Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Peristiwa

Nicotine War, Benarkah Rencana Antirokok Matikan Kemandirian Indonesia?

Penulis : Anggara Sudiongko - Editor : Pipit Anggraeni

31 - May - 2022, 20:30

Placeholder
Bedah Buku Nicotine War yang dilakukan di Guest House UB (Ist)

JATIMTIMES - Isu nicotine war tentu bukan menjadi hal baru bagi sebagian orang. Beberapa menyebut jika hal itu sudah lama terjadi dan memunculkan banyak perbedaan pendapat di antara masyarakat. Bahkan, isu ini selalu ramai diperbincangkan terutama saat momen Hari Anti Tembakau Sedunia (HTTS) setiap 31 Mei.

Wanda Hamilton dalam bukunya Nicotine War bahkan membeberkan beberapa hasil penelitiannya terkait dunia tembakau. Wanda menyebut jika di balik agenda global pengontrolan tembakau terdapat kepentingan besar dari bisnis perdagangan obat-obat yang dikenal sebagai Nicotine Replacement Therapy (NRT).

Baca Juga : Momentum Hari Lansia Nasional, Wawali Sofyan Edi Resmikan Pusat Aktivitas Lansia Tanjung Mas Sejahtera

Perang nikotin, sebagaimana digambarkan Wanda Hamilton, sudah nyaris dimenangkan oleh korporasi-korporasi farmasi internasional dengan kesuksesannya melalui kampanye global anti tembakau serta dukungan penuh dari WHO, lembaga kesehatan publik, pemerintahan dan NGO anti tembakau.

Buku Nicotine War sendiri berisikan informasi yang sangat kontekstual atas berkembangnya isu antirokok secara global. Terdapat fakta-fakta ilmiah yang diungkap oleh Wanda Hamilton yakni, tentang seluk-beluk peperangan memperebutkan nikotin antara “zat nikotin alami dalam tembakau” yang diwakili oleh industri rokok versus “senyawa mirip nikotin” dan “sarana pengantar nikotin” yang diwakili oleh industri kesehatan.

Abhisam, Koordinator Nasional Komunitas Kretek 2010-2016 mengatakan, “Nicotine War” berimbas pada sektor perekonomian. Kemandirian ekonomi yang selama ini ada dengan sokongan dari cukai tembakau, akan punah akibat bergeloranya Nicotine War.

Industri kretek nasional adalah model industri berkarakter kuat. Modal, bahan baku, produksi, sampai konsumsi hampir seluruhnya bersandar di dalam negeri sendiri. Bilamana kemandirian ekonomi punah, maka di saat yang sama hajat hidup orang banyak yang bergantung pada sektor tersebut turut akan punah juga.

"Ada 5,98 juta orang yang terlibat langsung dalam industri kretek nasional, sementara sektor yang berhubungan secara tidak langsung digerakkan oleh 24,4 juta tenaga kerja. Jumlah keseluruhan tenaga kerja yang terserap industri ini mencapai lebih dari 30 juta orang," paparnya dalam Bedah Buku Nicotine War yang digelar Komunitas Kretek menggandeng LPM Canopy Universitas Brawijaya Malang, Selasa (31/5/2022).

1

Sementara Imanina, Peneliti Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) UB menilai, Industri Hasil Tembakau (IHT) merupakan satu-satunya industri nasional yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. IHT memiliki peran signifikan dari penyediaan input produksi, pengolahan, hingga proses distribusinya dan IHT memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan nasional.

Rencana simplifikasi cukai dan kenaikan tarif cukai akan berbanding lurus dengan peningkatan peredaran rokok ilegal. Pada tahun 2019, ketika tidak ada kenaikan tarif cukai, tidak terdapat simplifikasi. Hal ini pun berimbas menurunnya peredaran rokok ilegal yang cukup signifikan, diikuti dengan penurunan prevalensi perokok.

"Pola tersebut memberikan hipotetis bahwa kebijakan simplifikasi dan kenaikan tarif cukai hanya berdampak pada berkurangnya produksi rokok legal, namun tidak konsumsi secara agregat, mengingat masih adanya peredaran rokok ilegal," terangnya.

Baca Juga : Aksi Kocak Shin Tae-yong Mancing Kodok Jadi Sorotan, Warganet: Tertular Virus Warga +62

Sementara, Budayawan Irfan Afifi memandang Nicotine War dari kacamata budaya. Hal ini dapat membuat bangsa Indonesia, seperti tidak punya kemandirian dan kekuatan di dalam menentukan sikap. Bangsa ini dapat dianggap lebih suka menerapkan apa yang dilakukan negara lain ketimbang membuat keputusan sendiri tentang kebijakan rokok dan tembakau.

"Kita terus mengadopsi banyak hal mengenai hasil penelitian luar negeri dan “dipaksa” mengeksekusinya secara mentah, tidak memandang, nalar kebudayaan kita lah yang saat ini masih membuat kita masih bekerja membentengi rokok kretek sebagai produk kebudayaan Indonesia," paparnya.

Sambungnya, membaca Nicotine War akan membuat seseorang mudah memahami, bahwa apa yang terjadi di Indonesia saat ini tidak jauh berbeda apa yang diceritakan Wanda Hamilton dalam bukunya. Cara-cara bagaimana antirokok menepikan industri rokok tidak ada beda.

Seiring perkembangan, agenda kepentingan pengendalian tembakau global memainkan agenda politiknya dalam upaya merebut pasar perokok di Indonesia.  Hal tersebut dilakukan melalui regulasi cukai, menaikkan tarif cukai di atas 10 persen di tiap tahun, termasuk menerapkan simplifikasi cukai. Hal ini tentu berpotensi membuat pabrikan level kecil menengah gulung tikar lantaran tidak akan kuat menanggung beban cukai yang disamakan dengan perusahaan besar.


Topik

Peristiwa



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Anggara Sudiongko

Editor

Pipit Anggraeni