JATIMTIMES - Setiap tahun, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha. Hari raya ini disyariatkan umat Islam untuk menyembelih hewan kurban seperti kambing, domba, sapi ataupun unta. Namun, terkadang ada saja mereka yang merasa tak tega melihat proses penyembelihan hewan kurban. Sebagian dari mereka ada yang merasa kasihan melihat hewan-hewan tersebut kesakitan ketika disembelih.
Namun yang harus diketahui, hasil penelitian tata cara penyembelihan dalam Islam rupanya tidak menyakiti hewan tersebut. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Profesor Wilhelm Schulze dan rekannya Dr Hazem dari Universitas Hanover, Jerman pada 1978.
Baca Juga : Viral Aksi Pencuri Uang Kotak Amal Masjid di Karangploso, Polisi Buru Pelaku
Dipublikasikan pada jurnal mingguan kedokteran hewan Deutsche Tieraerztliche Wochenschrift, penelitian ini membuktikan bahwa metode penyembelihan sesuai syariat lebih aman dibanding pemukulan atau cara jagal lainnya.
Dilansir dari Islamwebdotnet, disebutkan hewan tidak merasakan rasa sakit saat disembelih. Ketika hewan digorok pada urat nadi yang terletak pada bagain depan tenggorokan, hewan akan segera kehilangan kesadaran. Hal tersebut kemudian tidak membuat hewan merasakan sakit.
Ketika urat nadi yang terletak di bagian depan tenggorokan digorok, hewan akan segera kehilangan kesadaran, sehingga tidak mungkin merasakan sakit. Begitupun ketika terlibat dalam gerakan kejang, dari hasil studi hal tersebut bukan mengekspresikan rasa sakit.
Saat pembuluh darah putus, otak berhenti menerima aliran darah, namun otak besar masih belum mati atau tetap hidup dan sistem saraf di belakang leher juga masih terkait dengan semua sistem tubuh. Sehingga, sistem saraf mengirimkan sinyal ke jantung, otot, usus dan seluruh sel tubuh untuk mengirim darah ke otak besar. Karena hal inilah kemudian hewan yang disembelih mengalami pergerakan kejang, lantaran permintaan darah ke otak besar.
Jalur aliran darah ke otak besar melalui lubang pada sembelihan di leher. Hewan yang disembelih tersebut akan mati karena kehabisan darah. Sehingga hewan tersebut tak akan lagi merasakan sakit lantaran telah kehilangan kesadaran dengan urat nadi yang putus.
Hal ini tentu berbeda dibandingkan dengan metode dengan pukulan atau dicekik. Jika membunuh hewan dengan cara dicekik, hewan sudah pasti akan mengalami kesakitan. Rasa pusing akan dialami hewan akibat aliran darah tidak bisa mencapai otak. Sama halnya dengan ketika membunuh hewan menggunakan pukulan.
Cara ini sangatlah tidak dianjurkan. Ketika hewan mati dipukul, maka darah akan tetap berada di dalam tubuh. Hal ini berakibat, membran yang melapisi usus besar kehilangan kemampuan mempertahankan bakteri. Bakteri kemudian dapat menembus tubuh hewan dan berkembang dalam darah, sampai akhirnya menyebar ke seluruh daging. Maka, hal ini tentunya akan berpengaruh pada kehigenisan konsumsi daging
Baca Juga : Airlangga Ingatkan Hari Raya Idul Adha Bentuk Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
Sementara itu, hasil penelitian dua peneliti melakukan perbandingan dalam penyembelihan hewan. Untuk mendapatkan hasil yang valid, kedua peneliti memasang microchip yang disebut Electro Encephalograph (EEG). EEG dipasang di otak untuk merekam rasa sakit ketika disembelih. Di bagian jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
Hasilnya, penyembelihan sesuai syariat Islam tidaklah menimbulkan rasa sakit pada hewan yang dikurbankan. Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini mengindikasikan tidak ada rasa sakit. Kemudian, pada 3 detik berikutnya, EEG mencatat hewan mengalami kondisi tak sadarkan diri akibat darah yang terkuras.
Setelah 6 detik, EEG mencatat level nol, penanda hewan tidak merasakan sakit apapun. Sementara EEG turun ke level nol, jantung hewan masih berdebar dan tubuh kejang-kejang bersamaan darah terkuras. Darah yang terkuras membuat bakteri tak dapat berkembang.
Sementara dalam metode membunuh hewan dengan cara dipukul, hewan memnag langsung tak sadarkan diri. Tetapi, dari hasil pengukuran EEG, menunjukkan indikasi hewan mengalami rasa sakit yang parah. Jantung hewan berhenti lebih awal sehingga menyebabkan pengendapanndarah dalam tubuh. Kondisi ini berpengaruh dengan kualitas daging yang tak sehat untuk dikonsumsi.