JATIMTIMES - Badan antariksa Amerika NASA memperingatkan adanya badai matahari yang akan menghantam Bumi di tengah peningkatan aktivitas dan letusan api di matahari.
Melansir Wion, matahari mengalami lonjakan aktivitas secara tiba-tiba dengan adanya peningkatan yang signifikan pada jumlah bintik matahari dan mengirimkan gumpalan plasma panas ke luar angkasa. Sehingga dampaknya diperkirakan akan dirasakan oleh Bumi dalam bentuk badai geomagnetik yang memicu pemadaman radio.
Baca Juga : Pantai Banyu Tibo, Permata Tersembunyi Jawa Timur di Pacitan
Saat ini, menurut NASA, permukaan Mlmatahari dipenuhi bintik-bintik gelap yang disebut bintik matahari. Bintik tersebut memiliki medan magnet yang sangat kuat. Bahkan dalam seminggu terakhir ini, jumlah bintik-bintik hitam tersebut meningkat sepuluh kali lipat hingga disebut-sebut akan memuntahkan beberapa lontaran massa koronal (CME) pada setiap hari.
Sebuah laporan dari Newsweek yang mengutip model NASA mengatakan bahwa salah satu CME ini diperkirakan akan menghantam medan magnet dan atmosfer Bumi pada akhir November. Matahari juga dimungkinkan akan mengirimkan jilatan api matahari berupa semburan energi elektromagnetik yang terang.
“Sulut api matahari dan CME disebabkan oleh matahari melalui medan magnetnya yang terpelintir dan tertekan melalui gerakan matahari,” ujar Daniel Brown, seorang profesor astronomi dan komunikasi sains di Universitas Nottingham Trent di Inggris, kepada Newsweek.
“Namun, jilatan api matahari adalah pelepasan cahaya dalam jumlah besar yang dipicu oleh perubahan dan penataan ulang medan magnet matahari. Hal ini biasanya akan berjalan seiring dengan dirilisnya CME. Namun dibutuhkan waktu satu hari atau lebih hingga partikel tersebut tiba, sementara cahaya dan radiasi mencapai kita hanya dalam waktu 8 menit," imbuhnya.
Laporan Spaceweather.com menyebutkan, peningkatan bintik matahari dimulai pada 18 November. Ketika AR3490, kelompok bintik matahari pertama, muncul di sisi timur laut matahari. Selanjutnya, kelompok bintik matahari lainnya, AR3491 muncul dan dikatakan telah membentuk jejak di belakangnya.
Lantas bagaimana dampaknya pada Bumi? Menurut NASA, partikel CME yang menghantam medan magnet dan atmosfer Bumi memicu badai geomagnetik yang menyebabkan aurora dapat semakin kuat dan juga terlihat di ketinggian yang lebih rendah.
Baca Juga : Gelar Ops Cipkon Kamtibmas, Polresta Malang Kota Amankan 171 Sepeda Motor
“Badai geomagnetik terjadi ketika medan magnet Bumi sangat terganggu akibat letusan matahari,” kata Huw Morgan, ketua kelompok fisika matahari di Universitas Aberystwyth di Inggris kepada Newsweek.
"Ketika badai plasma besar meletus dari matahari, dan badai tersebut membawa medan magnet yang arahnya berlawanan dengan medan magnet Bumi, kita mengalami 'badai sempurna', dan badai geomagnetik yang lebih besar," sambungnya.
Namun selain membentuk aurora yang lebih indah, badai geomagnetik juga dapat berdampak pada infrastruktur. Seperti fluktuasi dan pemadaman jaringan listrik serta pemadaman radio.