JATIMTIMES - Sektor Pendidikan di Tulungagung yang dulunya pernah jaya kini mengalami degradasi. Kualitas pendidikan di Tulungagung yang dulu pernah setara bahkan mengalahkan Kota Surabaya kini tertinggal jauh.
"Masih jauh dari Surabaya padahal dulu pendidikan di Tulungagung pernah jaya," kata pengamat pendidikan Tulungagung Bambang Agus Susetyo. Sabtu (23/10/2021) kemarin.
Baca Juga : Tidak Aktif, Lapak dan Stan di Objek Wisata Siti Sundari Senduro Lumajang akan Dibongkar
Menurut Bambang, saat dirinya menjabat sebagai Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Jawa Timur, ada penilaian terkait kualitas pendidikan, baik ditingkat Provinsi dan Nasional dalam bentuk semacam raport.
Secara angka atau rangking, Bambang mengaku tidak tahu secara pasti. Namun untuk Tulungagung bisa diketahui seperti apa yang pastinya masih jauh dengan Surabaya.
Dijelaskan, salah satu penyebab yang membuat pendidikan di Tulungagung kurang berkembang dikarenakan kurangnya komunikasi antara pengambil kebijakan dengan pelaku-pelaku di lapangan. Dalam artian kurang adanya sinergitas di antara keduanya.
Dirinya menyarankan, agar para guru yang tergabung di PGRI membangun sinergi dengan pengambil kebijakan supaya bisa berkreasi dan tidak hanya menunggu instruksi pusat. Selain itu, para pengambil kebijakan termasuk kepala dinas harus banyak belajar untuk menciptakan Tulungagung yang lebih punya makna di dalam dunia pendidikan dengan melibatkan ahli pendidikan.
"Terbuka ini harus dilakukan, harus ada sinkronisasi yang dibangun. Dari birokrasi, legislatif semuanya pegang peran dan seharusnya duduk bareng," jelasnya.
Mantan Kepala LPMP Jatim ini menegaskan, bangunan sinergitas dan sinkronisasi itu harus dihidupkan maka akan tercipta diskusi-diskusi yang membangun dan melibatkan pengambil kebijakan. "Intinya kurang sinkronisasi antara pengambil kebijakan dengan pelaku di lapangan," tambahnya.
Budaya keterbukaan, lanjut Bambang, juga harus dibangun. Karena budaya keterbukaan inilah yang kadang-kadang tabu dilakukan oleh birokrasi khususnya di Tulungagung.
Baca Juga : Rachel Vennya akan Kembali Diperiksa soal Penggunaan Mobil Bernomor Polisi RFS
Terkait dengan pendidikan di masa Pendemi Covid-19 yang menggunakan sistem e-learning, menurut Bambang itu sudah bagus. Tapi pelaksanaan e-learning harus dibarengi dengan kesiapan fasilitas. Artinya, bagi daerah-daerah yang memang tidak ada jaringan internet dan sebagainya harus diperhatikan.
E-learning, kata Bambang, cenderung bisa dilakukan oleh anak-anak di kota dan daerah-daerah yang sudah ada BTS-BTS untuk internet. E-learning adalah sistem pembelajaran yang bagus, di dalamnya sudah ada materi-materi pembelajaran yang komplit tapi susah diterapkan di daerah yang secara geografis di area pegunungan.
Untuk mengatasi masalah itu, daerah-daerah yang belum memungkinkan pakai e-learning bisa disiasati dengan menggunakan media radio.
"Kemarin PGRI sudah saya sarankan dan Tulungagung sudah membuat dan ditiru oleh Blitar, Trenggalek dan Kediri," ungkapnya.
Dengan media radio seorang guru membuat materi-materi esensial sehingga keterjangkauan masyarakat bisa dilakukan. Dengan bisa dijangkau oleh semua masyarakat maka makna keadilan pendidikan bisa terwujud.