JATIMTIMES - Kirab Budaya dan Siratan Agung “Lanjar Maibit” di tanah kelahiran Wakil Bupati Tuban Riyadi di Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Tuban, dalam rangka sedekah bumi dipenuhi masyarakat.
Agenda yang pertama digelar pemerintah desa beserta seluruh element masyarakat di Desa Maibit tersebut sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada masyarakat Maibit. Yakni berupa kesuburan tanah lersawahan, sumber mata air sendang Maibit serta panen yang melimpah yang menjadi mata pencaharian dari hasil pertanian dan perkebunan di Desa Maibit.
Kades Maibit Ahmad Ali menjelaskan sedekah bumi atau siratan dilaksanakan setiap tahun hari Rabu Legi (pasaran Jawa). Agendanya mulai sembelih sapi, pewayangan dan kirapb budaya mencakup ziarah ke makam Sri Penganti (Lanjar Maibit) di Desa Temayang Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban, bersih bersih Sendang Maibit, Istighotsah bersama tokoh masayarakat dan ulama.
Ada pula pentas seri ekshibisi “Lanjar Maibit” dan pentas jaranan persembahan dari Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata Kabupaten Tuban. Puncaknya kiirab budaya dan Siratan Agung Lanjar Maibit dan pagelaran wayang kulit dan campursari.
Dia mengakui pelaksanan kirab budaya dan Siratan Agung Lanjar Maibit secara sukarela atau swadaya Masyarakat desa. Jika dikalkulasikan, menghabiskan ratusan juta rupiah.
"Alhamdullilah, masyarakat sengkuyung bareng. Sehingga antusiasme masyarakat Desa Maibit guyup rukun untuk melestarikan legenda Lanjar Maibit," jelasnya.
Selain itu, acara ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik Desa Maibit sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Tuban melalui kirab budaya serta Siratan Agung yang diselenggarakan pada setiap kegiatan Sedekah Bumi di Desa Maibit.
Sementara Wabup Riyadi menceritakan legenda perjalanan hidup Sri Penganti (Lanjar Maibit) yang merupakan tokoh putri yang pernah hidup di Sendang (Sumber) Maibit.
"Acara seperti ini bertujuan pesan kepada masyarakat pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Maibit serta mengulas cerita dan perjalanan hidup Sri Penganti (Lanjar Maibit) sebagai salah satu tokoh central di Desa Maibit," paparnya.
Wabup Riyadi menambahkan kirab budaya dan Siratan Agung Lanjar Maibit ini diharapkan akan menjadi salah satu agenda pariwisata di Tuban dan akan menjadi perhelatan yang dapat menyedot perhatian masyarakat tidak hanya lokal Maibit namun sampai tingkat Kabupaten Tuban.
"Tentu Pemkab Tuban akan menyokong setiap kegiatan berbasis kebudayaan yang ada di desa - desa," tutup Wabup Riyadi.
Legenda Sri Penganti atau Lanjar Maibit
Layaknya tempat lain yang disakralkan, ada pula cerita populer Sendang Maibit dengan tokoh perempuan masa silam yang bernama Sri Pangenti.
Dia diceritakan seorang putri dari Kediri yang melarikan diri. Setelah menikah dengan seorang pemuda dan harus terpisah di tengah jalan karena suami cemburu buta.
Baca Juga : Cegah Abrasi dan Jaga Biota, Tanam Ratusan Mangrove di Pesisir Laut Karangkiring Gresik
Dalam perlarian, perempuan tersebut dikenal dengan lanjar (janda yang masih suci/belum pernah bersetubuh) itu harus bersembunyi di Maibit (rumah Mbah Bibit).
"Mbah Bibit adalah salah satu tokoh sakti yang melindungi Sri Panganti dari kejaran orang-orang sakti yang berniat mempersuntingnya," terang juru kunci sendang, Supardi.
D isisi lain, tempat pemandian yang kerap dipergunakan sang lanjar membersihkan diri juga disebut Sendang Maibit. Sampai saat ini terus dirawat dan dibangun oleh masyarakat desa sekitar sebagai ajang wisata air Desa Maibit.
Dikisahkan Sri Panganti memang cantik sehingga banyak lelaki jatuh hati kepadanya. Tidak jarang pula para lelaki berminat untuk mempersuntingnya sebagai kekasih. Namun meski banyak laki-laki datang untuk meminangnya, Sri Panganti/Lanjar Maibit menolaknya.
Lelaki yang kepincut kecantikan janda kembang Lanjar Maibit antara lain Dalang Bedoyo dari Maner (sekarang menjadi Desa Maner. Minak Jepolo dari Logawe pernah jatuh hati pula kepada sesosok janda cantik tersebut.
Namun,Sri Panganti memang memilah pasangan. Dari sekian lelaki yang menyukainya, dia menerima pinangan lelaki bernama Minak Anggrang dari Padangan. Dia anak bupati Padangan. Hingga akhirnya Lanjar Maibit dipersunting.
Dituturkan warga Maibit, karena ketidaktahuan Minak Anggrang, sang Lanjar Maibit bersama adiknya Joko Grentreng, sering berdua karena saudara kandung. Oleh Minak Anggrang, keduanya dianggap berselingkuh.
Singkat cerita atas tuduhan selingkuh itu, untuk memperoleh kebenaran, Joko Grenteng dan Sri Panganti setuju untuk melakukan bunuh diri dengan mengubur diri hidup-hidup, seperti pinta Minak Anggrang. Jika posisi kepala mayat mereka berdua berbeda dengan posisi saat mereka di kubur, artinya memang bersaudara tidak bersalah.
Setelah beberapa hari atas kematian sang Lanjar dan adiknya, Minak Anggrang menemukan fakta ternyata posisi kepala mereka berdua berbeda dengan posisi mereka pada saat dikubur. Namun, nasi sudah menjadi bubur dan Minak Anggrang sangat menyesal.
Kisah sangat memilukan antara Minak Anggrang dengan Lanjar Maibit yang harus berahir pilu atas kematian lanjar maibit. Sehingga oleh masyarakat meyakini untuk senantiasa menghormati kemurnian aliran air disebut Sendang Lanjar Maibit/Sendang Maibit.