JATIMTIMES - Zaman Nabi Muhammad terbilang sebagai zaman yang kerap kali terjadi peperangan. Banyak suku atau golongan yang menentang ajaran Nabi Muhammad hingga terjadilah pertumpahan darah. Namun, dalam peperangan tersebut, tidak menutup kemungkinan perempuan tidak diperbolehkan untuk mengikutinya.
Sebagaimana dalam kisah seorang perempuan yang memberanikan diri dalam mengikuti perang besar uhud dan menjadi tembok Rasulullah dari serangan musuh. Perempuan tersebut adalah Nusaibah binti Ka’ab.
Baca Juga : Manfaat Menggunakan Water Heater di Rumah, Apa Saja?
Dilansir dari akun Tiktok @YT Motivasi Islam, Nusaibah binti Kaab terkenal dengan sosoknya yang gagah berani, kuat, cerdas serta tak kenal rasa takut.
Perempuan yang memiliki julukan Ummu Umara atau Ummu Imarah ini, berhasil mematahkan anggapan bahwa perempuan itu lemah, harus bersikap lembut dan anggun serta lebih cocok bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Beliau tak hanya melaksanakan kewajibannya sebagai Istri dan ibu yang baik, tetapi beliau juga turun langsung mengangkat senjata bersama Rasulullah SAW dan tentara Islam lainnya. Dari Nusaibah bin Ka’ab kita bisa melihat bahwa perempuan juga mampu melakukan apapun.
Ia merupakan keturunan Bani Najjar, sebuah suku di Madinah, yang lahir dari pasangan Ka’ab bin Amr dan Rabbab binti Abdullah bin Habib. Beliau memiliki saudara bernama Abdullah bin Kaab dan Abu Laila Abdurrahman bin Kaab.
Nusaibah atau Ummu Umarah menikah dengan Zaid bin Asim dan dikaruniai dua orang anak yaitu Abdullah dan Habib.
Nusaibah dan keluarganya senantiasa membantu dakwah Rasulullah SAW dan berjuang di garis depan pada berbagai peperangan. Namun sayangnya, Zaid, suami Nusaibah, meninggal dunia pada perang Badar.
Kemudian, Nusaibah pun dilamar oleh Ghaziyah bin Amr. Dari pernikahannya tersebut beliau memiliki dua orang anak bernama Tamim dan Khawlah.
Kesibukan Nusaibah dalam mengurus rumah tangga, suami dan anaknya, tak pernah menjadi halangan. Banyak perang beliau ikuti hingga akhirnya Perang Yamamah yang dipimpin oleh Musailamah, menjadi perang terakhir Nusaibah binti Kaab sebelum akhirnya beliau wafat beberapa tahun kemudian. Tepatnya pada tahun ke-13 Hijriah. Nusaibah pun dimakamkan di Al Baqi di Makkah.
Dikisahkan, awal mula masuknya Nusaibah ke dalam agama Islam adalah ketika suami Nusaibah, yaitu Zaid, mendengar kabar dari Mush’ab bin Umair, penduduk Mekkah utusan Muhammad bin Abdullah, tentang seorang Rasul bernama Muhammad SAW, yang tetap kekeuh berdakwah menyebarkan Islam walau diterpa berbagai cobaan dan permusuhan dari banyak pihak. Bahkan Nabi juga tidak tergiur dengan kemewahan dan harta melimpah.
Setelah mendengar cerita tersebut, hati Zaid dan Nusaibah pun tersentuh dan mereka memutuskan untuk memeluk agama Islam. Mereka berdua lantas pergi ke Mekkah lalu dipertemukan dengan Rasulullah SAW oleh Mush’ab. Kemudian melakukan baiat atau janji setia kepada Nabi Muhammad SAW.
Nusaibah termasuk salah satu dari dua wanita yang bersumpah setia untuk masuk Islam bersama wanita lainnya yang bernama Asma binti Amr bin Adiy. Pada saat itu ada sekitar 70 orang lain dari Madinah yang memeluk agama Islam, mulai dari pemimpin, pejuang hingga negarawan Madinah.
Ia bersama dengan suaminya dan putra-putranya turut andil dalam berbagai peristiwa penting dan peperangan demi menegakkan agama Islam. Beberapa diantaranya adalah Perang Uhud, Peristiwa Hudaibiyah, lalu ada Perang Khaibar, Perang Hunain dan perang terakhir yang beliau ikuti adalah Perang Yamamah.
Sebagai perempuan, Nusaibah sangatlah berani dan pantang menyerah. Beliau dengan gagah berani memerangi semua musuh yang mengincar dan mengancam nyawa Nabi Muhammad SAW, bahkan ia rela melindungi Rasulullah SAW dengan nyawanya sendiri.
Dalam setiap pertempuran, Nusaibah bukan hanya mengurus logistik, membawakan air atau merawat orang-orang yang terluka, namun ia juga terjun langsung dan mengangkat senjata ke medan perang.
Seperti kejadian saat perang Uhud. Dikisahkan pada saat itu di bukit Uhud sekitar tahun 625 Masehi sekitar 7.000 tentara Islam yang dipimpin Nabi Muhammad SAW berperang melawan sekitar 3.000 tentara kafir yang dikomando oleh Abu Sufyan.
Saat tentara Islam hampir menang, banyak pasukan yang tergiur oleh ghanimah (harta rampasan perang) sehingga lalai dan tidak mematuhi perintah Rasulullah SAW. Melihat adanya celah, musuh pun kembali menyerang disaat tentara Islam sedang tidak siap.
Mengetahui hal tersebut, tanpa ragu Nusaibah mengangkat pedang, panah dan memakai perisai lalu turun ke medan perang untuk melindungi Rasulullah SAW. Dalam perang ini, Nusaibah mengalami luka yang cukup parah pada tubuhnya terutama bagian leher hingga tak sadarkan diri ketika perang usai.
Beliau begitu kuat, cerdas, siaga, sangat berani, pantang menyerah dan lincah bergerak kesana kemari melawan musuh dari berbagai sisi. Sampai-sampai Rasulullah berkata, “Aku tidak menoleh ke kiri dan ke kanan kecuali melihat Ummu Imarah (Nusaibah) berperang dihadapanku.” Tak heran bila akhirnya Nusaibah binti Kaab dijuluki sebagai “Perisai Rasulullah”
Akhir hayat dari Nusaibah sendiri adalah setelah Perang Yamamah. Ia meninggal dunia pada tahun 13 Hijriyah, tepat pada masa khalifaah Abu Bakar waktu itu.
Kisah Nusaibah ini dicatat dalam sejarah. Dengan kesetiaanya kepada Rasulullah dalam membela agama Islam, ia mendapat julukan Perisai Rasulullah atau Difaaun Nabi.