INDONESIATIMES - Diketahui, film horor sering menggambarkan makhluk purba yang muncul dari penyimpanan dingin di lapisan es yang mencair. Kisah tersebut hampir mirip dengan temuan virus kuno yang bersembunyi gletser Tibet yang mencair.
Melansir melalui Science Alert, mencairnya es ini memunculkan sejumlah kekhawatiran tentang virus purba yang kembali menghantui kita.
Baca Juga : PPKM Diperpanjang, Wabup Irwan Semangati Warga Patuhi Prokes
"Pencairan tidak hanya akan menyebabkan hilangnya mikroba dan virus kuno yang 'diarsipkan', tetapi juga melepaskannya ke lingkungan di masa yang akan datang," tulis para peneliti dalam sebuah studi yang dipimpin oleh ahli mikrobiologi Zhi-Ping Zhong dari Ohio State University.
Berkat teknik metagenomics baru dan metode baru untuk menjaga sampel inti es mereka tetap steril, peneliti bekerja untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang sebenarnya ada di dalam kondisi dingin.
Dalam penelitian tersebut, tim dapat mengidentifikasi 'arsip' puluhan virus unik berusia 15.000 tahun dari lapisan es Guliya di Dataran Tinggi Tibet. Selain itu mereka juga mendapatkan wawasan tentang fungsinya.
"Gletser ini terbentuk secara bertahap, dan bersama dengan debu dan gas, banyak virus juga disimpan di es itu," kata Zhong.
Mikroba ini menurutnya, berpotensi mewakili yang ada di atmosfer pada saat mereka disimpan. Studi sebelumnya menunjukkan komunitas mikroba berkorelasi dengan perubahan konsentrasi debu dan ion di atmosfer.
Selain itu juga bisa menunjukkan kondisi iklim dan lingkungan pada saat itu. Dalam catatan beku zaman kuno ini, 6,7 kilometer di atas permukaan laut di China, para peneliti menemukan bahwa 28 dari 33 virus yang mereka identifikasi belum pernah terlihat sebelumnya.
"Ini adalah virus yang akan berkembang biak di lingkungan yang ekstrem," kata ahli mikrobiologi Ohio State University Matthew Sullivan.
Ahli itu menambahkan bahwa virus ini memiliki ciri khas gen yang membantu mereka menginfeksi sel di lingkungan dingin. Membandingkan urutan genetik mereka ke database dari virus yang diketahui, tim menemukan bahwa virus paling melimpah di kedua sampel inti es ialah bakteriofag yang menginfeksi Methylobacterium.
Ini merupakan bakteri penting untuk siklus metana di dalam es.
Baca Juga : Kota Malang Masuk Kategori PPKM Level 4, Sutiaji: Secara Substansi Tidak Ada Perubahan
Bakteri ini paling terkait dengan virus yang ditemukan pada strain Methylobacterium di habitat tanaman dan tanah.
Temuan tersebut konsisten dengan laporan sebelumnya bahwa sumber utama debu yang disimpan di lapisan es Guliya kemungkinan berasal dari tanah.
"Virus beku ini kemungkinan berasal dari tanah atau tanaman dan memfasilitasi perolehan nutrisi untuk inangnya," tim menyimpulkan.
Selain momok virus purba cukup mengkhawatirkan di tengah pandemi saat ini, bahaya terbesar sebenarnya terletak pada apa lagi yang akan dilepaskan oleh es yang mencair. Antara lain cadangan besar metana dan karbon yang diserap. Di sisi lain, es juga menyimpan wawasan tentang perubahan lingkungan di masa lalu dan evolusi virus.
"Kami hanya tahu sedikit tentang virus dan mikroba di lingkungan ekstrem ini, dan apa yang sebenarnya ada di sana," kata ilmuwan ahli Bumi Lonnie Thompson.
"Bagaimana bakteri dan virus merespons perubahan iklim? Apa yang terjadi ketika kita beralih dari zaman es ke periode hangat seperti sekarang ini?" tanyanya.
Virus tersembunyi ini hanya setitik kecil dari rahasia alam yang terbentang.