JATIMTIMES - Harga kedelai di Kota Malang saat ini mengalami kenaikan secara fluktuatif. Dari harga normal sebesar Rp 7 ribu per kilogram sebelumnya, saat ini kenaikan harga kedelai tembus Rp 12 ribu.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang Muhammad Sailendra mengatakan, berdasarkan pernyataan Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI bahwa penyebab terjadinya kenaikan harga kedelai tersebut disebabkan permasalahan internasional.
Baca Juga : Bansos BPNT-PKH Tuban Cair Tunai, Kerumunan dan Uang Bantuan Jarang Dibelikan Pangan Terjadi
"Tapi untuk ketersediaan, insya Allah dua bulan ke depan masih aman. Cuma masalah harganya yang memang fluktuatif," ungkap Sailendra kepada JatimTIMES.com, Jumat (25/2/2022).
Diskopindag juga melakukan peninjauan stok kedelai di kawasan sentra industri tempe dan keripik tempe Sanan. Berdasarkan hasil peninjauan, stok kedelai masih tergolong aman dan kedelai-kedelai tersebut merupakan kedelai impor produk dari Amerika.
Stok kedelai juga menjadi acuan para pelaku industri kecil menengah (IKM) di kawasan sentra industri tempe dan keripik tempe Sanan. Saat ini di Sanan, ada 636 unit usaha untuk melakukan produksi.
"Mereka itu ada sekitar lebih dari 600 pengrajin ya. Rata-rata kebutuhan kedelainya sekitar 20 sampai 25 kilogram per pengerajin. Kalau minyak gorengnya saya lihat tadi sekitar 400 liter per hari untuk 600 sekian pengrajin," terang Sailendra.
Lebih lanjut, adanya kenaikan harga kedelai juga berdampak pada hasil ekspor tempe dari para pelaku IKM. Terlebih lagi di tengah kondisi pandemi covid-19 ini, ekspor juga terhambat. Untuk jumlah penurunan ekspor, pihaknya mengaku belum mengetahui secara detail.
"Kalau ekspor, saya kurang tahu. Tapi kalau untuk produksi penurunan bisa jadi menurun menjadi 60 persen dari kapasitas normalnya," kata Sailendra.
Baca Juga : 3 Tahun Desa Sumbergondo Satu-Satunya Desa di Kota Batu Tak Buang Sampah di TPA, Ini Upayanya
Namun, para pelaku IKM juga berusaha untuk bertahan di tengah kenaikan harga kedelai dengan mengurangi ukuran tempe ataupun keripik tempe serta juga melakukan perubahan kenaikan harga pada hasil produksi kedelai yakni tempe dan keripik tempe.
"Alhamdulillah tempe maupun keripik tempe produk Malang itu kan marketnya kuat. Berapa pun dijual, rasanya masyarakat masih minat," ujar Sailendra.
Sementara itu, dalam rangka pantauan, kontrol harga kedelai dan ketersediaan kedelai yang berdampak pada produksi tempe maupun keripik tempe, Diskopindag terus melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Kemendag RI. "Perkiraan akan normal kembai belum tahu. Saya belum dapat informasi lagi dari Kementerian Perdagangan," pungkas Sailendra.