JATIMTIMES - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri telah menembak mati seorang tersangka teroris bernama dokter Sunardi di wilayah Sukoharjo, Jawa Tengah pada Rabu (9/3/2022) malam. Sunardi diduga menjadi bagian dari jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI).
Penembakan Sunardi pun lantas menimbulkan polemik. Sejumlah spekulasi hingga dugaan proses pengejaran yang dinilai tidak sesuai prosedur pun tersebar usai upaya penegakan hukum tersebut dilakukan.
Baca Juga : Bawa-bawa Nama SBY dalam Wacana Presiden 3 Periode, Sekjen PSI Dea Tunggaesti Dapat Serangan Baru
Polri mengklaim bahwa penembakan Sunardi ini sudah dilakukan sesuai aturan. Sunardi juga telah ditetapkan sebagai tersangka sebelum akan ditangkap.
"Status tersangka, status SU sebelum dilakukan penangkapan adalah tersangka tindak pidana terorisme, bukan terduga," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Ahmad Ramadhan.
Menurut polisi, Sunardi adalah sosok yang menjabat sebagai amir atau pimpinan di jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI).
Ia berperan sebagai penasehat. Sunardi juga aktif dalam lembaga kemanusiaan Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI).
Namun demikian, kelompok ini diduga adalah organisasi sayap dari JI yang sebenarnya membantu pergerakan aktivitas teror.
"Yang bersangkutan sebagai penasehat amir JI, dan juga penanggung jawab Hilal Ahmar Society," jelas Ramadhan.
HASI, kata Ramadhan, adalah kelompok yang sudah ditetapkan oleh putusan pengadilan sebagai organisasi terlarang sejak 2015 lalu. Kelompok itu menjadi bagian yang mendanai, hingga mengirimkan kombatan teroris ke Suriah.
Keterlibatannya dalam kelompok tersebut turut menjadi salah 1 alasan mengapa Sunardi akan ditangkap oleh aparat pada malam sebelum ia diganjar timah panas.
Saat akan ditangkap, Sunardi ternyata sempat melawan petugas. Tindakan yang dilakukan Sunardi saat hendak diamankan itu dianggap membahayakan jiwa petugas dan masyarakat.
Polisi, awalnya mencoba menghentikan laju mobil bak yang dikendarai oleh tersangka dengan menaiki mobil tersebut dari belakang. Petugas kemudian sempat memberikan peringatan agar tersangka menghentikan lajunya.
Namun tersangka tidak mengindahkan peringatan itu dan tetap melaju kencang dengan menggoyangkan kemudi mobil.
"Atau gerakan zigzag yang tujuannya menjatuhkan petugas. Kemudian menabrak masyarakat yang melintas," kata Ramadhan.
Polisi lalu mengeluarkan tembakan ke arah punggung atas dan bagian pinggul kanan bawah tersangka. Upaya itu dilakukan usai laju kendaraan sempat menabrak rumah hingga kendaraan masyarakat.
Baca Juga : Sederet Pernyataan IDI Terkait dr Sunardi Tersangka Terorisme yang Ditembak Mati Densus
Dalam pengejaran, ada 2 polisi yang bertugas di detasemen berlambang burung hantu itu terluka dan harus mendapat perawatan di rumah sakit.
"Petugas membawa tersangka ke RS Bhayangkara Polresta Surakarta untuk penanganan medis, namun yang bersangkutan meninggal dunia saat dievakuasi," ucap Ramadhan.
Di sisi lain, pengejaran hingga berakhir penembakan terhadap Sunardi ini justru menuai polemik. Islamic Study and Action Center (ISAC) Surakarta mengungkapkan, keluarga Sunardi tidak mendapat surat penangkapan ataupun penetapan Sunardi sebagai tersangka.
ISAC Surakarta pun menyayangkan upaya Densus yang menembak mati Sunardi, bukan melumpuhkannya.
"Apakah proses penangkapan dalam keadaan semacam itu sudah sesuai prosedur," kata Sekretaris ISAC Surakarta, Endro Sudarsono.
Endro menilai, penyergapan Sunardi janggal sehingga menyarankan pihak keluarga mengambil langkah hukum terkait kematiannya. Keluarga disarankan agar menggugat pihak kepolisian atas dugaan perbuatan melawan hukum.
Mengingat adanya potensi pelanggaran prosedur dalam penangkapan Sunardi.
"(gugatan) dalam bentuk perbuatan melawan hukum bukan praperadilan," kata Endro.
Politikus Partai Gerindra, Fadli Zon pun ikut mengkritik tindakan aparat hingga mengakibatkan dokter Sunardi tewas. Menurut Fadli, Kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan keharusan. Namun, yang dipraktikkan justru sebaliknya.
"Seharusnya 'Kemanusiaan yang adil dan beradab', tapi praktiknya 'kebiadaban yang tidak adil tanpa kemanusiaan'. Semoga Alm dr Sunardi mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. Amin," kata Fadli melalui cuitannya @fadlizon.