MALANGTIMES - Sampah nampaknya masih menjadi suatu permasalahan bagi seluruh elemen masyarakat, baik masalah penanganan ataupun masalah pengurangan.
Di Kota Malang sendiri, sampah yang dihasilkan mencapai 500 hingga 700 ton per hari. Angka tersebut dihasilkan dari jumlah penduduk Kota Malang yang kurang lebih mencapai 885 ribu jiwa dan masyarakat non KTP Kota Malang, kurang lebih mencapai 250 ribu jiwa.
Baca Juga : Pemkot Malang Raih Opini WTP 10 Kali Berturut-Turut, DPRD Kota Malang Berikan Catatan
Jutaan masyarakat tersebut tentunya akan menghasilkan sampah setiap harinya dengan efektifitas pekerjaan dan kegiatan mereka sehari-harinya.
Jumlah sampah yang tak sedikit itu pun setiap hari selalu diangkut dan diolah secara maksimal oleh Pemerintah Kota Malang, tentunya melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang.
Namun sayangnya, meski telah diangkut dan diolah, masalah sampah masih saja bermunculan. Tak jarang, tumpukan sampah ditemukan di beberapa sisi jalan bahkan jembatan sungai. Peringatan keras yang berlaku bahkan tak diindahkan oleh sebagian oknum masyarakat.
Sisi memprihatinkan itu tentu menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Selain memang sumber daya manusia (SDM) yang terbatas, juga perlunya peningkatan kesadaran masyarakat. Sehingga mampu tercipta lingkungan yang bersih dan mewujudkan angan-angan untuk menekan jumlah sampah.
Sementara itu, sederet upaya masih terus dilakukan. Belum lama ini, sanitary landfill sebagai salah satu teknologi pengelolaan sampah sudah dioperasikan di TPA Supit Urang. Langkah itu diambil mengingat jumlah sampah yang menumpuk dan daya tampung TPA yang terus berkurang.
Selain itu, DLH Kota Malang juga terus berupaya mengurangi jumlah sampah hingga ke TPA dengan cara mengolah sampah di setiap Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Masyarakat juga terus diedukasi untuk memilah sampah dari rumah. Sehingga, pengolahan dan pengelolaan sampah menjadi lebih mudah.
Di samping upaya itu, belum lama ini telah muncul 'dewa penolong' yang turut berupaya mengurangi sampah. Mereka dikenal sebagai penggerobak, yang setiap hari memilah sampah menjadi kompos.
Baca Juga : PDI Perjuangan Sebut SBY Bapak Bansos Indonesia, Begini Balasan Menohok Partai Demokrat
Lalu siapa penggerobak tersebut? Mereka adalah masyarakat sipil yang rela menjadi penggerobak untuk mendapatkan penghasilan dari sampah.
Penggerobak tersebut juga bukan merupakan anggota pasukan kuning yang 'dibayar' oleh pemerintah untuk membersihkan sampah setiap harinya.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang sebagai leading sektor penanganan dan pengelolaan sampah dalam hal ini melihat potensi yang ada pada penggerobak. Meski tidak pernah nampak di mata masyarakat, namun peran mereka sangat penting karena mampu sedikit mengurangi sampah, terutama sampah plastik yang saat ini menjadi musuh bersama bumi.
Lalu bagaimana dan seperti apa kisah terbentuknya penggerobak di Kota Pendidikan ini? Sejauh apa peran mereka dalam menekan jumlah sampah yang menumpuk setiap harinya? Bagaimana suka duka mereka dalam mengais rezeki sembari mengurangi sampah? Dan seperti apa dukungan yang diberikan oleh pemerintah?
Simak ulasan selengkapnya dalam cerita berseri Times Story kali ini yang mengangkat sisi lain dari upaya pengurangan sampah di Kota Malang. Seri dengan tema "Dewa Sampah Kota Malang" ini semoga menginspirasi untuk bisa bersama mengurangi jumlah sampah yang kian menggunung.