TULUNGAGUNGTIMES - Kunjungan nyadran ke makam Roro Kembang Sore di Gunung Bolo, Desa Bolorejo Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung melorot drastis selama Pandemi Covid-19 dan pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan Level 4.
Hal ini disampaikan Basuki (60) juru kunci makam yang berada di puncak gunung yang terkenal Keramat ini. "Selama ada Covid-19 ini sepi kedatangan peziarah dan orang yang nyadran," kata Basuki, Jumat (06/08/2021).
Baca Juga : Advokat Senior Tulungagung Nilai Eksekusi Tanpa Surat Pengadilan Negeri sebagai Eksekusi Liar
Juru kunci yang memegang kendali makam Roro Kembang Sore sejak tahun 1990 ini mengungkapkan, para peziarah yang hendak melakukan ritual nyadran umumnya dilaksanakan pada Jumat Pon. "Hari Jumat Pon biasanya ramai pengunjung baik dari dalam atau luar kota," jelasnya.
Masih seperti pada umumnya, kedatangan peziarah untuk nyadran ini umumnya minta agar diberikan kelancaran usaha, tercapainya cita-cita dan hajat lainnya melalui selamatan di makam yang punya sejarah panjang ini.
"Selamatan di sini sebagaimana umumnya tradisi jawa, membawa berkat dan ayam ingkung lalu saya beritahu cara menyampaikan hajatnya kepada Tuhan yang Maha Esa dengan media Nyi Roro Kembang Sore ini," tuturnya.
Basuki menampik jika tiap orang nyadran selalu minta pesugihan. Bahkan dia juga menolak syarat untuk kaya dari ritual di gunung Bolo adalah menjual tubuhnya pada orang lain (malacur) di area bong China yang satu lokasi dengan makam keramat ini. "Itu hanya mitos, yang menjajakan diri di makam sana itu juga bukan orang yang pernah nyadran di sini," ungkapnya.
Dari tradisi yang sudah berjalan bertahun-tahun ritual nyadran di Gunung Bolo ini adalah memberikan makanan sebagian ingkung ke kucing. "Kucingnya ini dulu sungguhan lalu diganti orang. Yang diberikan ke kucing ini kepala, cakar, sayap dan jerohan ayam," jelasnya.
Basuki sendiri menjadi juru kunci makam kembang sore setelah dipegang oleh juru kunci sebelumnya yakni Rosani dan diteruskan ke Basuki dan kepada dirinya.
Juru kunci membukakan pintu khusus kegiatan siang hari, untuk malam Basuki tidak pernah melayani kedatangan peziarah yang hendak melakukan ritual nyadran.
Dalam legendanya, Roro Kembang Sore adalah putri yang termasyhur dengan kecantikannya adalah putri dari Pangeran Bedalem dari Kadipaten Betak.
Baca Juga : Pria Nganjuk Akhiri Hidup di Belakang Makam Keramat Gunung Bolo Tulungagung
Dikisahkan, Putri Kembang Sore dituduh oleh Pangeran Kalang yang tak lain pamannya sendiri, telah berbuat asusila dengan Pangeran Lembu Peteng putra Raja Majapahit.
Akibat fitnah itu, mengakibatkan gugurnya Pangeran Lembu Peteng karena dibunuh ayahnya sendiri sedangkan Putri Roro Kembang Sore bisa meloloskan diri.
Cerita lain yang juga banyak dipercaya masyarakat adalah ada hubungan antara Roro Kembang Sore dengan Joko Budeg. Karena cintanya Joko Budeg, Roro Kembang Sore mau dinikahi asalkan membuatkan candi di puncak gunung dalam satu malam.
Akan tetapi sebelum candi selesai, Kembang Sore membuat siasat dengan membuat perapian sehingga ayam di sisi timur terdengar ayam berkokok.
Karena tidak selesai candi ini, Joko Budeg mengejar Roro Kembang Sore ke arah barat dan menunggu dengan berkerudung cikrak. Karena kesetiaannya dan harapan besar mempersunting, Joko Budeg bertapa hingga menjadi batu di sisi gunung yang saat ini juga dinamakan gunung budheg.