free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Asmaranala Kali Brantas, Desa Minggirsari Blitar Ajak Indonesia Berpesta Budaya

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

23 - Jul - 2023, 19:48

Placeholder
Larung lilin, salah satu prosesi rangkaian acara Asmaranala Kali Brantas.(Foto: Aunur Rofiq/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Semangat masyarakat Kabupaten Blitar dalam nguru-uri budaya sungguh luar biasa. Terkini, sebuah acara bertajuk Asmaranala Kali Brantas digelar di Desa Minggirsari, Kecamatan Kanigoro, Sabtu (22/7/2023).

Kegiatan yang dipusatkan di Papringan ini berlangsung sukses dengan kolaborasi pemerintah desa, masyarakat, budayawan dan pemuda-pemudi pegiat budaya. Desa Minggirsari mengajak Indonesia berpesta budaya dari pinggiran sungai besejarah yakni Kali (Sungai) Brantas.

Baca Juga : Jatim Pertahankan Predikat Provila, Gubernur Khofifah: Alhamdulillah 38 Daerah di Jatim Juga Berpredikat KLA

Asmaranala Kali Brantas yang perdana diselenggarakan tahun ini menampilkan beberapa rangkaian kegiatan yang kental dengan balutan nuansa budaya. Rangkaian kegiatan itu meliputi Ruwatan Ageng Brantas, Asmaranyala Kali Brantas dan pagelaran wayang kulit dengan menampilkan Ki Dalang Bambang Tri Bawono. Yang cukup membanggakan, di momen ini juga dilaksanakan pengukuhan Watu Gilang/Watu Atos Pertapaan Panembahan Senopati (Raja pertama Kerajaan Mataram Islam) oleh Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton  Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Sebagai informasi, Papringan adalah wisata berkonsep café dengan pemandangan Sungai Brantas di Desa Minggirsari. Menariknya, di kawasan wisata ini terdapat sebuah situs bersejarah berupa batu besar yang merupakan petilasan pertapaan raja pertama Mataram Islam Panembahan Senopati. 

Perpaduan antara wisata alam, edukasi dan sejarah ini menjadikan Papringan memiliki keunikan dibanding tempat wisata lainnya. Tempat ini juga sangat rindang dan sejuk karena terdapat banyak pohon bamboo. Oleh sebab itulah tempat ini dinamakan Papringan (kebun bambu).

Kepala Desa Minggirsari Eko Hariadi menyampaikan, kegiatan yang diselenggarakan di Desa Minggirsari kali ini mengambil tema Asmaranala Kali Brantas. Kegiatan ini merupakan persembahan Desa Minggirsari bersama para pegiat budaya untuk Indonesia.

“Asmaranala itu berasal dari bahasa sansekerta yang mempunyai arti mempesona. Kalau di selatan Blitar itu ada pantai selatan, di utara ada Gunung Kelud dan di tengah-tengah  Blitar itu ada Kali Brantas. Tiga ini banyak memberikan manfaat untuk masyarakat Blitar dan Jawa Timur,” kata Eko.

Ruwatan Ageng Brantas diikuti oleh masyarakat Desa Minggirsari dengan antusias. Ritual ruwatan ini dilaksanakan masih dalam menyambut datangnya bulan Suro. Suro menjadi bulan yang disakralkan oleh kebanyakan masyarakat Jawa tak terkecuali masyarakat Kabupaten Blitar di Desa Minggirsari. Ruwatan diawali dengan ritual dan doa dari sesepuh dan dilanjut dengan melarung baju-baju bekas di Sungai Brantas.

“Dalam ruwatan ini kita melarung baju bekas. Ada banyak tadi baju-baju bekas milik masyarakat yang kita larung di Kali Brantas. Maknanya adalah kita membersihkan diri dari perbuatan yang kurang baik di waktu terdahulu, perbuatan yang kurang baik itu kita larung, kita hilangkan dan kita menjemput kolo yang baik untuk kehidupan kita di tahun baru Muharam atau Suro,” jelas Eko.

Selain ruwatan, Asmaranyala Kali Brantas menjadi satu rangkaian yang cukup menarik. Dalam prosesi ini, masyarakat yang hadir menyalakan lilin dan kemudian melarungnya di Sungai Brantas. Prosesi ini dilakukan ketika surya tenggelam.

“Di Asmaranala Kali Brantas ini ada rangkaian Asmaranyala Kali Brantas. Asmaranyala ini kita melarung api dengan lilin. Maknanya adalah kasih sayang kita untuk sesama baik itu bagi sesama manusia ataupun alam harus tetap menyala. Kita harus terus menyalakan hidup dengan berpositif,” imbuhnya.

Asmaranala Kali Brantas yang baru pertama kali digelar di Desa Minggirsari mendapat dukungan penuh dari Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur Guntur Wahono. Ditemui di sela-sela kegiatan, Guntur mengatakan dirinya merasa bangga Desa Minggirsari bisa menyelenggarakan kegiatan nguri-uri budaya dan leluhur.

“Budaya ini patut kita jaga. Kali Brantas ini pusat peradaban, sejak dulu hingga sekarang memberikan berkah untuk kepentingan masyarakat. Dulu, Kali Brantas ini dipergunakan untuk tempat perdagangan, jalur transportasi, jalur lalu lintas. Dan bahkan para leluhur memberikan kiasan, memberikan restu kepada anak dan cucunya ‘Koyodene miline Kali Brantas nadyan ning mongso ketigo ora bakal asat’,” tegas Guntur.

Sebagaimana disampaikan di awal, di rangkaian kegiatan ini juga dilaksanakan pengukuhan Watu Gilang/Watu Atos oleh LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Situs ini memiliki kisah yang memiliki kaitan erat dengan Panembahan Senopati, raja pertama Mataram Islam. Sejarah situs ini berawal dari kisah Sunan Giri Prapen yang meramalkan akan muncul kerajaan di Jawa yang lebih besar dari Kesultanan Pajang. Ki Gede Mataram selaku santri dari Sunan Kalijaga melaporkan ramalan tersebut kepada gurunya.

Baca Juga : Grand Final Gus Jeng 2023, Bupati Mak Rini: Gus Jeng Harus All Out Promosikan Wisata Blitar

Sunan Kalijaga kemudian menyuruh Ki Gede Mataram untuk bertapa brata menggapai wahyu di Kembang Semampir.  Hasil pertapaan Ki Gede Mataram itu menuju ke Danang Sutawijaya, muncul sasmita gambaran bahwa anak muda inilah yang kelak akan menjadi raja besar di tanah Jawa dengan mendirikan Negara baru. Danang Sutawijaya adalah nama  Panembahan Senopati sebelum menjadi Raja Mataram. Peristiwa ini mungkin terjadi sebelum 1584. Tahun 1584 adalah tahun meninggalnya Ki Gede Mataram dan dua tahun kemudian, Senopati bertahta sebagai raja pertama Mataram Islam.

Danang Sutawijaya kemudian menjemput takdir dengan melakukan perjalanan ke Jawa Timur untuk sowan kepada Sunan Giri Prapen di Giri Kedaton. Setelah bertemu empat mata, Sunan Giri Prapen kemudian memberikan laku kepada Danang Sutawijaya untuk napak tilas leluhurnya. Napak tilas itu dilakukan Danang Sutawijaya dalam perjalanan pulang dari Surabaya. Ia mengunjungi petilasan-petilasan leluhurnya dengan menyusuri Kali Brantas. Salah satu petilasan leluhur itu adalah Watu Atos di Desa Minggirsari, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Watu Atos, batu besar berbentuk seperti bola itu dulunya merupakan petilasan Eyang Agung Kanigoro.

Danang Sutawijaya kemudian naik keatas batu dan memulai meditasi dengan khusyuk. Ia menyerap semua energi leluhur yang ditinggalkan di atas batu tersebut. Ia bertapa selama berbulan-bulan dan mendapatkan kepuasan berupa pencerahan baru dari leluhur yang telah meninggalkan jejak spiritualnya di batu hitam bundar tersebut.

Di kemudian hari, ramalan Sunan Giri Prapen benar-benar menjadi kenyataan. Danang Sutawijaya akhirnya menjadi raja dan mendirikan negara baru Kesultanan Mataram dengan ibukotanya di Kotagede. Ia menjadi raja dengan gelar Panembahan Senopati (berkuasa 1586-1601). Puncak dari kejayaan negara baru ini adalah ketika masa kekuasaan Sultan Agung Hanyokrokusumo (berkuasa 1613-1645). Sultan Agung, cucu Senopati itu berhasil membawa Mataram berjaya dengan menguasai hampir seluruh wilayah Jawa.

Anggota DPRD Jatim dari PDI Perjuangan, Guntur Wahono secara khusus kembali memberikan apresiasi dengan pengukuhan Situs Watu Gilang/Watu Atos Pertapaan Panembahan Senopati oleh LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Ini merupakan bukti Kabupaten Blitar merupakan daerah yang penting di peradaban masa lalu. Ia pun merasa bangga, dengan pengukuhan ini membuktikan Desa Minggirsari benar-benar memiliki semangat tinggi dalam merawat dan melestarikan budaya dan peninggalan leluhur.

“Pengukukuhan oleh LDA Keraton Surakarta ini pasti ada bukti disini raja-raja dan leluhur sudah berbuat sesuai di tempat ini. Keberadaan situs ini pasti akan memberikan arti yang sangat luar biasa dan paling tidak Panembahan Senopati rojo agung dari Mataram pernah mengunjungi dan tinggal di sini,” tegas Guntur.

Acara Asmaranala Kali Brantas turut dihadiri tokoh masyarakat Blitar Rijanto yang datang bersama Guntur. Rijanto, mantan Bupati Blitar yang saat ini menjabat Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Blitar mengatakan, dirinya merasa bangga dengan semangat kepala desa dan warga Desa Minggirsari dalam nguri-uri budaya.

“Desa Minggirsari ini kadesnya masih muda namun semangat dan kreativitasnya dalam nguri-uri budayanya sungguh luar biasa. Semoga apa yang dilakukan Pak Eko Hariadi ini akan didukung oleh seluruh masyarakat di Blitar Raya ini,” ungkap Rijanto.

Rangkaian acara Asmaranala Kali Brantas ditutup dengan pagelaran wayang kulit dengan lakon Arjuna Wiwaha oleh Ki Dalang Bambang Tri Bawono. Kades Minggirsari Eko Hariadi berharap, kedepan Asmaranala Kali Brantas akan menjadi event tahunan Kabupaten Blitar untuk menyebarkan semangat nguri-uri budaya bagi masyarakat dan generasi muda.

“Kita berharap Asmaranala Kali  Brantas akan jadi event tahunan Kabupaten Blitar. Kita gelorakan semangat nguri-uri budaya dari pinggiran Kali Brantas untuk Indonesia,” pungkas Eko.


Topik

Peristiwa Sungai Brantas kabupaten blitar pemkab blitar kali brantas



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Sri Kurnia Mahiruni