud bertanya ke Gibran.

"Dalam simulasi kami angka itu hampir tidak masuk akal karena pertumbuhan bisa 10. Padahal selama ini pertumbuhan ekonomi 5-6 gitu. Bagaimana anda mau menaikkan pajak? Orang insentif pajak saja orang nggak ngambil?" tanya Mahfud di panggung debat cawapres di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (22/12).

Gibran lalu menjawab dengan mengatakan, menaikkan pajak dengan menaikkan rasio pajak adalah hal berbeda. "Prof Mahfud, yang namanya menaikkan rasio pajak dan menaikkan pajak itu beda," ucapnya.

Dia mengatakan salah satu langkah menaikkan rasio pajak adalah membentuk badan penerimaan pajak yang dikomandoi langsung oleh Presiden. Dia mengatakan hal itu untuk mempermudah koordinasi.

"DJP dan Bea Cukai dilebur jadi satu sehingga fokus dalam penerimaan negara saja tidak akan mengurusi lagi masalah pengeluaran," ucapnya.

Gibran mengatakan digitalisasi juga merupakan hal penting. Dia mengatakan saat ini sudah ada sistem yang ada, namun perlu penyempurnaan agar mempermudah pelayanan pajak.

Baca Juga : Nelayan Situbondo yang Dilaporkan Istrinya Hilang Akhirnya Ditemukan, Begini Kondisinya

"Nanti ketika kita akan laporkan SPT tahunan kita tidak perlu lagi mengisi dan menghitung karena sistemnya sudah prepopulated sehingga tinggal klik, klik, klik," ucapnya.

Tak hanya itu, Gibran juga bicara masalah investasi dan hilirisasi. Dia mengatakan Indonesia dapat menjadi raja energi dunia dengan bio etanol, bio solar hingga bio avtur.

"Bio etanol, bio avtur, bio diesel, kita kalau serius ya pak ya, kita benar-benar bisa menjadi raja energi dunia. Tapi, kita harus serius dan harus fokus dan harus ada keberlanjutan dan penyempurnaan," ucapnya.

Mahfud kemudian membalas lagi. Dia mempertanyakan apa perbedaan antara penerimaan pajak dengan tax ratio yang disampaikan Gibran.

"Kalau persen, kaitannya dengan PDB, apa 23 persen dari APBN atau apa? Kalau 23 persen dari APBN itu salah. Karena sekarang aja sudah 82 persen dengan tax ratio 10,5 sumbangan terhadap APBN itu 20 persen, saya ingin 23 persen itu dari apa?" tanya Mahfud.

"Hati-hati loh, rakyat itu sensitif kalau pajak dinaikkan karena kita sudah berkali-kali menawarkan tax amnesty juga ndak jelas hasilnya, pajak insentif pajak ditawarkan pemerintah nggak ada yang mau karena diperas-peras juga jadi alat nego," sambungnya.

Gibran lalu merespons. Dia kembali menjelaskan beda menaikkan pajak dan tax ratio.

"Kita ini tidak ingin berburu di dalam kebun binatang. Kita ingin memperluas kebun binatangnya, kita tanami, binatangnya kita gemukkan," ucapnya.

"Artinya apa? Membuka dunia usaha baru. Sekarang NPWP, yang punya NPWP baru 30 persen. Artinya apa? Kita harus melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi,"iy  sambungnya.


Topik

Peristiwa Yustinus-prastowo Gibran-rakabuming-raka debat capres



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Mutmainah J

Editor

A Yahya