JATIMTIMES - Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) masuk daftar "Forbes 30 Under 30 Indonesia". Hal ini setelah startup karya mahasiswa UB sukses memberi kebermanfaatan dan diunduh oleh banyak peternak ayam di Indonesia.
Melalui Internet of Think (IoT) dan Artificial Intelegent Chickin, tiga mahasiswa UB menciptakan startup agriculture yang kemudian meningkatkan produktivitas peternak hingga 25 persen lebih tinggi. Selain itu, Chickin mencatat pertumbuhan bisnis 22 kali dalam 10 bulan terakhir.
Chickin juga telah menutup putaran pendanaan seed round sebesar Rp 35 miliar dengan 3 investor global. Mereka menargetkan peningkatan omset sebesar Rp 500 miliar di akhir tahun 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulan.
Chickin Indonesia (Chickin) dibangun oleh Ashab Alkahfi (Agroekoteknologi FP) sebagai President, Tubagus Syailendra (Hubungan Internasional FISIP) sebagai CEO, dan Ahmad Syaifullah (Sistem Informasi FILKOM) sebagai Chief Technology Officer.
Proyek pembuatan startup tersebut telah dimulai sejak mereka duduk di bangku kuliah pada semester dua. Pada awal riset dan development, tim melakukan hal tersebut di wilayah Klaten, Jawa Tengah. Tim terjun langsung menjadi peternak dengan membangun kandang. Dalam proses berternak dan sekaligus melakukan penjaringan data, beberapa permasalahan kemudian mulai dihadapi.
"Dari situ, kemudian kita mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi," jelas Ashab.
Setelah melalui berbagai proses, kemudian tim berhasil mengembangkan Chickin. Melalui Chickin, peternak tidak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang ayam secara manual. Peternak ayam bisa melakukan climate control dari rumah atau lokasi lainnya.
Selain itu, peternak bisa memasukkan data seperti sarana produksi peternak atau sapronak, data harian, dan data penjualan, sehingga performa lebih terukur dan dapat meminimalisir resiko melalui tindakan preventif.
"Pada Chickin Apps, juga terdapat fitur lainnya, yaitu kelola kandang, kelola data kandang, dan konfigurasi IoT yang bisa disesuaikan dengan keadaan cuaca, suhu dan kelembaban bahkan umur ayam," terangnya.
Lebih lanjut dijelaskannnya, selain dengan 14 rumah potong, Chickin juga bermitra dengan 100 industri makanan sebagai penyuplai daging ayam. Pihaknya berharap, Chickin akan memberikan impact yang luar biasa kepada para peternak, seiring dengan pengembangan Chickin yang terus dilakukan.
"Teknologi modernisasi peternakan yang kita kembangkan secara gratis tersebut merupakan binaan Direktorat Inovasi dan Inkubator Bisnis (DI2B) UB," tuturnya.
Sementara itu, salah satu peternak yang merasakan kebermanfaatan aplikasi Chickin, menjelaskan, Chickin Apps sangat membantu dalam pengelolaan atau manajemen pemeliharaan. Dengan penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat.
"Apabila dilakukan dengan SOP yang ketat, sistem pemeliharaan akan efisien untuk pakan, mortalitas bisa ditekan dengan cara pencegahan dan pengobatan yang presisi," kata Yudi yang juga merupakan anggota komunitas peternak.