JATIMTIMES - Pemerintah RI baru menetapkan enam tokoh sebagai Pahlawan Nasional. Dua diantaranya adalah KH Abdul Chalim yang merupakan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan M. Tabrani seorang jurnalis senior kelahiran Pamekasan, Jawa Timur.
Ketua Umum Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN), Muhamad Didi Rosadi mengatakan, tasyakuran ini bentuk syukur pihaknya. Sebab, kedua pahlawan nasional itu memiliki keterkaitan emosional dengan FJN.
Baca Juga : Badan Waqaf Jatim Targetkan Semua Masjid dan Mushala Tersertifikasi Legalitas Waqafnya di 2024
"FJN sebagai perkumpulan jurnalis yang berlatarbelakang nahdliyin tentu bangga dengan gelar pahlawan nasional untuk Kiai Abdul Halim dan Tabrani. Keduanya memiliki ikatan emosional dengan FJN. Satunya tokoh NU, satunya lagi jurnalis," kata pria yang akrab disapa Diday itu, di Mazaya Coffee and Roastery, Surabaya, Jumat (10/11/2023).
Sekjen FJN, Purnawa Kromojoyo mengungkapkan, pihaknya ikut bersuka cita. Sebab sebelumnya, FJN ikut mendorong dan mengusulkan gelar Pahlawan Nasional untuk KH Abdul Chalim.
Purnawa menyampaikan, penetapan gelar Pahlawan Nasional untuk Kiai Abdul Chalim adalah kado terbaik diakhir jabatan Presiden Jokowi. Khususnya untuk warga Nahdliyin.
"Kami berharap presiden terpilih nanti juga menetapkan tokoh NU sebagai pahlawan nasional. Mereka diantaranya, Syaikhona Kholil Bangkalan, KH Bisri Syansuri, KH Ridlwan Abdullah Surabaya, KH Hasan Gipo Surabaya dan KH Abdurrahman Wahid Jombang," ujar jurnalis TV9 ini.
Baca Juga : Peringati Hari Pahlawan, Bupati Sidoarjo Ajak Bersama Perangi Kebodohon dan Kemiskinan
Untuk diketahui, KH Abdul Chalim selain sebagai salah satu pendiri NU, beliau juga berjasa dalam upaya merebut kemerdekaan di antaranya dengan membentuk Laskar Hizbullah Cabang Majalengka dan Cirebon di Jawa Barat. Laskar ini ikut bertempur dalam pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya. Selain itu, Kiai Abdul Chalim juga getol menyuarakan perjuangannya di jalur pendidikan, ekonomi, hingga politik.
Sementara M. Tabrani adalah jurnalis senior yang berjasa memperjuangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan. Sebelumnya bahasa Melayu yang lebih condong diusulkan sebagai bahasa pergaulan. Tabrani adalah Ketua Panitia Kongres Pemuda pertama di Jakarta.
