free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pendidikan

Hardiknas 2023, Rektor Unisma Beber Peran Besar Ki Hajar Dewantara

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Nurlayla Ratri

02 - May - 2023, 22:28

Placeholder
Upacara peringatan Hardiknas 2023 di Universitas Islam Malang (Ist)

JATIMTIMES - Universitas Islam Malang (Unisma) turut memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2023 dengan upacara yang diikuti oleh seluruh civitas Unisma. Upacara ini menjadi momentum penting untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme bagi seluruh insan pendidikan.

Rektor Unisma, Prof Dr Maskuri Bakrie MSi menyampaikan dalam sambutannya, selain menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme bagi seluruh insan pendidikan, momen ini juga bertujuan untuk mengingat jasa-jasa Ki Hajar Dewantara dalam dunia pendidikan. 

Baca Juga : Sempat Mengaku Nabi, Ini Update Identitas Pelaku dan Sederet Fakta Soal Peristiwa Penembakan di Kantor MUI Pusat

Peringatan Hardiknas setiap tahunnya bertepatan dengan hari lahir Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara atau yang memiliki nama asli R.M Suwardi Suryaningrat mempelopori pendidikan bagi pribumi pada zaman kolonialisme Belanda. Ia lahir dari keluarga ningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. 

2

Kiprah Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara bersama rekannya dr Cipto Mangunkusumo dan E.F.E Douwes Dekker mendirikan Indische Partij. Partai Politik pertama Indonesia pada masa Hindia Belanda itu bertujuan meraih kemerdekaan Indonesia.

Ki Hajar Dewantara sangat anti dengan Belanda. Kritikan pedasnya membuat pemerintah Belanda gerah. Belanda lalu mengasingkan Ki Hajar Dewantara ke Negeri Kincir Angin. Ki Hajar Dewantara tak berkecil hati. Selama menjalani masa pengasingan di Belanda, ia justru mendalami bidang pendidikan dan pengajaran. 

Hingga pada 1918, ia kembali ke tanah air dan berkecimpung penuh di dunia pendidikan. Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara lantas mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang diberi nama Taman Siswa. Berdirinya Taman Siswa tak lain bertujuan untuk mencerdaskan pemuda pribumi, serta menanamkan rasa nasionalisme. 

3

Semboyan Ki Hajar Dewantara yang digunakan dalam sistem pendidikan di Indonesia dalam bahasa Jawa ini berbunyi Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. 

"Semboyan tersebut dapat diterjemahkan, bahwa; Ing Ngarsa Sung Tulada: di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik; Ing Madya Mangun Karsa: di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide; Tut Wuri Handayani: dari belakang seorang guru harus menjadi motivator, pendorong dan pembimbing," tuturnya.

Lebih lanjut, Maskuri menjelaskan, bahwa sumberdaya manusia merupakan kunci membangun peradaban dan daya saing bangsa, maka manusia sebagai hamba Allah dalam menjalankan tugas kekhalifahan, dibekali akal fikiran, juga dipandu dan dibimbing oleh kitab suci-Nya.

Al Quran Al Karim mengajarkan kepada manusia, bahwa upaya membangun peradaban yang mampu mewujudkan kemajuan, kesejahteraan dan keselamatan setidaknya harus berasaskan kepada tiga hal prinsip yang menjadi spirit pembangunan peradaban dan pengembangan kebudayaan, yaitu prinsip ketuhanan, kemanusiaan dan kedamaian.

1


      
“Prinsip ketuhanan, peradaban yang bersumber dari Tuhan tentu memiliki kesempurnaan dan terbebas dari kekurangan serta kenistaan. Sistem peradaban-Nya juga pasti sesuai dan selaras untuk siapapun, kapanpun dan dimanapun, karena perancangnya adalah Dzat yang Maha memiliki ilmu pengetahuan, hikmah dan kekuatan yang sempurna,” ungkapnya. 

Baca Juga : Hardiknas 2023, 88 ASN di Kota Batu Terima Penghargaan Satyalancana Karya Satya

Sebaliknya system peradaban yang hanya bersumber dari kreasi manusi pasti rapuh, dipenuhi kekurangan dan rentan hanyut tersapu gelombang perubahan karena perancangnya tidak mutlak dan jauh dari kesempurnaan.

Kedua, prinsip kemanusiaan. Dalam Islam, peradaban yang maju meniscayakan manusia hidup sejahtera, harkat dan martabat manusia dihargai; alam dan lingkungan dirawat dengan baik. Peradaban yang tinggi tidak sekadar kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Peradaban yang dikembangkan harus berpusat dan berorientasi kepada penghargaan harkat dan martabat manusia. 

"Ilmu dan pengetahuan merupakan alat untuk mencapai kemuliaan harkat dan martabat tersebut, bukan sebaliknya menjadi alat untuk mengeksploitasi pihak lain sebagaimana terjadi dengan kolonialisme ketika pengetahuan dan kekuatan digunakan untuk menindas bangsa lain," paparnya.

Ketiga, prinsip kedamaian. Kedamaian dunia pun saat ini masih dirundung konflik dan peperangan. Di kawasan Timur Tengah yang menjadi tempat Islam bermula dan bermuara, konflik dan persoalan kemanusiaan hingga kini belum berhenti. 

"Di sini momentum pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan dunia yang berkeadilan dan sejahtera, berkeadaban yang aman dan damai," pungkasnya.


Topik

Pendidikan Rektor Unisma Prof Dr Maskuri Bakrie Unisma Hardiknas Ki Hajar Dewantara



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Nurlayla Ratri