JATIMTIMES - Aneka ragam adat tradisi dalam bulan Syawal banyak ditemui di beberapa wilayah Banyuwangi. Karena pada dasarnya ritual adat tradisi yang ada di masyarakat merupakan upaya bersih desa dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Salah satu ritual adat tradisi yang ada dalam Syawal tahun ini adalah tradisi Kebo-keboan di Keluarahan Boyolangu Kecamatan Giri Banyuwangi yang mampu menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan untuk datang dan menyaksikan pertunjukan tersebut yang digelar pada Rabu (11/05/2022).
Baca Juga : Sinopsis Ikatan Cinta RCTI 12 Mei 2022: Nino Bakal Tes DNA Keisha agar Ricky Berhenti Mengganggu
Kebo-keboan ini sebagai bentuk rasa syukur atas kelimpahan rejeki juga menjadi ajang silaturahmi masyarakat Adat Using di Boyolangu. Acara ini merupakan acara Ider Bumi dengan menggunakan sarana Kebo-keboan.
Tradisi mengarak Kebo-keboan keliling kelurahan dan sambil disiram air oleh para pengantar arak-arakan. Hal ini menjadi meriah dikarenakan masyarakat Boyolangu bersuka-ria dalam bermain air.
Pelestari tradisi Kebo-keboan, Dharma menyampaikan Kebo-keboan ini sudah sejak lama ada. Memang dalam pelaksanaannya setiap 9 Syawal, yakni sehari sebelum Tradisi Puter Kayun.
Kebo-keboan diarak keliling kampung, masyarakat ada juga yang bawa air untuk disiram-siramkan sebagai penyemangat. Air di sini sebagai simbol kehidupan dan ada juga yang membawa hasil panen. "Air di sini sebagai simbol kehidupan, ada juga yang membawa hasil panen untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang menonton di jalanan," kata Dharma.
Selanjutnya Dharma menceritakan tokoh Kebo-Keboan yang pernah aktif pada masanya yakni, Mbah Talhak aktif pada tahun era 1990an. Pada tahun 1985an dipegang oleh Mbah Salwak. Di atasnya lagi ada Mbah Jub yakni bapak kandung dari mbah Talhak yang aktif pada tahun 1970an. Sebelumnya lagi ada Mbah Buyut Sunar aktif sekitar tahun 1960an atau mungkin 1950an.
"Intinya secara detil tahunnya kita sendiri kurang begitu tahu karena jaraknya sudah terlalu jauh. Dan yang paling penting adalah upaya melestarikannya kedepan supaya tetap terjaga," imbuh Dharma.
Yang membedakan adat tradisi Kebo-keboan Boyolangu dengan daerah lain adalah diarak keliling kampung dan ada rangkaian acara ritual sebelumnya yang bertujuan kirim doa kepada leluhur dan juga memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Baca Juga : 5 Tanaman Pembawa Rezeki dalam Islam yang Disebutkan dalam Alquran, Salah Satunya Pohon Pisang
Prosesi Kebo-keboan Boyolangu dulu diadakan setiap setahun sekali dan tanggal pelaksanaannya tidak terpaku pada 9 Syawal. Pada jaman dahulu Kebo-keboan Boyolangu dilaksanakan setiap dapat isyarat dari leluhur, maka tradisi ini segera dilaksanakan. Tradisi Kebo-keboan hanya keliling biasa dan tidak ada adegan kerasukan.
Kemudian mulai tahun 1990an diagendakan setiap 9 Syawal sekaligus meramaikan sebelum tradisi Puter Kayun pada 10 Syawal dan juga mulai ada adegan kerasukan dan banyak yang turut meramaikan dengan mainan air. Ini murni euforia masyarakat setempat dalam mengungkapan kegembiraan.
Lebih lanjut Dharma mengaku baru aktif memegang Tradisi Kebo-keboan Boyolangu sekitar 7 tahun. Dia memiliki garis keturunan dari pelaku aktif Kebo-keboan terdahulu, sehingga saat ini Kebo-keboan dirawat olehnya.
Prosesi kebo-keboan, pada malam sebelum acara semua properti yang digunakan seperti: singkal (alat bajak), pecut, kepala kerbau buatan, dan takir serta beberapa porobungkil ditaruh di makam Buyut Kapluk.
Perlu diketahui, Buyut Kapluk merupakan tokoh yang juga memiliki peran di Boyolangu. Buyut Kapluk menurut cerita masyarakat merupakan anak angkat dari Buyut Jaksa.