JATIMTIMES - Yayasan Pendidikan Raudlatul Jannah mengundang seribu wali murid dalam rangka tahun ajaran baru 2023 ini bertempat di Sun Hotel, Sabtu (26/8). Dalam kegiatan ini sekaligus juga dalam rangka memperingati Harlah Raudlatul Jannah yang ke 25 tahun. Karena lembaga pendidikan yang memiliki kelompok bermain, TK, SD, SMP dan SMA ini sudah ada sejak tahun 1998.
Di tengah kegiatan acara pihak yayasan memperingatkan pada wali murid tentang bahaya LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Karena LGBT sekarang sudah bukan isu belaka tapi juga mulai memasuki Indonesia dan mengincar anak-anak untuk masuk dan ikut ke dalamnya.
Baca Juga : Karnaval Kota Malang Meriah, Masyarakat Sambut Antusias
Ditemui usai acara Ketua Yayasan Raudlatul Jannah, KH. M. Nur Hidayat menyampaikan jika setiap tahun pihaknya selalu mengundang para wali murid. "Supaya ada kesamaan visi dan misi cara mendidik antara sekolah dan orang tua. Supaya cara mendidik sama dan materi sama,"kata Kiai Hidayat.
Kemudian juga kata dia sekaligus memperingati 25 tahun perguruan Raudlotul Jannah yang berdiri sejak tahun 1998. "Saat Indonesia reformasi kita dirikan sekolah di Pepelegi mulai dari kelompok bermain dan TK. Awalnya 36 murid Alhamdulillah berkembang di TK, SD, SMP dan SMA sekarang jadi 1.900," bebernya.
Pada usia seperempat abad ini pihaknya akan melakukan refleksi diri. Apa saja nantinya yang perlu dikembangkan dan sekaligus menyusun agenda ke depan.
Tentang isu LGBT, Kiai Hidayat menyampaikan jika ini adalah masalah serius yang tak bisa dihadapi dengan main-main. "LGBT itu satu penyakit sosial. Jadi Islam hanya kenal laki dan perempuan, jika ada penyimpangan gender harus dikembalikan," ujarnya.
Karena kata dia jika dibiarkan menyimpang bakal panjang urusannya. Karena ini nanti berkaitan seperti wudhunya di mana, WC di mana, shalat pakai ruku' apa sarung. Berikut juga waris karena perempuan dapat separuh dari laki-laki. "Begitu kita menolak ketentuan Allah repot ngaturnya Kalau ada laki kecenderungan pria repot. Wudhunya masuk ke perempuan lak rusak bingung semua," tegas dia.
Baca Juga : Ziya Putri Kiai Jalil Pondok PETA Nyaleg DPRD Jatim, Ingin Sejahterakan Petani dan Pedagang
Isu ini mulai disampaikan disesuaikan dengan umur. Yakni, terutama ketika siswa mulai menginjak kelas 4 SD. Karena saat itu merupakan usia baligh bagi siswa laki maupun perempuan. "Ini sangat serius. Saya membaca bukan agenda lokal dan nasional tapi sudah internasional. Bahkan PBB punya agenda untuk dukung LGBT," lanjut Kiai Hidayat.
"Saya punya kawan dia mengatakan ada dana sekitar Rp 3 miliar untuk memfasilitasi bagaimana LGBT ini tersosialisasi. Ini bukan enteng-entengan. Harusnya kita mengajarkan kebaikan ini malah buat kerusakan. Kalau ada biaya mahal buat rusak kita hadapi dengan mendidik yang baik," pungkasnya.