JATIMTIMES - Pengamat politik Refly Harun menanggapi kasus Anies Baswedan yang tidak pernah menang dalam hasil survei.
Dalam video yang berdurasi 3 menit 14 detik yang diunggah akun Tiktok @sobataniesofficial, Refly mengungkap jika pelaksana survey dalam RI harus membayar Rp 100 miliar. Refly lalu mengatakan jika dalam survey, Anies selalu berada dalam urutan no.3.
Selanjutnya, ia mengatakan jika survey saat ini semakin kehilangan relevansinya atau kepercayaan. Hal itu disebabkan oleh survey dalam RI ini memiliki kontrak atau durasi. Refly lalu menyebut jika durasi itu tergantung dengan uang yang dikeluarkan.
Kemudian, Refly menceritakan mengenai elektabilitas bakal calon presiden NasDem Anies Baswedan.
Menurutnya, Anies memiliki dua bukti kasat mata yang menunjukkan elektabilitas Anies, namun bukan berdasarkan survei.
"Kita lihat orang seperti Anies yang secara kasat mata selalu luar biasa dalam setiap kunjungan, satu. Yang kedua dalam polling, polling apapun dia menang kalau polling, karena polling nggak bisa disetel," ungkapnya, dikutip dari @sobataniesofficial, Selasa (21/2/2023).
Pria yang juga berprofesi sebagai ahli hukum tata negara itu juga menyebut jika Anies selalu nomer satu dalam polling dari media sosial seperti YouTube maupun Twitter.
Menurut Refly, sosial media itu tidak bisa diseting sehingga jika dari polling, Anies keluar sebagai juaranya.
"Asal mesinnya itu mesin YouTube mesin Twitter nggak bisa disetel, Anies selalu menang kalau dalam konteks seperti itu, jadi kita harus lihat itu," ujar Refly Harun.
Baca Juga : Kekurangan Ruangan, Wali Murid SDN di Wagir Swadaya Bangun Kelas
Selanjutnya, Refly mengatakan jika istana yakin dengan Ganjar Pranowo, seharusnya sekarang ia telah ditetapkan untuk melawan Anies di Pilpres 2024.
"Kalau misalnya istana yakin betul dengan elektabilitas Ganjar, harusnya dia dorong saja Ganjar untuk maju untuk mengalahkan Anies, tapi tidak begitu terkesan maju mundur," bebernya.
Namun hingga sekarang Ganjar tidak juga ditetapkan sebagai capres, dan telunjuk istana terlihat mengarah pada Manteri Pertahanan Prabowo Subianto, namun bukan karena elektabilitas.
"Faktornya sepertinya bukan hanya faktor elektabilitas, tapi juga loyalitas, nah yang loyalitasnya yang sudah terbukti adalah Prabowo Subianto," tandasnya.
