JATIMTIMES - Kisah inspiratif pelaku usaha sukses kembali tersaji dalam Podcast Ngopi Seni atau Ngobrol Pikir Santri Entrepreneur Nahdliyyin yang merupakan program Rumah Sedekah NU. Kali ini adalah, sosok muda bernama Arfian Ardianto yang merupakan owner dari beberapa unit usaha, yakni Tumbas Mindo Cafe, Bakso Terminal, Kripu dan Om Samba membeberkan kisah suksesnya.
Kesuksesan yang diraihnya ini tak serta merta diraihnya dengan mudah. Jatuh bangun telah dilalui Arfian. Kemandirian dan keteguhan dalam menjalankan usahanya, tak lepas dari pengalaman ketika menempuh perkuliahan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang.
Baca Juga : Rusia Desak Amerika Berikan Keterangan Soal Lab Biologi di Ukraina
Kala itu, ia menjadi seorang takmir masjid di sekitaran Lowokwaru. Membersihkan masjid, menjadi imam hingga mengumandangkan azan hingga menjadi seorang guru TPQ menjadi rutinitasnya. Dari apa yang ia lakukan, kemudian ia mendapatkan kompensasi tempat tinggal gratis.
"Dulu jurusan Sastra Arab di UIN Maliki Malang, sekitar tahun 2012 masuk," jelas pria berkacamata ini.
Dari perjalanannya tersebut, dikatakannya memberikan ilmu bermanfaat yang tak lepas dari kesuksesan yang ia alami saat ini. Terlepas tak linear dengan kegiatan yang ia tekuni saat ini (bisnis), Arfianto tetap mengamalkan hal-hal bermanfaat yang tak jauh dari keilmuannya.
Seluruh karyawan pada unit usahanya, ia dorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, seperti halnya kegiatan Khataman secara bergiliran.
"Meskipun yang kita jual bukan hal-hal berbau islami, tapi ilmu pesantren ini kita bawa ke karyawan. Teman-teman satu bulan sekali kita list untuk khataman, salat Dhuha juga kita pantau. Setiap, mengawali dan mengakhiri kerja kita wajibkan untuk berdoa," jelasnya.
Selain itu, keterlibatan sang istri juga menjadi salah satu yang mendukung kesuksesan dalam usahanya. Diakuinya, jika Arfianto memiliki kelemahan dalam sistem perhitungan keuangan. Karena itu, dirinya turut melibatkan sang istri dalam membantu perhitungan keuangan dari usaha yang ia jalani.
Couplepreneur harus tetap punya batasan, baik dari job desk istri maupun suami. Hal tersebut sangatlah penting untuk meminimalisir kebingungan yang terjadi di lingkup karyawan. Kebingungan yang dimaksud adalah komando atau perintah yang diberikan baik owner laki-laki maupun owner perempuan tidak tumpang tindih.
"Kerjaannya istri dibagian apa, kerjaannya suami dibagian apa. Ambil satu kasus, ketika di satu minggu awal, omzet sudah dihitung sama margin, dihitung ada barang hilang, keborosan dan lainnya, itu dilaporkan. Tapi batasnya istri hanya laporan, tapi eksekusi di lapangan tetap saya. Jangan sampai job tidak jelas, agar crash tak banyak,"paparnya.
Sementara itu, usaha yang ia kembangkan pertama kali adalah sejak MTsN. Saat itu, ia berjualan air mineral kemasan dilingkup pondok. Hal itu diawali dari kesukaan ia meminum air mineral, hingga kemudian membeli air mineral satu dus. Karena koperasi pondok kala itu seringkali tutup, akhirnya banyak yang membeli air milik Arfianto.
Baca Juga : Viral Video Hendak Azan Dilarang, Diduga Terjadi di Masjid Al Hikmah Bakauheuni
"Saya jual murah Rp 500, tapi masih untung itu, larislah. Ketika laris, koperasi melarang nggak boleh jualan. Setelah itu sebelum bakso terminal, saya kirim sembako ke Jayapura," jelasnya.
Karena sudah tak berlanjut, ia kemudian meneruskan membuka toko kebutuhan bakso dari orangtuanya yang kemudian berjalan dengan baik. Setelah itu, ia kemudian membuat unit usaha bakso dengan nama Bakso Terminal. Sukses dengan 4 cabang, hal tersebut tak bertahan lama. Beberapa kendala dialami hingga kemudian tersisalah satu cabang.
"Makanya itu sekolah bisnis itu mahal. Kita belajar dari pengalaman. Setelah itu kita mulai coba bisnis selain bakso. Kita awali dari karyawan. Ada karyawan yang sakit, Kemudian kita dorong mengelola usaha lain," jelasnya.
Saat itu, usaha yang dijalankan oleh karyawan tersebut lima bulan pertama mengalami minus. Akan tetapi, bulan berikutnya hasilnya menggembirakan. Varian yang dijual kemudian bertambah. Selain cokelat, ia juga menjual Sempol, alpukat kocok.
"Karyawan kemudian bertambah jadi tiga. Malah bisa memberikan tambahan pekerjaan bagi yang lain," tuturnya.
Setelah masa sewa di Indomaret tak berlanjut, ia kemudian berpindah ke lokasi baru yang ternyata di dekat kawasan makam. Setelah membangun di lokasi tersebut, justru omzet yang ia dapat mengalami peningkatan yang cukup signifikan, bahkan tiga kali lipat dari lokasi lama.
"Terus kita kembangkan dengan lokasi yang cukup luas hingga sekarang jadilah Tumbas Mindo itu,"pungkasnya.