JATIMTIMES - Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri akhirnya angkat bicara soal polemik kondisi Mahkamah Konstitusi (MK) yang ramai akhir-akhir ini. Presiden kelima RI tersebut meminta agar masyarakat tidak membiarkan kecurangan Pemilu terjadi lagi.
"Rakyat jangan diintimidasi seperti dulu lagi. Jangan biarkan kecurangan Pemilu yang akhir ini terlihat sudah mulai akan terjadi lagi. Gunakan hak pilihmu dengan hati Nurani," pesan Megawati, dikutip akun YouTube PDIP, Senin (12/11/2023).
Baca Juga : Jaga Kamtibmas Kondusif dan Sukseskan Pemilu, Bupati Jember Instruksikan Pembentukan Pos Kamling
Lantas kalimat 'jangan biarkan kecurangan pemilu yang akhir ini terlihat sudah mulai akan terjadi lagi' yang diungkapkan Megawati itu pun menjadi sorotan. Banyak netizen yang menafsirkan bahwa kecurangan pemilu berarti sudah pernah terjadi. Sebab muncul kata 'lagi' dalam pernyataannya.
Hingga Senin (12/11/2023), kata kunci "Bu Mega" pun menjadi trending di X (Twitter). Sejumlah 1,9 ribu pesan membahas soal pernyataan Megawati itu.
"'lagi' whaaaatt ? Berarti kemarin ?," @RmHartoko*****.
"Kalau yang kemarin khilaf karena sekongkol, sekarang kan berlawanan hehehe, ngaku juga akhirnya," @rudi****.
"Kata kuncinya ????," @Bang******.
"Ohhh jadi kemaren itu curang buuu gitu ohhh," @bla*****.
Usut punya usut sebelum mengeluarkan pernyataan yang menjadi sorotan itu, Megawati membahas soal kecurangan di era sebelum reformasi. Sehingga diduga banyak netizen yang salah tafsir soal jangan ada kecurangan pemilu lagi. Diduga yang dimaksud Megawati adalah kecurangan saat sebelum reformasi.
"Perlawanan terhadap watak dan kultur pemerintahan yang pada waktu itu memang sangat otoriter. Dalam kultur dan sangat sentralistik ini lahirlah nepotisme, kolusi dan korupsi," ujar dia.
Kondisi pemerintahan yang demikian itulah yang kemudian mendorong lahirnya reformasi. Semangat reformasi yang berkobar-kobar itu menggerakkan rakyat hingga masuklah zaman demokrasi.
Perjalanan tersebut juga bukan sebuah proses yang mudah, karena diwarnai pengorbanan rakyat dan mahasiswa.
"Melalui peristiwa Kudatuli, peristiwa Trisakti, peristiwa Semanggi, hingga berbagai peristiwa penculikan para aktivis bagian dari rakyat dan lain-lain," tutur putri presiden pertama RI Soekarno tersebut.
Baca Juga : HUT Ke-730, Bupati Lindra Ajak Masyarakat Rawat dan Bangun Tuban
Sampai saat ini, lanjut Megawati, banyak saksi-saksi hidup yang sampai hari ini berdiam diri. "Semua menjadi wajah gelap demokrasi. Praktik kekuasaan yang otoriter itulah yang telah kita koreksi," tuturnya.
Megawati lantas menyoroti serentetan peristiwa yang terjadi di Mahkamah Konstitusi (MK).
"Apa yang terjadi di Mahkamah Konstitusi akhir-akhir ini telah menyadarkan kita semua bahwa berbagai manipulasi hukum kembali terjadi," ucapnya.
"Itu semua akibat praktik kekuasaan yang telah mengabaikan kebenaran hakiki politik atas dasar nurani," imbuhnya.
Lantas Megawati pun kembali mengingatkan agar seluruh masyarakat mengawal Pemilu 2024 dengan nurani dan sepenuh hati.
"Jangan lupa, kita adalah bangsa pejuang, kita adalah bangsa yang mampu mengatasi berbagai cobaan sejarah. Karena itulah dalam situasi seperti ini, mari kita kawal Pemilu 2024 dengan nurani dan sepenuh hati. Kita jadikan Pemilu 2024 sebagai momentum untuk mendapatkan pemimpin terbaik yang benar-benar mewakili seluruh kehendak rakyat Indonesia, mengayomi agar Indonesia menjadi bangsa hebat unggul dan berdiri di atas kaki sendiri," ajak Megawati.
Dia pun menegaskan supaya rekayasa hukum tidak terjadi lagi di Indonesia. Sebab menurut Megawati, hukum harus menjadi alat yang menghadirkan kebenaran. "Rekayasa hukum tidak boleh terjadi lagi. Hukum harus menjadi alat yang menghadirkan kebenaran. Hukum harus menjadi alat yang mewujudkan keadilan. Hukum harus menjadi alat mengayomi seluruh bangsa dan negara Indonesia," tegasnya.
"Dengan keadilan inilah kemakmuran pasti akan bisa diwujudkan. Karena itulah terus genggam erat semangat reformasi itu. Jangan lupa terus kawal demokrasi berdasarkan nurani," imbaunya.
Megawati meminta agar semua pihak untuk tidak takut saat berpendapat. "Jangan takut untuk bersuara. Jangan takut untuk berpendapat, selama segala sesuatunya tetap berakar pada kehendak hati rakyat," pungkas Megawati.