JATIMTIMES - Hari ini 5 Oktober 2022 Tentara Nasional Indonesia (TNI) merayakan ulang tahun ke-77. Tugas dari TNI adalah menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mulai darat, laut dan udara dari Sabang sampai Merauke. Tak hanya itu, TNI juga memiliki tugas membantu menyukseskan program pembangunan yang digalakkan pemerintah.
Namun tahukan Anda, sebelum TNI terbentuk, Nusantara di zaman kolonial Belanda pernah memiliki legiun tempur terkuat di wilayah Asia Tenggara. Nama pasukan tempur itu adalah Legiun Mangkunegaran, pasukan militer milik dari Praja Mangkunegaran, kadipaten otonom yang merupakan pecahan dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Baca Juga : TGIPF Kanjuruhan Mulai Kerja, Satu Tim Dipimpin Doni Monardo Sudah di Malang
Dalam buku ‘Legiun Mangkunegaran, 1808-1942: Tentara Jawa-Perancis Warisan Napoleon Bonaparte’ dituliskan, Legiun Mangkunegaran adalah organisasi militer ala Eropa, tepatnya militer Prancis yang merupakan institusi modern di Asia pada zamannya yakni awal abad ke-19.
Sejarah Praja Mangkunegaran seiring kemunculan pendirinya yakni Mangkunegara I yang dikenal sebagai Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa. Sejarah Legiun Mangkunegaran berjalan paralel dengan Praja Mangkunegaran. Pangeran Sambernyawa adalah tokoh legendaris dari Dinasti Mataram Islam, dia berperang melawan Belanda selama 16 tahun, terlibat dalam 250 kali pertempuran dan hebatnya lagi tidak pernah mengalami kekalahan dalam perang.
Embrio dari Legiun Mangkunegaran adalah pasukan gerilya yang berjuang selama belasan tahun bersama Pangeran Sambernyawa. Setelah Pangeran Sambernyawa menjadi pemimpin Mangkunegaran pada tahun 1757, pasukan tersebut menjadi satuan militer Praja Mangkunegaran. Sebanyak 12 kesatuan yang berpengalaman bergerilya tetap dipertahankan dan ditambah dengan 22 unit infanteri, kavaleri dan artileri yang terdiri dari masing-masing 44 orang.
Setelah Mangkunegara I wafat, satuan militer itu terus dikembangkan oleh penerusnya Mangkunegara II. Mangkunegara II adalah pemimpin Mangkunegaran yang visioner. Pada tahun 1808, Mangkunegara II membentuk Legiun Mangkunegaran. Pembentukan ini, Mangkunegara II terinspirasi dari pasukan modern Grande Armee, angkatan darat terkuat di dunia saat itu yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Nama legiun juga mengadopsi dari organisasi militer Perancis yakni Legionnaire atau Legiun yang berarti pasukan bala tentara. Tidak hanya nama, Legiun Mangkunegaran juga mengadopsi militer Perancis baik secara fisik, persenjataan, taktik dan organisasi.
Menariknya lagi, selain mengadopsi gaya dan pola militer Perancis, Legiun Mangkunegaran juga memadukan budaya barat dengan budaya Jawa. Itu nampak dari cara berbusana para serdadu dan perwira Legiun Mangkunegaran yang menggunakan seragam gabungan militer Perancis dengan Jawa. Penggunaan senjata juga memadukan antara senjata setempat dengan senjata modern. Hebatnya lagi, strategi perang pun memadukan antara strategi militer Barat dengan strategi perang Pangeran Sambernyawa.
Legiun Mangkunegaran mendapatkan beragam pelatihan kemiliteran di sekolah militer Soldat Sekul, agar mahir menggunakan berbagai senjata tajam berupa keris, pedang, tombak, sumpit, dan panah. Perpaduan dua kebudayaan pun tampak pada cara berbusana para serdadu dan perwiranya, yang mengenakan seragam gabungan militer Perancis dan Jawa.
Selain itu, Legiun Mangkunegaran juga dilatih agar piawai menggunakan berbagai senjata modern, seperti senjata api maupun artileri. Legiun Mangkunegaran juga dilatih untuk memiliki mobilitas tinggi dengan menggabungkan unsur infanteri, kavaleri, dan artileri, sehingga mampu menghadapi perang jangka panjang maupun perang gerilya.
Anggota Legiun Mangkunegaran tidak hanya terbatas bagi kaum laki-laki, tetapi juga kaum perempuan. Bahkan pasukan perempuan bersenjatanya juga mahir memainkan alat musik. Di ranah struktural, Legiun Mangkunegaran memiliki dua perwira senior berpangkat mayor, empat letnan ajudan, sembilan kapitan, delapan letnan tua dan muda, bintara sebanyak 32 sersan, tamtama sebanyak 62 kopral, flankier 900 orang, dragonder (dragoon) 200 orang, dan steffel 50 orang. Mereka menggunakan seragam topi syako dan jas hitam pendek bagi bintara dan prajurit. Perwira memakai topi syako, jas hitam, dan celana putih.
Baca Juga : Aremania Desak Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan, Presiden Jokowi Andalkan TGIPF
Legiun Mangkunegaran adalah satuan militer yang ditempa dengan budaya Barat dan Jawa. Di masa jayanya, kekuatan Legiun Mangkunegaran berjumlah 1.150 prajurit. Seribuan prajurit tersebut terbagi dalam 800 prajurit infanteri, 100 prajurit penyerbu, 200 prajurit kavaleri (berkuda), dan 50 prajurit artileri (meriam). Pasukan ini pun turut mengawal Mangkunegara dan menyambut tamu kehormatan.
Sama seperti kakeknya Pangeran Sambernyawa, Mangkunegara II sangat benci dengan Belanda. tetapi demi pembangunan militer yang kuat, untuk sementara waktu Mangkunegara II memilih mendahulukan kepentingan Praja Mangkunegaran yang dia pimpin dengan jalan mengundang perwira-perwira militer Belanda, Prancis dan Inggris yang profesional untuk melatih Legiun Mangkunegaran. Alasan kuat Mangkunegara II membentuk Legiun Mangkunegaran adalah sebagai alat legitimasi bertahta dan mengamankan diplomasi Praja Mangkunegaran.
Di Soldat Sekul Legiun Mangkunegaran juga dilatih beragam pelatihan kemiliteran. Pasukan elite ini dilatih untuk mahir menggunakan berbagai senjata tajam berupa keris dan pedang. Legiun Mangkunegaran juga dilatih untuk piawai menggunakan tombak, sumpit dan panah serta senjata api maupun artileri (meriam). Pasukan ini dilatih untuk memiliki mobilitas tinggi dengan menggunakan kuda sehingga unsur infanteri, kavaleri dan artileri tergabung di dalamnya. Legiun Mangkunegaran juga dilatih untuk mampu menghadapi perang jangka panjang maupun perang gerilya.
Beragam pelatihan itu membuat Legiun Mangkunegaran tampil sebagai militer yang tangguh. Sejak didirikan tahun 1808, Legiun Mangkunegara terlibat dalam berbagai pertempuran, seperti Perang Napoleon di Asia sebagai bagian dari pasukan Perancis-Belanda melawan pasukan Inggris-Sepoy (India) tahun 1811, perang menumpas bajak laut di Bangka (1819-1820), Perang Jawa (1825-1830), Perang Aceh (1873-1904), hingga menghadapi Jepang dalam perang Pasifik tahun 1942. Legiun Mangkunegaran mampu bertahan sampai masa kekuasaan Mangkunegara VII.
Legiun Mangkunegaran terlibat dalam Perang Dunia II ketika Jepang menyerbu Jawa. Kemudian pada tahun 1942 adalah tahun pembubaran Legiun Mangkunegaran yang dilakukan oleh pemerintahan pendudukan Jepang.Pemerintahan pendudukan Jepang melarang masyarakat untuk berorganisasi secara politik dalam bentuk apa saja. Jepang berusaha melucuti kekuatan militer Legiun Mangkunegaran sehingga pasukan militer yang terlatih dengan kurikulum Eropa ini beralih fungsi sebagai abdi dalem penjaga istana Mangkunegaran belaka. Nama Legiun Mangkunegaran pun kemudian diubah menjadi Worontono.
Setelah kemerdekaan Bangsa Indonesia dan negara ini berbentuk republik, Worontono itu kemudian berubah menjadi Laskar Puro dengan nama Rumeksopuro dengan tugas khusus menjaga segala keamanan di wilayah Pura Mangkunegaran yang berpusat di Kota Surakarta.