INDONESIATIMES - Pandemi Covid-19 di Indonesia hingga kini masih belum berakhir. Bahkan, kasus harian pun masih terus meningkat.
Terkait hal ini, ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi negara yang paling akhir terbebas dari pandemi Covid-19 dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Baca Juga : Spiritualitas "ILMU" Anak di Masa Pandemi Covid-19
Prediksi ini muncul lantaran kasus Covid-19 di Indonesia yang telah menyebar ke seluruh provinsi. Di sisi lain, strategi pengendalian pandemi yang masih belum agresif dan ideal.
"Karena kalau kita melihat ada beberapa faktor dari geografis dan pengendalian 3T-nya," kata Dicky.
Ia juga memaparkan 2 faktor yang menjadi indikasi Indonesia susah 'kabur' dari pandemi virus asal Wuhan, China itu.
Pertama yakni Indonesia adalah negara kepulauan. Dicky mengatakan dengan kondisi itu, sangat mudah menciptakan fenomena pingpong kasus Covid-19.
Ia juga mencontohkan fenomena pingpong, seperti puncak kasus di akhir Januari 2021 lalu. Saat itu kasus didominasi oleh Jawa-Bali.
Namun 1-2 bulan kemudian, kasus Covid-19 di Pulau Sumatra mulai mengalami peningkatan. Hal serupa terjadi pada gelombang lonjakan kasus pasca Idul Fitri, saat Jawa-Bali mulai mengalami kondisi perbaikan.
Namun, lanjut Dicky, Sumatra bahkan Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai mengalami peningkatan kasus Covid-19. Hal itu dibuktikan dengan zona merah yang hampir terjadi di 34 provinsi Indonesia.
"Nanti gelombangnya secara nasional akan turun dan naik, itu akan bergelombang-gelombang," katanya.
Sementara penyebab kedua yakni lantaran strategi testing, tracing, treatment (3T) pemerintah masih belum agresif dan masif. Padahal pandemi Covid-19 sudah menghampiri Indonesia dalam 16 bulan terakhir.
Baca Juga : Perkuat Sinergi dengan Dunia Usaha, Unisba Blitar Panen Perdana Melon lewat Green House
Perihal testing, Dicky mengakui Indonesia dalam beberapa bulan terakhir sudah melampaui ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni 1:1.000 penduduk yang diperiksa per pekan. Namun, menurut Dicky itu belum cukup.
Alasannya, positivity rate Indonesia masih di atas 20 persen. Target pemeriksaan 400 ribu per hari yang ditetapkan Kementerian Kesehatan juga menurut Dicky belum ideal.
Ia mengatakan sudah seharusnya strategi testing ini dibarengi dengan tracing, yakni 1:20. Artinya, setiap 1 kasus konfirmasi positif Covid-19, maka pemerintah wajib menemukan dan memeriksa minimal 20 orang kontak erat pasien yang terpapar itu.
Jika dijelaskan dalam angka, pada temuan 47.791 kasus Covid-19 dalam sehari Rabu (28/7/2021) kemarin, seharusnya pemerintah melakukan tes terhadap 955.820 orang dalam sehari. Faktanya, laporan pemerintah mencatat hanya 185.181 orang yang diperiksa.
Dicky berharap prediksinya ini bisa menjadi 'alert' kepada pemerintah pusat dan daerah. Ia menyatakan strategi keluar dari pandemi ada 3 yang harus dicapai.
1. Memperkuat 3T semaksimal mungkin.
2. Masyarakat menerapkan protokol kesehatan 5M yang meliputi memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
3. Menggenjot program vaksinasi sebagai upaya tambahan.