JATIMTIMES - Sektor pertanian disebut sebagai sektor yang dapat meningkatkan perekonomian nasional. Oleh karena itu, dibutuhkan pentahelix antara lain petani, teknologi, pasar, modal dan branding untuk meningkatkan pertanian.
Sebagai upaya meningkatkan itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar webinar yang fokusnya dalam peningkatan ekonomi nasional. Salah satu pemateri yang mengisi webinar tersebut adalah ketua umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (INTANI), Guntur Subagja.
Baca Juga : Aturan Baru Naik Kereta Api di Daop 7 Madiun, Perhatikan ini Sebelum Bepergian
Dalam hal ini, Intani adalah organisasi kemasyarakatan yang peduli dan bergerak pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan. Intani hadir untuk mengembangkan kapasitas serta meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan termasuk sektor-sektor terkait dalam rantai pasok (supply chain) pertanian, peternakan, dan perikanan.
Menurut Guntur, pertanian (dalam arti luas) adalah sektor strategis nasional yang menjadi mata pencaharian sebagian besar rakyat Indonesia. Namun saat ini sektor pertanian belum optimal memiliki keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. Sementara para pelakunya, khususnya petani dan nelayan, masih belum sejahtera.
“Padahal, sektor pertanian merupakan sektor pokok untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier nasional Indonesia. Tidak hanya memproduksi pangan (food) dan makanan (consumer goods), pertanian juga menghasilkan komoditas untuk kesehatan (obat-obatan dan herbal), kecantikan, pariwisata, industri lainnya,” ungkap Guntur.
Guntur menegaskan bahwa mulai saat ini Indonesia harus kembali kepada jati diri bangsanya, ialah sebagai negara agraris dan negara maritim yang memiliki sumber daya dan kekayaan alam yang luar biasa. Karena potensi ini harus menjadi core economy nasional yang dapat memberikan manfaat luas dalam lini-lini kehidupan masyarakat Nusantara.
“Pertanian adalah karakter bangsa Indonesia. Ini merupakan budaya masyarakat yang membawa nilai-nilai luhur bangsa dan jatidiri manusia,” kata Guntur.
“Pertanian memiliki ruh spiritual (ketuhanan), kemanusiaan, dan merawat alam. Ruh tersebut tercermin dalam nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia yakni peduli, berbagi, gotong royong, saling membantu, dan pembangunan berkelanjutan,” imbuh Guntur.
Baca Juga : Buka UKW, Wali Kota Kediri Berharap PWI Bantu Perangi Hoax
Saat ini, petani muda menjadi harapan peningkatan sektor pertanian. Sebab ditangan milenial, sektor pertanian mampu meningkatkan perekonomian melalui terobosannya.
“Pemuda menjadi harapan utama agar pertanian Indonesia tetap bisa berperan penting dalam perekonomian nasional. Harapan tersebut menguat seiring munculnya fenomena anak muda masuk ke sektor pangan dengan menggunakan platform teknologi digital,” harap Guntur.
Sebagai informasi, profesi petani masih didominasi oleh usia di atas 45 tahun. Berdasarkan prosentase, di Indonesia usia 45-54 tahun mendominasi sebagai profesi petani dengan 28,22 persen, disusul usia 35-44 tahun yang mencapai 24,17 persen, usia 55-64 tahun dengan 22,16 persen, lebih dari 65 tahun dengan 13,81 persen, 25-34 tahun dengan 10,65 persen dan di bawah 25 tahun dengan 0,99 persen.