free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Serba Serbi

Raden Kartowibowo: Local Genius, Pendobrak Tradisi dan Pahlawan Pendidikan dari Blitar

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Yunan Helmy

14 - Aug - 2023, 21:13

Placeholder
Potret Raden Kartowibowo semasa hidup. (Foto : Aunur Rofiq/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Peringatan Hari Jadi Ke-699 Blitar yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Blitar berlangsung sukses dan meriah. Puncak  agenda ini adalah Pisowanan Agung yang digelar di Pendapa Agung Ronggo Hadi Negoro, Sabtu (5/8/2023).

Pisowanan Agung peringatan Hari Jadi Ke-699 Blitar ini dirangkai dengan beberapa kegiatan. Salah satunya pemberian penghargaan Achievement Award Blitar Land of Kings kepada tokoh-tokoh berpengaruh dari Blitar. Pemberian penghargaan ini sekaligus juga bagian dari peringatan Hari Kemerdekaan Ke-78 Republik Indonesia di Kabupaten Blitar.

Baca Juga : Ternyata Ini Asal Mula Peringatan Hari Pramuka Jatuh pada 14 Agustus

Salah satu tokoh hebat yang menerima penghargaan ini adalah Raden Kartowibowo, seorang tokoh pendidikan yang hidup di akhir abad ke-18 hingga pertengahan abad ke-19. Bagi warga Blitar, nama tokoh yang satu ini cukup dikenal bagi yang menggemari cerita sejarah berkat buku-buku yang ditulisnya. Sedangkan bagi masyarakat umum, nama tokoh ini seakan tenggelam dan nyaris tak dikenali lagi meski jasanya untuk Blitar Raya sangat luar biasa.

Ya, Raden Kartowibowo di kalangan sepuh Blitar Raya lebih dikenal sebagai tokoh penggali sejarah. Bukunya yang berjudul Arijo Blitar, Matjan Malihan dan Bakda Mawi Rampog hingga hari ini merupakan artefak sejarah lokal yang bernilai luar biasa. Namun tak banyak yang tahu, selain di bidang sejarah, Kartowibowo memiliki jejak dan jasa luar biasa di bidang pertanian dan pendidikan.

Kartowibowo adalah bangsawan keturunan Keraton Mataram yang lahir di Tulungagung pada 1885.  Ia adalah keponakan dari Soekeni Sosrodihardjo,  ayah Presiden pertama Republik Indonesia Ir Soekarno (Bung Karno). Selepas menempuh pendidikan di OSVIA, Kartowibowo melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Pertanian di Bogor hingga 1905. Di Bogor ia meraih kompetensinya sebagai ahli ilmu pertanian.

 Di bidang pertanian, Kartowibowo juga menerbitkan buku berjudul Mardi Tani yang diterbitkan oleh van Dorp & Co pada 1919. Buku ini pernah menjadi salah satu diktat penting bagi pemerintah Belanda dalam penyelenggaraan pendidikan pertanian.

Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Pertanian Bogor, Kartowibowo kemudian bekerja sebagai pegawai negeri Hindia Belanda. Ia berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Beberapa kota yang pernah menjadi tempat tugasnya antara lain Jombang, Tulungagung, Mojokerto, Nganjuk, Madiun, Kediri, Semarang, Salatiga dan tentu saja Blitar.

Karier di Blitar menjadi titik penting dalam kehidupan Kartowibowo. Di kota kecil ini ia tidak lagi diberi tanggung jawab dibidang pertanian, melainkan diberi tugas sebagai guru. Dia ditempatkan di Noormalschool satu tempat tugas dengan Soekeni Sosrodihardjo, ayahanda Bung Karno.  Noormalschool di Blitar ini merupakan satu di antara 6 sekolah serupa yang ada di tanah air dan berdiri tahun 1915.

Kartowibowo menjadi guru yang istimewa di Noormalschool. Kiprahnya semakin berkembang dengan mendirikan sekolah sendiri yang diberi nama Particulire Hollans Indise School ( PHIS) Mardi Siswo, sekolah swasta pertama di Blitar. 

Di tangan Kartowibowo, Mardi Siswo berkembang menjadi sekolah dengan kurikulum muatan lokal yang dirancang Kartowibowo. Tujuan dari Mardi Siswo adalah mendidik dan mencerdaskan anak-anak bumiputra (inlanders ) yang tidak dapat diterima masuk HIS Diens atau HIS Negeri.

Kartowibowo mendirikan PHIS Mardi Siswo setelah terusik dengan sistem pendidikan yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda. Di Blitar pada waktu itu, banyak murid sekolah dasar mengalami kegagalan saat akan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Kasus yang terjadi waktu itu, banyak murid di Blitar sekolah dasar di Blitar gagal melanjutkan studi pendidikannya di HIS Blitar, sekolah lanjutan satu-satunya yang ada di Blitar kala itu. Sedangkan MULO, Osvia dan lain-lain telah terstruktur sebagai sekolah yang berorientasi khusus. 

Baca Juga : Sinergi, BPJamsostek dan Rumah BUMN Blitar Sosialisasikan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

Demikian juga kasus yang sama terjadi pada sekolah lanjutan lainnya yang sudah disusun sesuai kebijakan pemerintah Hindia Belanda.

Kehadiran PHIS Mardi Siswo mendapat apresiasi dan dukungan dari Bupati Blitar waktu itu. Berbeda pandangan, pemerintah Hindia Belanda justru menganggap sekolah ini sebagai sekolah swasta yang biasa saja. Yang terjadi justru adalah, Mardi Siswo mampu berkibar dan memecahkan kebuntuan yang ada. Murid-murid sekolah yang tidak dapat diterima di HIS Diens memperoleh pendidikan yang sama di PHIS Mardi Siswo. 

Di sinilah, penghargaan  Achievement Award Blitar Land of Kings sangat pantas diterima Kartowibowo. Meskipun sekolah swasta, semua yang ada di PHIS Mardi Siswo dibuat persis seperi sekolah negeri. Kartowibowo adalah local genius, pendobrak tradisi dan pahlawan dunia pendidikan. Kartowibowo sukses mencerdaskan rakyat pribumi yang termarginalkan sistem pendidikan kolonial Hindia Belanda.

Di tahun-tahun mengajar inilah, Kartowibowo membangun rumah di Jalan Kalimantan, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Rumah yang dibeli pada 1932 ini kemudian dikenal dengan nama Wisma Kartowibowo.

Keterangan lain yang dituliskan oleh Sawito Kartowibowo, anak Kartowibowo, menyebutkan rumah di Sananwetan itu dibeli ketika Kartowibowo sudah pensiun sebagai pegawai negeri Hindia Belanda. Rumah tersebut dibangun cukup megah dengan pendapa berukuran 10×10 m di bagian depannya. Pendapa tersebut kemudian diisi dengan gamelan jawa pelok dan slendro, wayang kulit dan perlengkapan pakaian wayang orang.

Raden Kartowibowo meninggal dunia di Blitar pada 30 Desember 1948. Ia dimakamkan di Pasarean Pangeranan di Lingkungan Gebang, Kecamatan Sananwetan, Kota Blitar. Pasarean Pangeranan adalah satu pemakaman paling keramat di Blitar. Di tempat ini dimakamkan pula Bupati Blitar ke-2 KPH Warsokoesoemo, Bupati Blitar ke-3 KPH Sosrohadinegoro dan Bupati Blitar ke-4 KPH Warsohadiningrat.

 


Topik

Serba Serbi Radwn Kartowibowo pahlawan pendidikan Blitar



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Yunan Helmy