Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Pendidikan

Sosiologi Unisba Gelar Kajian Budaya, Sosiolog Tegaskan Bonus Demografi sebagai Berkah

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Yunan Helmy

08 - Apr - 2021, 21:00

Placeholder
Sosiolog Harmaji menyampaikan paparan materi di kajian budaya yang digelar Prodi Sosiologi Unisba Blitar.(Foto : sc/BLITARTIMES)

BLITARTIMES - Program Studi Sosiologi Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar sukses menggelar kajian budaya online dengan tema ‘Peran Pemuda Menyongsong Bonus Demografi di Era Pandemi Covid-19’, Kamis (8/4/2021). Kegiatan ini dilaksanakan Prodi Sosiologi bekerja sama dengan Asosiasi Sosiologi Blitar (ASB) dan Forum Pemuda Pelopor Nasional Provinsi Jawa Timur.

Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber. Di antaranya Hery Basuki (dekan FISIP Unisba Blitar), Harmaji (sosiolog, budayawan), Rangga Bisma Aditya (sosiolog, komisioner KPU Kota Blitar) dan Muji Pranoto (mahasiswa Sosiologi Unisba Blitar, ketua Forum Pemuda Pelopor Jawa Timur).

Baca Juga : Polisi Segera Gelar Perkara Kasus Pencabulan yang Libatkan Dosen Unej

 

Para peserta yang mengikuti diskusi melalui Zoom Meeting sangat antusias. Ya, banyak paparan menarik yang disampaikan dari kajian budaya yang digelar kali ini. Di antaranya paparan yang disampaikan narasumber Harmaji. Dalam paparannya, Harmaji menyampaikan  ekonomi kreatif dan demografi.

Dikatakan, berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020, tercatat jumlah penduduk Indonesia sebesar 270, 20 juta jiwa. Diketahui ada pertumbuhan di kisaran 32.56 juta jiwa. 

“Nah, kalau kita melihat fenomena yang ada, dengan luas daratan Indonesia seluas 1,9 juta kilometer persegi, maka kepadatan penduduk di Indonesia ini sebanyak 141 jiwa per kilometer persegi. Nah, berikutnya adalah laju pertumbuhan penduduk per tahun dari tahun 2010 sampai dengan 2020. Rata-rata adalah 1,25 persen. Ini boleh dikatakan adalah melambat dibandingkan periode tahun 2000 sampai dengan 2010 sebesar 1,49 persen. Boleh dikatakan ini adalah melambat. Yang saya paparkan ini adalah data dari BPS,” ungkapnya. 

Harmaji menambahkan, bonus demografi  tahun 2030 sampai 2045 bukanlah sebuah bencana, tapi berkah bagi bangsa-bangsa. Meminjam teori ekonomi klasik dari Adam Smith, dinyatakan bahwa manusialah sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan.

 Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

“Dari teori Smith ini, kita garis bawahi bahwa kemajuan ekonomi bisa dicapai dimulai di tahun 2030 ke atas. Nah, maka dari itu bonus demografi ini kita songsong dengan satu anggapan bahwa ini adalah berkah, bukan sebatas masalah,” tandasnya.

Lebih dalam Harmaji menyampaikan, bonus demografi adalah satu peluang untuk kemakmuran dan kemajuan peradaban. Kuncinya adalah dengan mempersiapkan kualitas penduduk melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM).

Baca Juga : Sambut Program Pansela, Legislatif Minta Pemkab Blitar Bangun Jalan Sirip

 

“Yang perlu kita siapkan di sini adalah kualitas penduduk. Kemudian lapangan kerja yang berkualitas, tabungan keluarga, program keluarga berencana. Dan kemudian perempuan kita berikan kans dan kesempatan di sektor pasar kerja,” imbuhnya.

Setelah peningkatan SDM, lanjut dia, kunci lain untuk menghadapi bonus demografi adalah penguatan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif penggeraknya adalah kalangan usia produktif yang memiliki visi tajam, cepat, memiliki kecenderungan berkumpul membuat sebuah komunitas. 

“Kenapa harus ekonomi kreatif? Karena dekade ini era globalisasi, semuanya berbau konvensional. Di era globalisasi ini tatanan dunia baru berangsur-angsur muncul dengan pergeseran orientasi ekonomi. Dan ekonomi kita adalah ekonomi yang kreatif. Usia produktif di era bonus demografi itu persentasenya 70 persen, sehingga kita menilai ekonomi kreatif itu perlu sekali,” tandasnya. 

 


Topik

Pendidikan



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Yunan Helmy