Sore itu, di antara suara adzan maghrib yang terdengar berkumandang di gedung DPRD Surabaya seorang kader PDI Perjuangan mengungkapkan rasa gundah-gulananya.
"Aku bingung sebagai kader ini," ujar kader yang tak ingin disebutkan namanya di media ini, Kamis (12/11) sore.
Kebingungannya lantaran masih adanya konflik internal di tubuh PDIP Surabaya menghadapi Pilwali tahun ini.
Kader ini semakin terperangah, ketika tahu Jagad Hariseno anak tertua dari alm Soetjipto beserta adik bungsunya Lesmana Dewi menyatakan dukungan kepada paslon lain Machfud Arifin dan Mujiaman. Padahal DPP PDIP sendiri sudah secara resmi merekom pasangan Eri Cahyadi dan Armuji.
Seno selain anak tertua dari Soetjipto, juga merupakan kakak dari Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana.
Seno saat ini memilih membelot lantaran PDIP tak mengusung kader sendiri. Padahal ayahnya dulu adalah salah satu pendiri PDIP.
Partai yang lahir dari Posko Jalan Pandigiling, Surabaya. Dan dahulunya sempat menamakan diri PDI Pro Mega (Promeg) sebelum kemudian resmi berubah nama menjadi PDI Perjuangan di era reformasi.
Seno saat ini bahkan sudah tak sekedar kecewa saja. Tapi dia merasa terpukul dengan gagalnya direkom Whisnu Sakti dalam Pilwali Surabaya. Karena DPP PDIP lebih memilih jago dari Tri Rismaharini, Eri Cahyadi.
Seno kemudian berani menyindir Tri Rismaharini sebagai kacang yang lupa pada kulitnya. “Sikap politik saya ini sebagai bentuk kritik pada Bu Risma yang sudah tidak lagi melihat sejarah,” kata Seno usai melakukan ziarah di makam ayahnya bersama Machfud Arifin di TPU Keputih.
Seno menambahkan, dulunya Risma adalah bukan siapa-siapa. Hingga kemudian ayahnya memperjuangkan rekom untuk maju sebagai calon wali kota. Saat itu Soetjipto masih menjabat sebagai pimpinan di DPP PDIP periode 2005-2010. “Dan saya juga orang turut yang mengusulkan rekom Risma ke Ketua Umum PDIP Bu Mega saat itu,” imbuh Seno.
Melihat adanya kejadian tersebut kader ini dapat memahami kemarahan dari keluarga Soetjipto. "Saya melihatnya sudah masuk urusan personal dan pribadi ini. Antara keluarga pak Tjip dengan bu Risma," tuturnya.
Kejadian ini dianggap oleh kader tersebut tak disangka bakal sepelik saat ini. Meskipun dia sejak awal sudah memprediksi bakal adanya perpecahan sejak DPP DPIP tak merekom kader sendiri dalam ajang pilwali.
Kader tersebut juga mengaku sempat menemui Whisnu Sakti di rumah dinas seminggu usai turunnya rekom dari DPP PDIP. "Saya ndak berani langsung menghadap waktu itu. Karena bos masih marah. Seminggu setelahnya kan tensi agak turun," lanjut dia.
Saat bertemu Whisnu tersebut kader yang juga loyalis Soetjipto ini sempat menanyakan untuk bersikap bagaimana usai DPP PDIP merekom jago dari Risma. Namun, yang didapat oleh kader ini jawaban singkat dari WS. "Koen koyok arek wingi sore ae (kamu seperti anak kemarin sore saja)," ucap kader tersebut menirukan ucapan dari WS.
Tak mendapatkan jawaban yang begitu jelas, kader ini lanjut memilih keluar dari rumah dinas. Karena ternyata WS dia lihat masih cukup kesal. "Saya jawab aja, oke bos," imbuhnya seraya meninggalkan rumah dinas.
Terpisah dikonfirmasi awak media secara resmi, Whisnu menyatakan tetap taat sebagai kader PDIP hingga saat ini. "Saya tetap mengamankan rekomendasi dan patuh perintah partai," ujarnya.
Menurut dia sebagai kader partai wajib memerahkan Surabaya. "Mendukung calon yang diusung oleh PDI Perjuangan," kata pria yang juga Wakil Ketua DPD PDIP Jatim ini.
Ditanya perihal sikap kakaknya, WS sapaan akrab dari Whisnu memilih menghormati pilihan politik sang kakak. “Sebenarnya saya sangat meyanyangkan kakak-kakak saya punya pandangan politik berbeda. Saya tetap taat pada PDI Perjuangan. Darah saya sudah merah, dan tetap berada di garis partai,” imbuh mantan ketua DPC PDIP Surabaya ini.
Ditayanya soal banyaknya loyalis dirinya yang membelot kemudian mendeklarasikan Banteng Ketaton (Banteng Tersakiti) serta mendukung Paslon Machfud-Mujiaman, WS menilai kekecewaan para kader kembali ke hak personal masing-masing. Sebab, sebagian besar kader Banteng Ketaton dianggap bukan bagian dari struktur PDI Perjuangan.
Mengenai adanya perlawanan keras dari keluarga alm Soetjipto ini, hingga sekarang Tri Rismaharini belum bersuara alias masih memilih diam. Bahkan terbaru Seno mulai berani bicara blak-blakan tentang sosok Risma di Chanel Youtube Cak Sholeh yang rencananya akan ditayangkan berseri.
Media ini kemudian coba melakukan konfirmasi ke anak sulung Risma, Fuad Bernardi yang juga merupakan kader PDIP serta aktif berpolitik. Setelah gagal maju sebagai calon wakil wali kota, Fuad kini disebut digadang bakal segera menjadi pimpinan di DPC PDIP Surabaya.
Media ini awalnya kemudian coba melakukan konfirmasi kepada Fuad melalui nomor telpon 081360288xxx. Terdengar nada aktif ketika dihubungi namun tak kunjung direspon. Selain telpon media ini juga berkirim pesan singkat lewat Whats App, namun sama Fuad sama sekali tak merespon permohonan konfirmasi media ini, Jum'at (13/11) hingga berita ditulis.
Pada pilwali kali ini, Fuad sama seperti Risma dalam mendukung paslon Eri Cahyadi dan Armuji (Erji). Ibu dan anak ini terlihat sangat aktif mengkampanyekan Paslon Nomor Urut 1 Erji.